Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 14-18
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 14-18
Image by © LILMUSLIMIINTerjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 14
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ حَاتِمٍ الْأَصَمِّ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْهِ أَنَّهُ قَالَ: مَنِ ادَّعَى أَرْبَعَةً) مِنَ الصِّفَاتِ (بِلَا أَرْبَعَةٍ) مِنَ الْأَدِلَّةِ (فَدَعْوَاهُ كَاذِبَةٌ) فَلَا تُقْبَلُ كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ: [مِنْ بَحْرِ الْخَفِيفِ]
Maqolah yang ke empat belas (Dari Hatim Al-Ashom Rahmatullahi Alaihi sesungguhnya ia berkata: Barang siapa yang mengaku-ngaku atas empat) Dari sifat-sifat (Tanpa empat) Dari bukti-bukti (Maka pengakuan orang itu adalah dusta) Maka tidak diterima sebagaimana telah berkata sebagian ulama: [Dari Bahar Khofif]
َ أَوْ تَكُنْ شَاعِرًا فَكُنْ كَابْنِ هَانِي | * | إِنْ تَكُنْ فَارِسًا فَكُنْ كَعَلِيٍّ |
كَذَّبَتْهُ شَوَاهِدُ الْاِمْتِحَانِ | * | كُلُّ مَنْ يَدَّعِي بِمَا لَيْسَ فِيهِ |
ًJika terbukti kamu seorang penunggang kuda maka maka jadilah kamu seperti sayyidina Ali | * | Atau jika kamu terbukti seorang penyair maka jadilah kamu seperti Ibnu Hani |
Setiap orang yang mengaku-ngaku atas perkara yang tidak ada dalam dirinya | * | Maka akan mendustakan kepadanya bukti-bukti ujian |
(مَنِ ادَّعَی حُبَّ اللَّهِ وَلَمْ يَنْتَهِ عَنْ مَحَارِمِ اللَّهِ تَعَالَى فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) لِجَرَاءَتِهِ عَلَى قُرْبِ حَمَاهُ تَعَالَى (وَمَنِ ادَّعَى حُبَّ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَكَرِهَ الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) لِأَنَّهُمْ أَحْبَابُهُ ﷺ (وَمَنِ ادَّعَى حُبَّ الْجَنَّةِ وَلَمْ يَتَصَدَّقْ) بِمَا تَيَسَّرَ لَهُ (فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ، وَمَنِ ادَّعَی خَوْفَ النَّارِ وَلَمْ یَنْتَهِ عَنِ الذُّنُوبِ فَدَعْوَاهُ كَذِبٌ) قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ.
(Barang siapa yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak menjauh dari larangan Allah Ta'ala maka pengakuan orang itu adalah dusta) Karena beraninya ia dalam mendekati batas larangan Allah (Dan barang siapa mengaku mencintai Nabi Alaihis Salam sedangkan ia benci kepada orang-orang fakir dan orang-orang miskin maka pengakuan orang itu adalah dusta) Karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dicintai Nabi ﷺ (Dan barang siapa mengaku-ngaku cinta surga sedangkan ia tidak bersedekah) Atas perkara yang mudah baginya (Maka pengakuan orang itu adalah dusta, dan barang siapa mengaku-ngaku takut neraka sedangkan ia tidak menjauh dari perbuatan-perbuatan dosa maka pengakuan orang itu adalah dusta) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Telah di kelilingi neraka dengan syahwat dan telah dikelilingi surga dengan perkara-perkara yang dibenci] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Bukhori dan Imam Muslim Dari Abu Huroiroh.
وَهَذَا مِنْ جَوَامِعِ كَلِمِهِ ﷺ فِي ذَمِّ الشَّهَوَاتِ وَفِي الْحَضِّ عَلَى الطَّاعَاتِ، فَكَأَنَّهُ ﷺ قَالَ: لَا يُوصَلُ إِلَى الْجَنَّةِ إِلَّا بِارْتِكَابِ الْمَشَقَّاتِ وَلَا إِلَى النَّارِ إِلَّا بِتَعَاطِي الشَّهَوَاتِ، فَمَنْ خَرَقَ الْحِجَابَ دَخَلَ.
