Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 31-35
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitabNashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 31-35
Image by © LILMUSLIMIINTerjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 31
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَدْهَمَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ قِيلَ لَهُ: بِمَ وَجَدْتَ الزُّهْدَ) أَيْ بِأَيِّ شَيْءٍ أَحْبَبْتَ تَرْكَ رَاحَةِ الدُّنْيَا طَلَبًا لِرَاحَةِ الْآخِرَةِ ؟. رُوِيَ أَنَّهُ كَانَ سُلْطَانًا فِي بَلَدِهِ فَتَرَكَ السَّلْطَنَةَ وَاجْتَهَدَ فِي الْعِبَادَةِ فِي مَكَّةَ وَغَيْرِهَا.
Maqolah yang ke tiga puluh satu (Dari Ibrahim Bin Adham Rahimahullah sesungguhnya dikatakan kepadanya: Sebab apa kamu menemukan sifat juhud) Maksudnya sebab hal apa kamu suka meninggalkan kesenangan dunia karena mencari kesenangan akhirat ?. Diriwayatkan sesungguhnya Ibrahim bin Adham menjadi sultan di negaranya kemudian ia meninggalkan kekuasaan kemudian dia bersungguh-sungguh dalam peribadahan di kota Mekkah dan selain kota Mekkah.
وَفِي الرِّسَالَةِ الْقُشَيْرِيَّةِ هُوَ أَبُو إِسْحَاقَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَنْصُورٍ مِنْ كَورَةِ بَلْخٍ كَانَ مِنْ أَبْنَاءِ الْمُلُوكِ فَخَرَجَ يَوْمًا مُتَصَيِّدًا فَأَثَارَ ثَعْلَبًا أَوْ أَرْنَبًا وَهُوَ فِي طَلَبِهِ فَهَتَفَ بِهِ هَاتِفٌ: يَا إبْرَاهِيمُ أَلِهَذَا خُلِقْتَ أَمْ بِهَذَا أُمِرْتَ؟ ثُمَّ هَتَفَ بِهِ أَيْضًا مِنْ قَرْبُوسِ سَرْجِهِ: وَاللَّهِ مَا لِهَذَا خُلِقْتَ وَلَا بِهَذَا أُمِرْتَ، فَنَزَلَ عَنْ دَابَّتِهِ وَصَادَفَ رَاعِيًا لِأَبِيهِ فَأَخَذَ جُبَّةً لِلرَّاعِي مِنْ صُوفٍ وَلَبِسَهَا وَأَعْطَاهُ فَرَسَهُ وَمَا مَعَهُ ثُمَّ إنَّهُ دَخَلَ الْبَادِيَةَ ثُمَّ دَخَلَ مَكَّةَ وَصَحِبَ بِهَا سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَالْفُضَيْلَ بْنُ عِيَاضٍ وَدَخَلَ الشَّامَ وَمَاتَ بِهَا وَكَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ مِثْلَ الْحَصَادِ وَحِفْظِ الْبَسَاتِينِ وَغَيْرِ ذَلِكَ اهْ.
Dalam kitab Risalah Qusyairiyah Ibrahim bin Adham adalah Abu Ishaq Ibrahim Bin Mansur dari kauroh Balkh ia adalah anak dari raja. Ia keluar pada suatu hari sambil berburu kemudian ia menyerbu musang atau kelinci. Saat dia dalam penyerbuan kemudian berteriak kepadanya orang yang berteriak : Wahai Ibrahim apakah untuk ini engkau diciptakan ? atau apakah dengan ini engkau diperintah ? kemudian berteriak kepadanya juga dari arah bagian pelananya : Demi Allah bukan untuk ini engkau diciptakan dan bukan dengan ini engkau diperintah. Kemudian Ibrahim bin Adham turun dari kendaraanya kemudian secara tidak sengaja ia bertemu dengan seorang pengembala milik ayahnya kemudian ia mengambil sebuah jubah milik si pengembala yang terbuat dari woll kemudian ia mengenakan jubah itu kemudian Ibrahim bin Adham memberikan kepadanya kudanya dan apa yang ada padanya kemudian sesungguhnya ia masuk ke suatu lembah kemudian ia masuk ke Mekkah dan Ibrahim Bin Adham menemani Supyan Ats-tsauri dan Fudhoil bin Iyadh di Mekkah kemudian ia masuk ke negri Syam dan meninggal di negri Syam. Ia adalah orang yang makan dari hasil pekerjaan tangannya sendiri seperti panen dan menjaga kebun-kebun dan selain hal itu.
