Safinatun Naja 42 - Perkara Perkara Yang Berhubungan Dengan Tumakninah

Fasal ini membahas tentang Perkara yang berhubungan dengan tumakninah dari kitab Safinatun Naja disertai dengan Penjelasan (Syarah) dari kitab Kasyifatus Saja Karangan Imam Nawawi Al Bantani. Semoga Allah merahmati mereka berdua dan semoga kita dapat menerima manfaat dari ilmu ilmu mereka. aamiin yaa Allaah yaa Robbal Aalamiin. Kami telah menuliskan matan dari kitab safinatun naja disertai dengan terjemah dalam bahasa Indonesia. dan kami juga telah muliskan penjelasan dari kitab Kasyifatus Saja yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

(فَصْلٌ)

Perkara-perkara yang Berhubungan dengan Tumakninah

Fasal ini menjelaskan tentang Perkara-perkara yang berhubungan dengan Tumakninah

Rukun-rukun sholat, seperti yang telah disebutkan, ada 17 rukun. Dari 17 rukun ini, ada 4 rukun yang diwajibkan tumakninah di dalamnya. Rukun 4 tersebut adalah:

  1. Rukuk
  2. I'tidal
  3. Rukuk dan i’tidal merupakan dua rukun yang diistimewakan untuk umat Muhammad. Begitu juga, membaca amin di belakang imam sholat merupakan keistimewaan bagi umat Muhammad seperti yang dikatakan oleh Syaubari.

    Adapun Firman Allah ta’ala, “Hai Maryam berqunutlah kepada Tuhan-mu. Bersujud-lah dan rukuk-lah bersama hamba- hamba yang rukuk,”(Qs. Ali Imran: 43) maka yang dimaksud dengan rukuk dalam ayat ini adalah khusyuk, dan yang dimaksud dengan sujud dalam ayat ini adalah sholat, seperti Firman Allah, “Dan sucikanlah Allah di sebagian dari malam dan setelah sujud sholat”(QS. Qof: 40), dan yang dimaksud dengan qunut dalam ayat tersebut adalah selalu taat kepada Allah, seperti Firman-Nya, “(Apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang qunut (selalu taat) di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,”(QS. Az-zumar: 9).

  4. Sujud
  5. Duduk antara dua sujud
  6. Kemudian Mushonnif menjelaskan tentang pengertian tumakninah itu sendiri. Ia berkata; “Tumakninah adalah tenang setelah bergerak ...,” Maksudnya, tenangnya anggota-anggota tubuh setelah pergerakan naik turun mereka. Apabila Mushonnif berkata, “Tumakninah adalah tenang di antara dua pergerakan,” maka perkataannya akan lebih jelas. “... sekiranya setiap anggota tubuh menetap sesuai di tempatnya dengan tenang yang seukuran melafadzkan lafadz سيحان الله."

FAEDAH

Lafadz الطمأنينة adalah isim masdar dari lafadz إطمأن yang bentuk masdarnya adalah إطمئنان.

Sebagian ulama mengatakan "Asal dari lafadz إطمأن adalah menggunakan huruf alif ا seperti lafadz احمرّ dan اسودّ tetapi para ulama menghamzahkan huruf alif tersebut karena menghindari bertemunya dua huruf sukun dengan tidak berdasarkan aturan qiyas."

Menurut satu pendapat disebutkan, “Menurut asalnya, huruf hamzah أ dalam lafadz إطمأن jatuh sebelum huruf mim م, tetapi kemudian huruf hamzah tersebut menjadi jatuh setelah huruf mim dengan tidak berdasarkan aturan qiyas. Ini terbukti dengan perkataan lafadz pada hamzah huruf menuliskan dengan طأمن الرجل ظهره dengan menuliskan huruf hamzah pada lafadz طأمن yang mengikuti wazan فاعل. Boleh juga menghilangkan hamzah sehingga dibaca طَامَنَ yang berarti seseorang menundukkan punggungnya atau seseorang merendahkan punggungnya.”

Faedah ini terkutip dalam kitab Al-Misbah.

Ibnu Malik berkata dalam kitab Qosidah al-Lamiah yang berjudul Abniah al-Af’al dengan pola bahar Basit;

Sesungguhnya mereka menjadikan wazan فعليلة juga terkadang berlaku sebagai bentuk masdar dari fi’il yang berwazan افعللّ karena menggantikan bentuk masdar qiyasi, bukan karena diberlakukan secara tetap. Ketahuilah bentuk contoh-contoh masdar qiyasi dari fi’il افعللّ agar dapat membedakannya dari bentuk contoh masdar sima’i-nya.

Syarih yaitu Muhammad Baroq, berkata dalam Fathu Al-Aqfal "Maksudnya (perkataan Ibnu Malik), terkadang bentuk masdar dari fi'il yang diawali dengan huruf hamzah (إ), yaitu dengan berwazan افعللّ, seperti اقشعرّ dan اطمأنّ mengikuti wazan فعليلة, yaitu dengan dhommah pada huruf faa (ف) dan tasydid pada huruf lam (ل) yang pertama, seperti فُشَعْرِيْرَة dan طمأنينة. Menurut aturan qiyas, bentuk masdar dari lafadz اقشعرّ dan اطمأنّ adalah اقشعرار dan اطمئنان, yaitu dengan kasroh pada huruf ketiga dan dengan mad pada huruf sebelum huruf terakhir. Perkataan Ibnu Malik, مُسْتَغْنِيًا لَا لُزُوْمًا maksudnya, bentuk masdar dari wazan افعللّ yang mengikuti wazan فعليلة hanya sebatas menggantikan bentuk masdar yang menurut aturan qiyas, bukan diberlakukan secara tetap. Perkataan Ibnu Malik, اَلْمُثُلًا adalah dengan dhommah pada huruf mim (م) dan huruf tsa (ث) maksudnya, ketahuilah contoh-contoh lafadz yang mengikuti wazan menurut qiyas dari lafadz yang mengikuti wazan menurut sima'i.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Ikuti Kami