Dan ini adalah sebagian dari jawami'ul kalim Nabi ﷺ Dalam mencela syahwat dan dalam mendorong kepada keta'atan. Seakan-akan Nabi ﷺ bersabda: Tidak akan bisa sampai ke dalam surga kecuali melakukan perkara-perkara yang sulit dan tidak akan sampai ke dalam neraka kecuali dengan menuruti syahwat. Barang siapa menembus hijab maka pasti ia akan masuk.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 15
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنَّهُ قَالَ: [عَلَامَةُ الشَّقَاوَةِ أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأُمُورِ (نِسْيَانُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) مِنْ غَيْرِ نَدَمٍ عَلَيْهَا (وَهِيَ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهَا (عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مَحْفُوظَةٌ) أَيْ مَضْبُوطَةٌ بِعَدَدِهَا وَزَمَانِهَا وَمَحَلِّهَا (وَذِكْرُ الْحَسَنَاتِ الْمَاضِيَةِ) بِالْقَلْبِ (وَلَا يَدْرِي أَقُبِلَتْ) أَيْ الْحَسَنَاتُ (أَمْ رُدَّتْ، وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ فَؤَّقَهُ فِي الدُّنْيَا) بِأَنْ طَمَحَ النَّظَرَ لَهَا وَلَمْ يَرْضَ بِالْقِسْمَةِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ دُونَهُ فِي الدِّينِ) أَيْ الْعَمَلِ الصَّالِحِ وَلَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ عَلَى نِعَمِ عَمَلِ نَفْسِهِ (يَقُولُ اللَّهُ: أَرَذْتُهُ) بِمَعْنَى إيَّاهُ عَنِ الدُّنْيَا وَإِعَانَتِيْ إيَّاهُ عَلَى الطَّاعَةِ (وَلَمْ يُرِدْنِيْ) بِالرِّضَا وَالشُّكْرِ (فَتَرَكْتُهُ) بِتَرْكِ نُصْرَتِهِ (وَعَلَامَةُ السَّعَادَةِ أَرْبَعَةٌ) مِنْ الْأُمُورِ (ذِكْرُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِالنَّدَمِ وَالِاسْتِغْفَارِ (وَنِسْيَانُ الْحَسَنَاتِ الْمَاضِيَةِ) كَأَنَّهَا لَمْ تَقَعْ مِنْهُ لِأَنَّهَا لَا تَخْلُوْ مِنَ الْعِلَلِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ فَوْقَهُ فِي الدِّيْنِ) فَيَقْتَدِي بِهِ (وَنَظَرُهُ إلَى مَنْ دُونَهُ فِي الدُّنْيَا) فَيَشْكُرُ اللَّهَ تَعَالَى عَلَى نِعَمِهِ تَعَالَى عَلَيْهِ.
Maqolah yang ke lima belas (Dari Nabi Alaihis Salam sesungguhnya Nabi bersabda: [Tanda-tandanya celaka itu ada empat) Dari perkara (Melupakan dosa yang telah berlalu) Dengan tanpa penyesalan atas dosa-dosanya (Sedangkan dosa itu) Maksudnya sedangkan keadaan sesungguhnya dosa itu (Di sisi Allah Ta'ala itu terjaga) Maksudnya dicatat dengan jumlahnya dan waktunya dan tempat dari dosa itu (Dan mengingat-ingat kebaikan yang telah lalu) Dengan hati (Sedangkan ia tidak tahu apakah diterima) Maksudnya kebaikan-kebaikan (Atau ditolak, dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di atasnya dalam urusan dunia) Dengan cara ia berhasrat melihat pada dunia dan ia tidak ridho atas bagian dari Allah (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di bawahnya dalam urusan adama) Maksudnya amal sholeh dan ia tidak bersyukur kepada Allah atas kenikmatan amaliah dirinya sendiri (Allah berfirman: Aku menginginkan dia) Dengan ma'na kepadanya jauh dari dunia dan pertolonganku kepadanya dalam ketaatan (Sedangkan ia tidak