Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 11-15
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani (نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 11-20
Image by © LILMUSLIMIINTerjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 11: Dosa Besar Dan Kecil
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الْأَوْلِيَاءِ (لَا تَحْقِرُوا الذُّنُوبَ الصِّغَارَ) أَيْ لَا تَعُدُّوهَا صِغَارًا (فَإِنَّهَا تَتَشَعَّبُ مِنْهَا الذُّنُوبُ الْكِبَارُ) وَأَيْضًا رُبَّمَا يَكُونُ غَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي تِلْكَ الصِّغَارِ.
Maqolah yang ke sebelas (Dari sebagian para ahli hikmah) Maksudnya para wali (Janganlah kalian meremehkan terhadap dosa yang kecil) Maksudnya janganlah kalian menghitung dosa sebagai dosa yang kecil (Karena sesungguhnya meremehkan dosa kecil akan bercabang-cabang darinya dosa dosa yang besar) Dan juga terkadang murkanya Allah itu sebab dosa dosa yang kecil.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 12:
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ : (عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ) فَإِنَّهَا بِالْمُوَاظَبَةِ عَلَيْهَا تَعْظُمُ فَتَصِيرُ كَبِيرَةً ، وَأَيْضًا إِنَّهَا عَلَى عَزْمِ اسْتِدَامَتِهَا تَصِيرُ كَبِيرَةً فَإِنَّ نِيَّةَ الْمَرْءِ فِي الْمَعَاصِي كَانَتْ مَعْصِيَةً (وَلَا كَبِيرَةَ مَعَ الْإِسْتِغْفَارِ) أَيْ التَّوْبَةِ بِشُرُوطِهَا فَإِنَّ التَّوْبَةَ تَمْحُو أَثَرَ الْخَطِيئَةِ وَإِنْ كَانَتْ كَبِيرَةً ، رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ الدَّيْلَمِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ لَكِنْ بِتَقْدِيمِ الْجُمْلَةِ الْأَخِيرَةِ عَنِ الْأُولَى.
Maqolah yang ke dua belas (Dari Nabi ﷺ : Tidak ada dosa kecil dengan terus menerus) Sesungguhnya dosa dosa kecil dengan terus menerus dilakukan atasnya akan menjadi besar maka jadilah dosa kecil itu menjadi dosa besar. Dan juga sesungguhnya dosa kecil itu dengan berniat melanggengkannya maka akan menjadi dosa besar. Karena niat seseorang dalam maksiat adalah maksiat (Dan tidak ada dosa besar dengan istigfar) Maksudnhya bertaubat dengan syarat syaratnya. Karena sesungguhnya bertaubat akan menghapus jejak kesalahan walaupun adanya dosa itu sebagai dosa besar. telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Ibnu Abbas tetapi riwayatnya dengan mendahulukan jumlah terakhir dari jumlah pertama.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 13: Ahli Marifat Dan Ahli Zuhud
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ : هَمُّ الْعَارِفِ الثَّنَاءُ) أَيْ مُرَادُ الْعَارِفِ بِاللَّهِ الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى بِجَمِيلِ صِفَاتِهِ (وَهَمُّ الزَّاهِدِ الدُّعَاءُ) أَيْ مُرَادُ الْمُعْرِضِ عَنِ الزَّائِدِ عَلَى قَدْرِ الْحَاجَةِ مِنَ الدُّنْيَا بِقَلْبِهِ الدُّعَاءُ وَهُوَ التَّضَرُّعُ إلَى اللَّهِ تَعَالَى بِسُؤَالِ مَا عِنْدَهُ مِنَ الْخَيْرِ (لِأَنَّ هَمَّ الْعَارِفِ رَبُّهُ) لَا الثَّوَابُ وَلَا الْجَنَّةُ (وَهَمَّ الزَّاهِدِ نَفْسُهُ) أَيْ مَنْفَعَةُ نَفْسِهِ مِنَ الثَّوَابِ وَالْجَنَّةِ, فَفَرَقَ بَيْنَ مَنْ هِمَّتُهُ الْحُورُ وَهِمَّتُهُ رَفْعُ السُّتُورِ.
Maqolah yang ke tiga belas (Dikatakan : Cita cita seorang ahli ma'rifat adalah memuji) Maksudnya yang diinginkan seorang ahli ma'rifat billah adalah memuji kepada Allah dengan keindahan sifat sifat Allah (Dan cita cita seorang ahli zuhud adalah doa) Maksudnya yang menjadi keinginan berpaling dari tambahan atas barang yang melebihi kebutuhan dari dunia dengan hatinya adalah doa. Doa adalah memohon dengan kerendahan hati kepada Allah taala dengan meminta sesuatu di sisinya dari kebaikan (Karena sesungguhnya yang menjadi keinginan ahli ma'rifat adalah rabbnya) Bukan ganjaran dan bukan pahala (Sesungguhnya yang menjadi keinginan ahli zuhud adalah dirinya) Maksudnya kemanfaatan dirinya dari pahala dan surga. Maka berbeda antara orang yang cita citanya adalah bidadari dan orang yang cita citanya adalah diangkatnya tabir.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 14: Mengenal Allah dan diri sendiri
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ أَطِبَّاءِ الْقُلُوبِ وَهُمُ الْأَوْلِيَاءُ (مَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ وَلِيًّا أَوْلَى مِنَ اللَّهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِاللَّهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ نَاصِرًا أَقْرَبَ مِنَ اللَّهِ وَأَكْثَرَ نُصْرَةً مِنْهُ فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفِ اللَّهَ تَعَالَى (وَمَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَعْدَى مِنْ نَفْسِهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِنَفْسِهِ) أَيْ وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَقْوَى مِنْ نَفْسِهِ الْأَمَّارَةِ وَاللَّوَّامَةِ فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفْ نَفْسَهُ.
