Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 46-50
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitabNashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 46-50
Image by © LILMUSLIMIINTerjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 46
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: مَنْ أَحَبَّ اللَّهَ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّ اللَّهَ تَعَالَى) مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالصَّالِحِينَ (وَمَنْ أَحَبَّ مَنْ أَحَبَّهُ اللَّهُ تَعَالَى أَحَبَّ مَا أُحَبَّ فِي اللَّهِ تَعَالَى) مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ (وَمَنْ أَحَبَّ مَا أُحَبَّ فِي اللَّهِ تَعَالَى أَحَبَّ أَنْ لَا يَعْرِفَهُ النَّاسُ) بَلْ يَشْتَغِلُ الْأَعْمَالَ فِي الْخَلْوَةِ.
Maqolahh yang ke empat puluh enam (Dari Supyan bin Uyainah Radhiallahu Anhu ia berkata: Barang siapa mencintai Allah maka pasti ia akan mencintai orang yang mencintai Allah Ta'ala) Dari golongan ulama dan dari golongan orang orang yang sholeh (Dan barang siapa yang mencintai orang yang telah cinta kepadanya Allah Ta'ala maka pasti ia akan mencintai perkara yang ia senangi karena Allah Ta'ala) Dari Amal-amal sholeh (Dan barang siapa mencintai perkara yang ia senangi karena Allah Ta'ala maka pasti ia akan menyenangi supaya tidak mengenal kepadanya para manusia) Bahkan ia sibuk beramal di waktu sendirian.
وَنَقَلَ الْعَسْقَلَانِيُّ: أَنَّ مَحَبَّةَ اللَّهِ قِسْمَانِ: فَرْضٌ وَهِيَ الْبَاعِثَةُ عَلَى اِمْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيهِ وَالرِّضَا بِقَدَرِهِ، وَنَدْبٌ وَهِيَ أَنْ يُوَاظِبَ عَلَى النَّوَافِلِ وَيَجْتَنِبَ الشُّبُهَاتِ اهُ. وَقَالَ الصِّدِّيقُ: مَنْ ذَاقَ مِنْ خَالِصِ مَحَبَّةِ اللَّهِ شَغَلَهُ ذَلِكَ عَنْ طَلَبِ الدُّنْيَا وَأَوْحَشَهُ عَنْ جَمِيعِ الْبَشَرِ.
Dan telah menuqil Syaikh Ibnu Hajar Al-Asqollani: Sesunggunya cinta kepada Allah terbagi dua: Fardhu yaitu yang memotifasi pada melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dan ridho dengan takdirnya. Dan sunnah yaitu menekuni pada ibadah sunnah dan menjauhi perkara syubhat. Sampai sini nuqilan Syekh Ibnu Hajar berakhir. Berkata Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Anhu : Barang siapa yang mencicipi dari kemurnian cinta kepada Allah maka pastii akan mengsibukkan kepadanya kemurnian cinta itu dari dunia dan Allh pasti akan menjauhkan ia dari seluruh manusia.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 47
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَنَّهُ قَالَ: [صِدْقُ الْمَحَبَّةِ فِي ثَلَاثِ خِصَالٍ: أَنْ يَخْتَارَ كَلَامَ حَبِيبِهِ عَلَى كَلَامِ غَيْرِهِ، وَيَخْتَارَ مُجَالَسَةَ حَبِيْبِهِ عَلَى مُجَالَسَةِ غَيْرِهِ وَيَخْتَارَ رِضَا حَيِّيَيْهِ عَلَى رِضَا غَيْرِهِ]) فَإِنَّ مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ. وَقَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ: وَمِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ حُبِّ اللَّهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ عِبَادَةِ سَبْعِينَ سَنَةً.