menginginkan aku) Dengan ridho dan syukur (Maka aku meninggalkan dia) Dengan cara meninggalkan pertolongan padanya (Dan tanda-tanda kebahagiaan ada empat) Dari perkara-perkara (Mengingat dosa-dosa yang telah berlalu) Dengan penyesalan dan memohon ampunan (Dan melupakan kebaikan-kebaikan yang telah berlalu) Seakan-akan kebaikan-kebaikan itu tidak terjadi darinya karena sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu tidaklah kosong dari kekurangan (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di atasnya dalam urusan agama) kemudian ia mengikuti padanya (Dan pandangan orang itu kepada orang yang ada di bawahnya dalam urusan dunia) Kemudian ia bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat Allah Ta'ala kepadanya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 16
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ: أَنَّ شَعَائِرَ الْإِيمَانِ) أَيْ أَعْلَامُهُ (أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْأَعْمَالِ (التَّقْوَى) وَهُوَ فِي الطَّاعَةِ يُرَادُ بِهِ الْإِخْلَاصُ، وَفِي الْمَعْصِيَةِ يُرَادُ بِهِ التَّرْكُ وَالْحَذَرُ. وَقِيلَ: هُوَ مُحَافَظَةُ آدَابِ الشَّرِيعَةِ، وَقِيلَ: هُوَ الْاِقْتِدَاءُ بِالنَّبِيِّ ﷺ قَوْلًا وَفِعْلًا (وَالْحَيَاءُ) وَهُوَ نَوْعَانِ: نَفْسَانِيٌّ وَهُوَ الَّذِي خَلَقَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي النُّفُوسِ كُلِّهَا كَالْحَيَاءِ مِنْ كَشْفِ الْعَوْرَةِ وَالْجِمَاعِ بَيْنَ النَّاسِ، وَإِيمَانِي وَهُوَ أَنْ يَمْنَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللَّهِ تَعَالَى (وَالشُّكْرِ) وَهُوَ الثَّنَاءُ عَلَى الْمُحْسِنِ بِذِكْرِ إحْسَانِهِ فَالْعَبْدُ يَشْكُرُ اللَّهَ أَيْ يُثْنِي عَلَيْهِ بِذِكْرِ إحْسَانِهِ الَّذِي هُوَ نِعْمَةٌ (وَالصَّبْرُ) وَهُوَ تَرْكُ الشَّكْوَى مِنْ أَلَمِ الْبَلْوَى لِغَيْرِ اللَّهِ تَعَالَى.
Maqolah yang ke enam belas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana: Sesungguhnya Syiar simbol-simbol iman) Maksudnya simbol-simbol iman (Itu ada empat) Dari amalan-amalan (Takwa) Takwa dalam keta'atan adalah yang dimaksud dengannya ikhlas dan dalam maksiat adalah yang dimaksud dengannya meninggalkan maksiat dan waspada. Dan dikatakan: Takwa adalah menjaga adab-adab syari'at, dan dikatakan: Takwa adalah mengikuti kepada Nabi ﷺ dalam ucapan dan perbuatan (Dan malu) Malu itu ada dua macam: Malu Nafsani. Malu Nafsani adalah sifat malu yang telah menciptakannya Allah Ta'ala dalam setiap jiwa seluruhnya seperi malu sebab terbukanya aurat dan berjima di hadapan manusia. Dan malu Imani. Malu Imani adalah yang mencegahnya seorang mu'min dari perbuatan maksiat karena takut kepada Allah Ta'ala (Dan syukur) Syukur adalah memuji-muji kepada orang yang memberikan kebaikan dengan cara menyebut kebaikan-kebaikannya. Seorang hamba itu bersyukur kepada Allah maksudnya ia memuji kepada Allah dengan menyebut kebaikan-kebaikan Allah yang kebaikan itu merupakan kenikmatan (Dan sabar) Sabar adalah meninggalkan mengeluh dari pedihnya cobaan kepada selain Allah Ta'ala.
وَيَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَدْعُوَ بِدُعَاءِ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ ابْنِ حَبِيبٍ الَّذِي عَلَّمَهُ إِيَّاهُ سَيِّدُنَا الْخَضِرُ عَلَيْهِ السَّلَامُ عِنْدَ رُجُوعِهِ مِنَ الْأَرْضِ السُّفْلَى بِسَبَبِ أَخْذِ الْجِنِّ إِيَّاهُ إِلَى الْمَدِينَةِ الشَّرِيفَةِ وَهُوَ هَذَا: اَللَّهُمَّ قَنِّعْنَا بِمَا رَزَقْتَنَا وَاعْصِمْنَا مِنْ حَيْثُ نَهَيْتَنَا وَلَا تُحْوِجْنَا إِلَى مَنْ أَغْنَيْتَهُ عَنَّا وَاحْشُرْنَا فِي زُمْرَةِ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ وَبِكَأْسِهِ فَاسْقِنَا وَمِنْ مَعَاصِيْكَ جَنِّبْنَا وَعَلَى التَّقْوَى أَمِّتْنَا وَلِلذِّكْرِ أَلْهِمْنَا وَمِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ فَاجْعَلْنَا وَأَسْعِدْنَا وَلَا تُشْقِنَا يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. وَرُوِيَ أَنَّهُ قُلْ قَالَ: [ذِرْوَةُ الْإِيمَانِ أَرْبَعُ خِلَالٍ: الصَّبْرُ لِلْحُكْمِ وَالرِّضَا بِالْقَدْرِ وَالْإِخْلَاصُ لِلتَّوَكُّلِ وَالْإِسْتِسْلَامُ لِلرَّبِّ] رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ.
Patut kepada kita supaya kita berdoa dengan doanya Tamim Ad-Dari bin Habib yang telah mengajarkan doa itu kepadanya Sayyiduna Khodir Alaihis Salam ketika pulangnya ia di bumi bawah sebab jin membawa dirinya menuju kota Madinah yang mulia. Doa itu adalah ini : Ya Allah semoga engkau memberikan sifat qona'ah kepada kami pada perkara yang telah engkau berikan rizki kepada kami dan semoga engkau menjaga kami dari sekiranya perkara yang telah engkau larang kepada kami dan janganlah enkau menjadikan butuh kami kepada orang yang telah engkau jadikan kaya kepadanya dari kami dan semoga engkau mengumpulkan kami pada golongan umat Nabi Muhammad ﷺ dan dengan gelasnya Nabi semoga engkau memberikan minum kami semua dan dari kemaksiatan-kemaksiatan kepadamu semoga engkau menjauhkan kami semua dan di atas taqwa semoga engkau mematikan kami semua dan karena dzikir semoga engkau mengilhamkan kepada kami semua dan dari golongan orang-orang yang akan mewarisi surga na'im semoga engkau menjadikannya kepada kami dan semoga engkau membahagiakan kami semua dan semoga engkau tidak mencelakakan kami semua wahai dzat yang mempunyai kemaha agungan dan kemaha muliaan. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Puncak iman itu ada empat perkara: Sabar kepada hukum Allah dan ridho kepada takdir dan ikhlas karena bertawakkal dan berserah diri kepada Allah ] Telah meriwayatkan hadits ini Abu Nu'aim.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 17