(قَالَ) أَيْ سَيِّدُنَا إِبْرَاهِيمُ (بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: رَأَيْتُ الْقَبْرَ مُوحِشًا) أَيْ قَاطِعًا لِلْقُلُوبِ عَنْ مَحْبُوبَاتِهِ (وَلَيْسَ مَعِيْ مُؤْنِسٌ) أَيْ مَنْ يُسْكِنُ قَلْبِيْ (وَرَأَيْتُ طَرِيقًا طَوِيلًا) أَيْ مَسَافَةً بَعِيدَةً فِي اَلْآخِرَةِ (وَلَيْسَ مَعِيْ زَادٌ) يُعِينُنِي عَلَى تِلْكَ الْمَسَافَةِ (وَرَأَيْتُ الْجَبَّارَ) أَيْ الَّذِي يَقْهَرُ الْعِبَادَ عَلَى كُلِّ مَا أَرَادَ (قَاضِيًا وَلَيْسَ لِيْ حُجَّةٌ) أَيْ مَا يَدُلُّ عَلَى صِحَّةِ دَعْوَايَ.
(Telah berkata) Maksudnya Tuanku Ibrahim (Aku menemukan sifat juhud dengan tiga perkara: Aku melihat quburan sepi) Yang memutuskan hati dari yang dicintainya (Dan tidak ada bersamaku orang yang menghibur) Maksudnhya orang yang menenangkan hatiku (Dan aku melihat jalan yang panjang) Maksudnya jarak yang jauh di akhirat (Dan tidak ada bersamaku perbekalan) Yang akan menolongku atas jarak itu (Dan aku melihat Allah yang maha perkasa) Maksudnya dzat yang bisa memaksa kepada para hamba atas setiap perkata yang ia kehendaki (Sebagai hakim dan tidak ada bagiku hujjah) Maksudnya hal yang menunjukkan atas kebenaran pengakuan ku.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 32
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ: أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الْأُنْسِ بِاللَّهِ تَعَالَى مَا هُوَ؟ فَقَالَ:) أَيْ سُفْيَانُ (أَنْ لَا تَسْتَأْنِسَ بِكُلِّ وَجْهٍ صَبِيحٍ) أَيْ مُشْرِقٍ (وَلَا بِصَوْتٍ طَيِّبٍ) أَيْ لَذِيذٍ فِي السَّمَاعِ وَشَارِحٍ فِي الْقَلْبِ وَ(لَا بِلِسَانٍ فَصِيحٍ) أَيْ جَیِّدٍ.
Maqolah yang ke tiga puluh dua (Dari Supyan Ats-Tsauri Rahimahullah : Sesungguhnya ia ditanya tentang ketenangan bersama Allah apakah itu? Kemudian ia menjawab) Maksudnya Supyan (Janganlah kamu merasa senang dengan setiap wajah yang ceria) Wajah yang bersih (Dan janganlah kamu senang dengan suara yang merdu) Maksudnya suara yang enak di dengar dan yang melapangkan hati dan (Janganlah kamu senang dengan lisan yang pasih) Maksudnya yang bagus.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 33
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: الزُّهْدُ ثَلَاثَةُ أَحْرُفٍ: زَايٌ وَهَاءٌ وَدَالٌ، فَالزَّايُ زَادٌ لِلْمَعَادِ) أَيْ لِلْآخِرَةِ وَهُوَ تَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى (وَالْهَاءُ هُدًى لِلدِّينِ) أَيْ سُلُوكُ طَرِيقٍ يُوصِلُ إِلَى الطَّرِيقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ (وَالدَّالُّ دَوَامٌ عَلَى الطَّاعَةِ).
Maqolah yang ke tiga puluh tiga (Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma sesungguhnya ia berkata: zuhud ada tiga huruf: ز dan ه dan د maka ز adalah زاد للمعاد bekal untuk akhirat) Maksudnya untuk akhirat yaitu takwa kepada Allah Ta'ala (Dan ه adalah هدى للدين petunjuk agama) maksudnya menelusuri jalan yang bisa menyampaikan menuju jalan Nabi Muhammad (Dan د adalah دوام على الطاعة istiqomah dalam ketaatan).