Maqolah yang ke empat puluh tujuh (Dari Nabi Alaihis Sholatu Wassalam sesungguhnya Nabi bersabda: [Benarnya cinta ada pada tiga perkara: Orang yang mencintai memilih perkataan kekasihnya di atas perkataan orang lain, dan ia memilih majelis kekasihnya diatas majelis orang lain, dan ia memilih ridho kekasihnya diatas ridho orang lain]) Karena sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu maka ia adalah hamba sahayanya. Dan telah berkata Yahya bin Mu'adz: Seberat biji sawi dari cinta Allah lebih dicintai olehku daripada ibadah tujuh puluh tahun.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 48
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ الْيَمَانِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَكْتُوبٌ فِي التَّوْرَاةِ: الْحَرِيصُ فَقِيرٌ) أَيْ الطَّالِبُ لِشَيْءٍ بِاجْتِهَادٍ فِي إِصَابَتِهِ فَاقِدٌ لِمَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ (وَإِنْ كَانَ مَالِكَ الدُّنْيَا) أَيْ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ مِنَ الْأَمْتِعَةِ وَالْجَوَاهِرِ (وَالْمُطِيعُ لِلَّهِ تَعَالَى مُطَاعٌ لِلنَّاسِ وَإِنْ كَانَ) أَيْ الْمُطِيعُ (مَمْلُوكًا) أَيْ عَبْدًا لِلنَّاسِ (وَالْقَانِعُ) أَيْ السَّاكِنُ الْقَلْبِ عِنْدَ عَدَمِ الْمَأْلُوفَاتِ وَالرَّاضِي بِقِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى (غَنِيٌّ وَإِنْ كَانَ جَائِعًا) وَهَرَبَتْ اِمْرَأَةٌ أَسِيرَةٌ مِنْ بِلَادِ الْكُفْرِ وَمَشَتْ مِائَتَيْ فَرْسَخٍ لَمْ تَأْكُلْ شَيْئًا فَسُئِلَتْ: كَيْفَ قَوِيتِ عَلَى الْمَشْيِ بِلَا أَكْلٍ؟ فَقَالَتْ: كُلَّمَا جِعْتُ قَرَأْتُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَأَشْبَعُ.
Maqolah yang ke empat puluh delapan (Dari Wahab Bin Munabbih Al-Yamani Radhiallahu Anhu: Termaktub dalam kitab Taurat: Orang yang ambisius itu adalah orang fakir) Maksudnya Orang yang mencai sesuatu dengan bersungguh-sungguh dalam memperoleh sesuatu itu adalah yang tidak mempunyai perkara yang ia mebutuhkan pada perkara itu (Walaupun terbukti ia memiliki dunia) Maksudnya perkara di antara langit dan bumi dari berbagai kenikmatan dan perhiasan (Dan orang yang taat kepada Allah Ta'ala itu adalah orang yang akan ditaati oleh manusia walaupun terbukti) Maksudnya orang yang mentaati Allah (Adalah seorang budak) Maksudnya budak milik manusia (Dan orang yang qonaah) Maksudnya yang tenang hatinya ketika tidak ada perkara yang menjadi kebiasaanya dan ridho atas bagian dari Allah Ta'ala (Adalah orang kaya walaupun terbukti ia adalah orang yang lapar) Telah kabur seorang wanita yang ditawan dari negaranya orang kafir dan ia berjalan sejauh dua ratus parsah ia tidak makan apapun kemudian ia ditanya: Bagaimana kamu bisa kuat berjalan tanpa makan, kemudian ia berkata setiap kali aku lapar maka aku membaca قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ tiga kali kemudian aku kenyang.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 49
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ وَالْأَرْبَعُونَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (مَنْ عَرَفَ اللَّهَ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَعَ الْخَلْقِ لَذَّةٌ) لِأَنَّهُ لَمْ يُحِبَّ غَيْرَ اللَّهِ تَعَالَى (وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا) بِأَنَّهَا فَانِيَةٌ (لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهَا رَغْبَةٌ) بَلْ اخْتَارَ الدَّارَ الْبَاقِيَةَ وَعَمِلَ لَهَا (وَمَنْ عَرَفَ عَدْلَ اللَّهِ تَعَالَى لَمْ يَتَقَدَّمْ إلَيْهِ الْخُصَمَاءُ) أَيْ لَمْ يُقْبِلُوا عَلَيْهِ لِأَنَّهُ قَدْ تَرَكَ الْخُصُومَةَ كَمَا قَالَ الْحَسَنُ رَحِمَهُ اللَّهُ: مَنْ عَرَفَ اللَّهَ أَحَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا كَرِهَهَا.