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: اَلْأُمَّهَاتُ) أَيْ الْأُصُولُ (أَرْبَعٌ) مِنَ الْأَشْيَاءِ (أُمُّ الْأَدْوِيَةِ) جَمْعُ دَوَاءٍ وَهُوَ مَا يُتَدَاوَى بِهِ (وَأُمُّ الْآدَابِ) وَهِيَ مَعْرِفَةُ مَا يُحْتَرَزُ بِهِ عَنْ جَمِيعِ أَنْوَاعِ الْخَطَأِ (وَأُمُّ الْعِبَادَاتِ) وَهِيَ فِعْلُ الْمُكَلَّفِ عَلَى خِلَافِ هَوَى نَفْسِهِ تَعْظِيمًا لِرَبِّهِ (وَأُمُّ الْأَمَانِي) جَمْعُ أُمْنِيَّةٍ وَهُوَ تَقْدِيرُ حُصُولِ شَيْءٍ مُمْتَنِعٍ أَوْ مُمْكِنٍ (فَأُمُّ الْأَدْوِيَةِ قِلَّةُ الْأَكْلِ) فَإِنَّ الْاِحْتِمَاءَ مِنْ أَكْلِ مَا يَضُرُّ خَيْرٌ مِنَ الْأَدْوِيَةِ لِكُلِّ دَاءٍ (وَأُمُّ الْآدَابِ قِلَّةُ الْكَلَامِ) فَكَثْرَةُ الْكَلَامِ تُنْفِي الْأَدَبَ (وَأُمُّ الْعِبَادَاتِ قِلَّةُ الذُّنُوبِ) فَالذُّنُوبُ تُنْفِي الْعِبَادَةَ الَّتِي هِيَ تَعْظِيمُ اللَّهِ تَعَالَى (وَأُمُّ الْأَمَانِي الصَّبْرُ) وَهُوَ حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الْجَزَعِ، فَالصَّبْرُ أَمَرُّ مِنَ الصِّبْرِ. وَيُقَالُ: بِالصَّبْرِ تَنَالُ مَا تُرِيدُ وَبِالتَّقْوَى يَلِيْنُ لَكَ الْحَدِيدُ.
Maqolah yang ke tujuh belas (Dari Nabi ﷺ Sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: Induk-induk) Maksudnya pokok-pokok (Itu ada empat) Dari perkara-perkara (Induknya obat-obatan) Lafadz الْأَدْوِيَةُ adalah jamak dari lafadz دَوَاءٌ yaitu perkara yang menjadi obat dengannya (Dan induk adab) Adab adalah mengetahui perkara yang bisa dihindari atas perkara itu dari semua macam-macam kesalahan (Dan induk ibadah) Ibadah adalah pekerjaan seorang mukallaf dalam menyelisihi hawa nafsunya sendiri karena mengagungkan kepada tuhannya (Dan induk angan-angan) Lafadzالْأَمَانِي adalah jamak dari lafadz أُمْنِيَّةٌ yaitu mengharapkan hasilnya suatu perkara yang mustahil atau yang mungkin (Maka induknya obat-obatan adalah sedikitnya makan) Karena sesungguhnya menjaga dari memakan suatu perkara yang memadharatkan itu lebih baik dibandingkan obat-obatan untuk setiap penyakit (Dan induknya adab adalah sedikitnya berbicara) Karena banyaknya berbicara itu dapat menghilangkan tata krama (Dan induknya ibadah adalah sedikitnya dosa-dosa) Karena dosa-dosa itu dapat menghilangkan ibadah yang sejatinya ibadah itu mengagungkan Allah Ta'ala (Dan induknya angan-angan adalah sabar) Sabar adalah menahan diri dari kegelisahan, karena sabar itu lebih pahit dibandingkan buah mahoni, dan dikatakan: Dengan sabar engkau bisa memperoleh perkara yang engkau mau dan dengan takwa akan menjadi lunak kepadamu besi.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 18
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: أَرْبَعَةُ جَوَاهِرَ) وَهِيَ لِبَاسُ الطَّبِيعَةِ (فِي جِسْمِ بَنِي آدَمَ يُزِيلُهَاأَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ) مِنَ الصِّفَاتِ الْمَذْمُومَةِ (أَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ) وَهُوَ جَوْهَرٌ رُوحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللَّهُ تَعَالَى مُتَعَلِّقًا بِبَدَنِ الْإِنْسَانِ (وَالدِّينُ) وَهُوَ مَا يَدْعُو أَصْحَابُ الْعُقُولِ إِلَى قَبُولِ مَا هُوَ مِنَ الرّسُولِ ﷺ (وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ) أَيْ الْخَالِصُ (فَالْغَضَبُ يُزِيلُ الْعَقْلَ) وَهُوَ نُورٌ فِي الْقَلْبِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ.