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 34
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ وَالثَّلَاثُونَ (قَالَ) أَيْ ابْنُ عَبَّاسٍ (فِي مَوْضِعٍ آخَرَ:) الزُّهْدُ ثَلَاثَةُ أَحْرُفٍ (الزَّايُ تَرْكُ الزِّينَةِ، وَالْهَاءُ تَرْكُ الْهَوَى) أَيْ مَحْبُوبَاتِ النَّفْسِ (وَالدَّالُ تَرْكُ الدُّنْيَا) مِنْ ثَنَاءِ الْخَلْقِ وَمِنْ التَّنَعُّمِ وَالتَّوَسُّعِ فِي الْمَآكِلِ وَالْمَشَارِبِ وَالْمَلَابِسِ وَالْمَسَاكِنِ.
Maqolah yang ke tiga puluh empat (Telah berkata) Maksudnya Ibnu Abbas (Di tempat yang lain:) Zuhud ada tiga huruf (ز adalah ترك الزينة meninggalkan zinah, dan ه adalah ترك الهوى meninggalkan hawa nafsu) Maksudnya hal-hal yang dicintai nafsu (Dan د adalah ترك الدنيا meninggalkan dunia) Dari pujian makhluq dan dari kenikmatan dan dari kemewahan pada makanan dan minuman dan pakaian dan tempat tinggal.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 35
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ وَالثَّلَاثُونَ (عَنْ حَامِدِ اللَّقَّافِ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ: أَوْصِنِيْ) أَيْ بِمَا يَنْفَعُنِيْ فِي الدِّيْنِ (فَقَالَ: اِجْعَلْ لِدِينِكَ غِلَافًا كَغِلَافِ الْمُصْحَفِ) وَهُوَ مَا يَصُوْنُهُ عَنِ الدَّنَسِ (قِيلَ لَهُ: مَا غِلَافُ الدِّينِ) فَالشَّرِيعَةُ مِنْ حَيْثُ إنَّهَا تُطَاعُ تُسَمَّى دِينًا وَمِنْ حَيْثُ إنَّهَا تُجْمَعُ تُسَمَّى مِلَّةً وَمِنْ حَيْثُ إنَّهَا يُرْجَعُ إلَيْهَا تُسَمَّى مَذْهَبًا (قَالَ لَهُ:) غِلَافُ الدِّينِ (تَرْكُ الْكَلَامِ إلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا يُحْصُلُ الْمَقْصُودُ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا إلَّا بِهِ. قَالَ سُلَيْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَوْ لُقْمَانُ: إذَا كَانَ الْكَلَامُ مِنْ فِضَّةٍ كَانَ السُّكُوتُ مِنْ ذَهَبٍ. وَالْمَعْنَى إذَا كَانَ الْكَلَامُ فِي الْخَيْرِ كَالْفِضَّةِ حَسَنًا كَانَ السُّكُوتُ عَنِ الشَّرِّ كَالذَّهَبِ فِي الْحُسْنِ اهْ.
Maqolah yang ke tiga puluh lima (Dari Hamid Al-Laqof Rahimahullah Sesungguhnya datang kepadanya seorang lelaki kemudian berkata kepada Hamid Al-Laqof: Berikanlah aku wasiat) Maksudnya atas perkara yang bermanfaat padaku dalam agama (Kemudian Hamdi Al-Laqof berkata: Jadikanlah unuk agamamu bungkus seperti bungkus mushaf) Maksudnya yang bisa menjaga dari kotoran (Dikatakan kepadanya: Apa bungkus agama ?) Syariat dari sekiranya sesungguhnya syariat itu diikuti maka dinamakan agama dan dari sekiranya sesungguhnya syariat itu dikumpulkan maka dinamakan millah dan dari sekiranya sesungguhnya syariat itu dikembalikan agama padanya maka dinamakan madzhab (Hamid Al-Laqof berkata kepadanya:) Bungkus agama (Adalah meninggalkan percakapan kecuali percakapan yang tidak boleh tidak darinya) yaitu percakapan yang tidak akan hasil pada yang dimaksud dari urusan dunia kecuali dengannya. Telah bersabda Nabi Sulaiman Alaihis Salam atau Luqman : Jika berbicara itu adalah perak maka pasti diam itu adalah emas. Maknanya Jika berbicara tentang kebaikan seperti perak itu bagus maka pasti diam dari perkataan buruk itu seperti emas dalam hal bagusnya.