Maqolah yang ke empat belas (Dari sebagian orang orang ahli hikmah) Dokter hati mereka adalah para wali (Barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada pelindung yang lebih utama daripada Allah maka sedikit ma'rifatnya kepada Allah ) Ma'nanya barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada penolong yang lebih dekat daripada Allah dan lebih banyak pertolongannya daripada pertolongan Allah maka sesungguhnya dia tidak mengenal kepada Allah Ta'ala (Barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih memusuhi daripada dirinya maka sedikit ma'rifatnya kepada dirinya sendiri) Maksudnya barang siapa yang menyangka sesungguhnya bagi dirinya ada musuh yang lebih kuat daripada dirinya sendiri yang senantiasa memerintahkan maksiat dan senantiasa mengajak mencela maka sesungguhnya dia tidak mengenal pada dirinya sendiri.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah Ke 15: Lisan Dan Hati
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي قَوْله تَعَالَى : "ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ" قَالَ :) أَيْ أَبُو بَكْرٍ فِي تَفْسِيرِ ذَلِكَ (الْبَرُّ هُوَ اللِّسَانُ وَاالْبَحْرُ هُوَ الْقَلْبُ فَإِذَا فَسَدَ اللِّسَانُ) بِالسَّبِّ مَثَلًا (بَكَتْ عَلَيْهِ النُّفُوسُ) أَيْ الْأَشْخَاصُ مِنْ بَنِي آدَمَ (وَإِذَا فَسَدَ الْقَلْبُ) بِالرِّيَاءِ مَثَلًا (بَكَتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ) قِيلَ: الْحِكْمَةُ فِى أَنَّ اللِّسَانَ وَاحِدٌ تَنْبِيهٌ لِلْعَبْدِ فِي أَنَّهُ لَا يَنْبَغِى أَنْ يَتَكَلَّمَ إِلَّا فِيمَا يُهِمُّهُ وَفِى خَيْرٍ. وَقِيلَ: لِأَنَّ اللِّسَانَ الذَّاكِرَ بِكُلِّ لُغَاتٍ كَانَ ذِكْرُهُ لِلْمَذْكُورِ الْوَاحِدِ وَهُوَ اللَّهُ تَعَالَى، وَكَذَلِكَ الْقَلْبُ بِخِلَافِ نَحْوِ الْعَيْنِ وَالْأُذُنِ فَإِنَّهُ يَتَعَدَّدُ، قِيلَ: لِأَنَّ الْحَاجَةَ إِلَى السَّمْعِ وَالْبَصَرِ أَكْثَرُ مِنَ الْحَاجَةِ إِلَى الْكَلَامِ اهَ. وَإِنَّمَا شَبَّهَ الْقَلْبَ بِالْبَحْرِ لِشِدَّةِ عُمْقِهِ وَاتِّسَاعِهِ اهِ.
Maqolah yang ke lima belas (Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu mengenai firman Allah Ta'ala : "Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan" Abu Bakar berkata) Maksudnya Abu Bakar dalam menafsirkan firman itu (Daratan adalah lisan dan lautan adalah hati maka ketika rusak lisan) Sebab mencaci umpamanya (Maka pasti menangis atas lisan yang rusak itu manusia) Maksudnya tiap individu dari anak Adam (Maka ketika rusak hati) Sebab riya umpamanya (Maka pasti menangis atas hati yang rusak itu malaikat) Dikatakan : Hikmah mengenai sesungguhnya lisan itu satu yaitu sebagai peringatan bagi seorang hamba sesungguhnya tidak penting berbicara kecuali dalam perkara yang menjadi penting untuknya dan dalam kebaikan. Dikatakan : Karena sesungguhnya lisan yang bertutur kata dengan setiap bahasa ada ucapan dari lisan itu untuk disebutkan dzat yang hanya satu dia adalah Allah, begitu juga hati. Berbeda semisal mata dan telinga karena sesungguhnya mata dan telinga berjumla dua. Dikatakan : karena sesungguhnya kebutuhan untuk mendengar dan melihat itu lebih besar daripada kebutuhan untuk berbicara. Sesungguhnya Abu Bakar hanya menyerupakan hati dengan lautan karena dalamnya hati dan karena luasnya hati.
Maqolah Berikutnya
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 16-20
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 21-25
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 2 Maqolah 26-30