Maqolah yang ke empat puluh sembilan (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Radhiallahu Anhu (Barang siapa yang kenal kepada Allah maka tidak akan ada baginya bersama makhluk suatu kenikmatan) Karena sesungguhnya ia tidak mencintai kepada selain Allah Ta'ala (Dan barang siapa kenal kepada dunia) Karena sesungguhnya dunia akan sirna (Maka tidak akan ada baginya di dalam dunia suatu kesenangan) Bahkan ia akan memilih tempat tinggal yang kekal dan beramal untuknya (Dan barang siapa mengenal pada keadilan Allah Ta'ala maka tidak akan menantang kepadanya musuh-musuh) Maksudnya mereka tidak akan datang kepadanya karena sesungguhnya ia telah meninggalkan permusuhan sebagaimana telah berkata Imam Hasan Rahimahullah: Barang siapa kenal kepada Allah maka pasti ia akan cinta kepada Allah dan barang siapa kenal pada dunia pasti ia akan membenci dunia.
وَقَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ :
عَلَيْهَا كِلَابٌ هَمُّهُنَّ اجْتِذَابُهَا | * | فَمَا هِيَ إِلَّا جِيفَةٌ مُسْتَحِيلَةٌ |
وَإِنْ تَجْتَذِبْهَا نَازَعَتْكَ كِلَابُهَا | * | فَإِنْ تَجْتَنِبْهَا كُنْتَ سِلْمًا لِأَهْلِهَا |
Telah berkata Imam Syafi'i Radhiallahu Anhu:
Tiadalah keduniaan itu melainkan bangkai yang busuk | * | berkerumun diatas bangkai itu anjing mereka ingin menarik bangkai itu |
Jika engkau menjauhi dunia itu maka kamu pasti akan menjadi aman dari ahli dunia | * | Dan jika engkau menarik dunia itu maka pasti akan merebut kepadamu anjing-anjing dunia |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 50
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَمْسُونَ (عَنْ) أَبِي الْفَيْضِ (ذِي النُّونِ الْمِصْرِيِّ) وَاسْمُهُ ثَوْبَانُ ابْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَقِيلَ الْفَيْضُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَأَبُوهُ كَانَ نَوْبِيًّا وَهُوَ أَوْحَدَ وَقْتِهِ عِلْمًا وَوَرَعًا وَحَالًا وَأَدَبًا وَكَانَ رَجُلًا نَحِيفًا تَعْلُوهُ حُمْرَةٌ لَيْسَ بِأَبْيَضِ اللِّحْيَةِ تُوُفِّيَ سَنَةَ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ وَمِائَتَيْنِ (كُلُّ خَائِفٍ) مِنْ شَيْءٍ (هَارِبٌ) مِنْهُ أَيْ فَمَنْ خَافَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ عَمِلَ عَمَلًا يُبْعِدُهُ مِنْهَا (وَكُلُّ رَاغِبٍ) فِي شَيْءٍ (طَالِبٌ) لَهُ، أَيْ فَمَنْ رَغِبَ فِي الْجَنَّةِ عَمِلَ عَمَلًا يُقَرِّبُهُ إِلَيْهَا (وَكُلُّ آنِسٍ بِاللَّهِ مُسْتَوْحِشٌ بِالْخَلْقِ، وَفِي نُسْخَةٍ: مُسْتَوْحِشٌ عَنْ نَفْسِهِ).
Maqolah yang ke lima puluh (Dari) Abu Faidh (Dzun nun Al-Misri) Namanya adalah Tsauban bin Ibrohim, dan dikatakan Faidh bin Ibrohim dan ayahnya adalah seorang na'ib. Dzun nun Al-Misri adalah satu-satunya orang di zamannya yang paling alim dan wara dan tingkah lakunya dan tatakramanya dan terbukti Dzun nun Al-Misri adalah seorang lelaki yang ramping bagian atasnya merah dan tidak ada yang putih jenggotnya ia wafat pada tahun 245 H (Setiap orang yang takut) Dari sesuatu (Adalah yang melarikan diri) Darinya maksudnya barang siapa yang takut dari siksa neraka maka ia pasti mengerjakan amalan yang akan menjauhkan ia dari siksa neraka (Dan setiap orang yang senang) pada sesuatu (Adalah yang mencari) padanya. Maksudnya barang siapa yang senang pada surga maka ia pasti mengerjakan amalan yang akan mendekatkan ia kepada surga (Dan setiap orang yang merasa dekat bersama Allah adalah orang yang merasa asing dengan makhluq. Dalam salinan matan: Adalah orang yang merasa asing dari dirinya sendiri).
Maqolah Berikutnya
Maqolah Sebelumnya
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 Maqolah 1-10
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 11-15
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 16-20
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 21-25
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 26-30
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 31-35
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 36-40
- Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 3 maqolah 41-45
Terima kasih telah membantu
Sama sama. Semoga bermanfaat