وَالسَّاكِتُ فِي الْحَقِّ كَالنَّاطِقِ فِي الْبَاطِلِ (وَتَرْكُ الدُّنْيَا) مِنَ الْأَمْتِعَةِ (إِلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا تَحْصُلُ الْحَاجَةُ إِلَّا بِهِ (وَتَرْكُ مُخَالَطَةِ النَّاسِ إِلَّا مَا لَا بُدَّ مِنْهُ) وَهُوَ مَا لَا يَحْصُلُ الْمَطْلُوبُ إلَّا بِهِ.
Dan orang yang diam tentang kebenaran itu seperti orang yang berbicara dalam kebatilan. (Dan meninggalkan dunia) Dari benda-benda (Kecuali dunia yang tidak boleh tidak darinya) Yaitu perkara yang tidak akan hasil suatu kebutuhan kecualing dengannya (Dan meninggalkan bergaul dengan manusia kecuali bergaul yang tidak boleh tidak darinya) Yaitu pergaulan yang tidak akan hasil yang dicari kecuali dengan bergaul.
وَالنَّاسُ تَنْقَسِمُ إِلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ كَمَا قَالَهُ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ: رَجُلٌ لَا لِسَانَ لَهُ وَلَا قَلْبَ وَهُوَ الْعَاصِي الْغَرُّ الْغَبِيُّ، فَاحْذَرْ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ وَلَا تَقُمْ فِيهِمْ فَإِنَّهُمْ أَهْلُ الْعَذَابِ، وَرَجُلٌ لَهُ لِسَانٌ بِلَا قَلْبٍ فَيَنْطِقُ بِالْحِكْمَةِ وَلَا يَعْمَلُ بِهَا، يَدْعُو النَّاسَ إلَى اللَّهِ تَعَالَى وَهُوَ يَفِرُّ مِنْهُ فَابْعُدْ مِنْهُ لِئَلَّا يَخْطَفَكَ بِلَذِيذِ لِسَانِهِ فَتُحْرِقَكَ نَارُ مَعَاصِيْهِ وَيَقْتُلَكَ نَتْنُ قَلْبِهِ، وَرَجُلٌ لَهُ قَلْبٌ بِلَا لِسَانٍ وَهُوَ مُؤْمِنٌ سَتَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ خَلْقِهِ وَبَصَّرَهُ بِعُيُوبِ نَفْسِهِ وَنَوَّرَ قَلْبَهُ وَعَرَّفَهُ غَوَائِلَ مُخَالَطَةِ النَّاسِ وَشُؤْمَ الْكَلَامِ فَهَذَا رَجُلٌ وَلِيُّ اللَّهِ تَعَالَى مَحْفُوظٌ فِي سَتْرِ اللَّهِ تَعَالَى، فَالْخَيْرُ كُلُّ الْخَيْرِ عِنْدَهُ فَدُوْنَكَ وَمُخَالَطَتَهُ وَخِدْمَتَهُ فَيُحِبَّكَ اللَّهُ تَعَالَى، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ وَعَلَّمَ وَعَمِلَ بِعِلْمِهِ وَهُوَ الْعَالِمُ بِاللَّهِ تَعَالَى وَآيَاتِهِ اِسْتَوْدَعَ اللَّهُ قَلْبَهُ غَرَائِبَ عِلْمِهِ وَشَرَحَ صَدْرَهُ لِقَبُولِ الْعُلُومِ فَاحْذَرْ أَنْ تُخَالِفَهُ وَتُجَانِبَهُ وَتَتْرُكَ الرُّجُوعَ إِلَى نَصِيحَتِهِ.