Maqolah yang ke delapan belas (Telah bersabda Nabi Alaihis Salam: Empat perhiasan) Yaitu pakaian alami (Di dalam diri anak Adam yang bisa menghilangkan kepadanya empat perkara) Dari sifat-sifat yang tercela (Adapun perhiasan-perhiasan itu adalah akal) Akal adalah permata ruhani yang telah menciptakannya Allah Ta'ala berhubungan dengan badan manusia (Dan agama) Agama adalah perkara yang menyeru orang-orang yang memiliki akal untuk menerima perkara yang perkara itu berasal dari Rasul ﷺ (Dan malu dan amal sholeh) Maksudnya yang murni (Maka marah itu dapat menghilangkan akal) Akal adalah cahaya dalam hati yang bisa diketahui dengannya kebenaran dan kebatilan.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [يَا مُعَاوِيَةُ إِيَّاكَ وَالْغَضَبَ فَإِنَّ الْغَضَبَ يُفْسِدُ الْإِيمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصَّبْرُ الْعَسَلَ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Wahai mu'awiyah waspadalah kamu terhadap sifat marah karena sesungguhnya marah itu dapat merusak keimanan sebagaimana dapat merusak buah mahoni pada madu] telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Baihaqi
(وَالْحَسَدُ) وَهُوَ تَمَنِّي زَوَالِ نِعْمَةِ الْغَيْرِ (يُزِيلُ الدِّينَ) أَيْ الشَّرِيعَةَ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ] رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ. قَالَ الشَّاعِرُ: [مِنْ بَحْرِ الْمُتَقَارِبِ]
(Dan sifat hasud) Hasud adalah mengharapkan hilangnya kenikmatan orang lain (Itu dapat menghilangkan agama) Maksudnya syari'at. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Waspadalah kalian terhadap sifat hasud karena sesungguhnya hasud itu dapat memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana bisa memakan api pada kayu bakar] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Abu Daud. Telah berkata seorang penyair: [Dari Bahar Mutaqorrib]
أَتَدْرِي عَلَى مَنْ أَسَأْتَ الْأَدَبَ | * | أَلَا قُلْ لِمَنْ بَاتَ لِي حَاسِدًا |
إِذَا أَنْتَ لَمْ تَرْضَ لِي مَا وَهَبَ | * | أَسَأْتَ عَلَى اللَّهِ فِي فِعْلِهِ |
وَسَدَّ عَلَيْكَ وُجُوهَ الطَّلَبِ | * | فَجَازَاكَ رَبِّي بِأَنْ زَادَنِي |
Ingat ucapkanlah kepada orang yang bersifat dirinya kepadaku hasud | * | Apakah kamu tahu kepada siapa kamu bersu'ul adab |
Engkau telah berbuat buruk kepada Allah dalam keputusan Allah | * | Ketika kamu tidak ridho kepadaku atas perkara yang telah Allah berikan |
Maka membalas kepadamu tuhanku dengan menambahkan kenikmatan kepadaku | * | Dan Allah menutup atasmu segala bentuk permintaan |
(وَالطَّمَعُ) أَيْ الرَّغْبَةُ فِي الشَّيْءِ (يُزِيلُ الْحَيَاءَ، وَالْغِيبَةُ تُزِيلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ) وَالْغِيبَةُ بِكَسْرِ الْغَيْنِ أَنْ يَذْكُرَ الشَّخْصُ مَسَاوِيَ الْإِنْسَانِ فِي غَيْبَتِهِ وَهِيَ فِيهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ فِيْهِ فَهِيَ بُهْتَانٌ وَإِنْ وَاجَهَهُ بِهَا فَھوَ شَتْمٌ.
(Dan sifat thoma) Maksudnya ingin pada sesuatu (Itu dapat menghilangkan rasa malu, dan ghibah itu dapat menghilangkan amal sholeh) Lafadz الْغِيبَةُ dengan mengkasrohkan huruf ghin adalah menyebutkan oleh seseorang pada keburukan manusia disaat manusia tersebut tidak ada sedangkan keburukan itu memang ada pada diri manusia tersebut dan jika tidak ada keburukan itu dalam diri manusia tersebut maka menyebutkan keburukan manusia itu adalah fitnah dan jika berhadapan langsung dengan manusia tersebut dengan menyebut keburukannya maka itu adalah mencaci maki.