Manusia itu terbagi pada empat kelompok sebagaimana telah berkata tentang hal itu tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani Qoddasa Sirrohu: Lelaki yang tidak mempunya lisan dan tidak mempunyai hati dan dia adalah orang yang bermaksiat yang menipu dan bodoh, Maka berhati hatilah kamu menjadi bagian dari mereka dan janganlah kamu berdiri diantara mereka karena mereka adalah orang yang pantas mendapat siksaan. Lelaki yang mempunyai lisan dan tidak mempunyai hati kemudian ia berbicara dengan kalimat kalimat hikmah dan ia tidak mengamalkan pada hikmah, dia mengajak kepada manusia menyembah Allah Ta'ala sedangkan ia kabur dari Allah maka menjauhlah kamu darinya supaya ia tidak menyambarmu dengan kenikmatan lisannya kemudian akan membakarmu api kemaksiatannya dan akan membunuhmu kebusukan hatinya. Lelaki yang mempunyai hati tanpa mempunyai lisan dia adalah orang mu'min yang menutup kepadanya Allah Ta'ala dari makhluk Allah dan Allah memperlihatkan padanya atas aib-aib dirinya Dan Allah menerangi hatinya dan Allah memberi tahu padanya tentang bahayanya bergaul dengan manusia dan bahayanya kesialan obrolan Maka lelaki ini adalah kekasih Allah yang dijaga dalam perlindungan Allah Ta'ala. Kebaikan seluruh kebaikan ada pada lelaki itu maka wajib atasmu bergaul dengannya dan berkhidmah padanya maka pasti akan cinta padamu Allah Ta'ala. Lelaki yang mengaji dan mengajar dan mengamalkan ilmunya dan ia tahu pada Allah dan pada ayat Allah. Allah menitipkan kedalam hatinya keindahan-keindahan ilmunya dan Allah melapangkan hatinya untuk menerima ilmu maka berhati hatilah kamu menyelisihinya dan menjauhinya dan meninggalkan merujuk pada nasihatnya.
(ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ أَصْلَ الزُّهْدِ الِاجْتِنَابُ عَنِ الْمَحَارِمِ، كَبِيرِهَا وَصَغِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا وَرَعَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ الزُّهْدُ (وَأَدَاءُ جَمِيعِ الْفَرَائِضِ يَسِيرِهَا وَعَسِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا تَوْبَةَ لَهُ لَا تَصِحُّ لَهُ الْإِنَابَةُ فَالتَّوْبَةُ هُوَ الْقِيَامُ بِكُلِّ حُقُوقِ الرَّبِّ وَالْإِنَابَةُ هُوَ إخْرَاجُ الْقَلْبِ مِنْ ظُلُمَاتِ الشُّبُهَاتِ (وَتَرْكُ الدُّنْيَا عَلَى أَهْلِهَا قَلِيلِهَا وَكَثِيرِهَا) لِأَنَّ مَنْ لَا قَنَاعَةَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ التَّوَكُّلُ وَمَنْ لَا تَوَكُّلَ لَهُ لَا يَصِحُّ لَهُ التَّسْلِيمُ اهٍ.
(Kemudian ketahuilah sesungguhnya asal zuhud itu adalah menjauhi dari yang diharamkan, besarnya yang diharamkan itu atau kecilnya yang diharamkan itu) Karena sesungguhnya orang yang tidak wara' itu tidak sah baginya zuhud (Dan menunaikan seluruh kefardhuan mudahnya kewajiban itu atau susahnya kewajiban itu) Karena sesunggunya orang yang tidak bertaubat untuk dirinya itu tidak sah baginya kembali kepada Allah. Taubat adalah mendirikan setiap hak-hak Allah. Inabah adalah mengeluarkan hati dari kegelapan-kegelapan syubhat (Dan meninggalkan dunia pada Ahlinya sedikitnya dunia itu dan banyaknya dunia itu) Karena sesungguhnya orang yang tidak qonaah untuk dirinya itu tidak sah baginya tawakkal dan barang siapa yang tidak bertawakal kepada Allah maka tidak sah baginya taslim.
فَالتَّوَكُّلُ هُوَ الثِّقَةُ بِمَا عِنْدَ اللَّهِ وَالْيَأْسُ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ، فَالتَّسْلِيمُ هُوَ الِانْقِيَادُ لِأَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى وَتَرْكُ الْإِعْرَاضِ فِيمَا لَا يُلَائِمُ.
Tawakkal adalah percaya atas perkara yang ada pada Allah dan memutuskan harapan dari perkara yang ada pada tangan manusia, Taslim adalah patuh pada perintah Allah dan meninggalkan protes dalam perkara yang tidak sesuai keinginan.
Maqolah Berikutnya
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 36-40
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 41-45
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 46-50
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 51-55
Maqolah Sebelumnya
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 1-10
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 11-15
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 16-20
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 21-25
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 26-30