Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 8-13
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 8-13
Image by © LILMUSLIMIINTerjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 8
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَجَدْتُ حَلَاوَةَ الْعِبَادَةِ فِي أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ: أَوَّلُهَا: فِي أَدَاءِ فَرَائِضِ اللَّهِ) يَسِيْرِهَا وَعَسِيْرِهَا (وَالثَّانِي: فِي اجْتِنَابِ مَحَارِمِ اللَّهِ) صَغِيرِهَا وَكَبِيرِهَا (وَالثَّالِثُ: فِي الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ) وَهُوَ كُلُّ مَا يَحْسُنُ فِي الشَّرْعِ (وَابْتِغَاءِ ثَوَابِ اللَّهِ) وَهُوَ مِنْ عَطْفِ الْعِلَّةِ عَلَى مَعْلُولِهَا (وَالرَّابِعُ: فِي النَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ) وَهُوَ مَا لَيْسَ فِيهِ رِضَا اللَّهِ تَعَالَى مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ (وَالْاِتِّقَاءِ) أَيْ الِاحْتِرَاسِ (مِنْ غَضَبِ اللَّهِ) وَهُوَ مِنْ عَطْفِ السَّبَبِ عَلَى الْمُسَبَّبِ.
Maqolah yang ke delapan (Dari Utsman Radhiallahu Anhu: Aku menemukan kenikmatan beribadah sebab empat perkara: Yang pertama dari empat perkara: Adalah sebab menunaikan kefardhuan kepada Allah) Mudahnya kefardhuan itu dan susahnya kefardhuan itu (Dan yang kedua: Adalah sebab menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah) Kecilnya yang diharamkan itu dan besarnya yang diharamkan itu (Dan yang ketiga: Adalah sebab memerintah kebaikan) Yaitu setiap perkara yang baik menurut syara (Karena mengharapkan pahala dari Allah) Lafadz وَابْتِغَاءِ mengathaf kepada lafadz الْأَمْرِ adalah dari mengathofkan illat kepada yang diilatinya (Dan yang ke empat: Adalah sebab melarang dari kemungkaran) Yaitu perkara yang tidak ada di dalamnya ridho Allah Ta'ala dari perkataan atau perbuatan (Karena menjaga) Maksudnya menjaga (Dari murkanya Allah) Lafadz وَالْاِتِّقَاءِ itu dari mengathofkan sebab kepada musabab.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 9
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ) أَيْ سَيِّدُنَا عُثْمَانَ (أَيْضًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (ظَاهِرُهُنَّ فَضِيلَةٌ) أَيْ خَيْرٌ كَثِيرٌ (وَبَاطِنُهُنَّ فَرِيضَةٌ) أَيْ وَاجِبَةٌ (مُخَالَطَةُ الصَّالِحِينَ) أَيْ الْقَائِمِينَ بِحُقُوقِ اللَّهِ تَعَالَى وَحُقُوقِ الْعِبَادِ (فَضِيلَةٌ، وَالِاقْتِدَاءُ بِهِمْ) فِي أَفْعَالِهِمْ الصَّالِحَةِ (فَرِيضَةٌ، وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ فَضِيلَةٌ، وَالْعَمَلُ بِهِ) أَيْ بِمَا فِي الْقُرْآنِ مِنَ الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي (فَرِيضَةٌ، وَزِيَارَةُ الْقُبُورِ) أَيْ قُبُورِ الصَّالِحِينَ (فَضِيلَةٌ، وَالِاسْتِعْدَادُ لَهَا) أَيْ التَّهَيُّؤُ لِدُخُولِ الْقَبْرِ بِفِعْلِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ (فَرِيضَةٌ) وَزِيَارَةُ الْقُبُورِ إمَّا لِمُجَرَّدِ تَذَكُّرِ الْمَوْتِ وَالْآخِرَةِ فَتَكُونُ بِرُؤْيَةِ الْقُبُورِ مِنْ غَيْرِ مَعْرِفَةِ أَصْحَابِهَا وَلَوْ قُبُورَ الْكَافِرِينَ أَوْ لِنَحْوِ دُعَاءٍ فَتُسَنُّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ أَوْ لِلتَّبَرُّكِ فَتُسَنُّ لِأَهْلِ الْخَيْرِ أَوْ لِأَدَاءِ حَقٍّ كَصَدِيقٍ وَوَالِدٍ (وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ فَضِيلَةٌ، وَاِتِّخَاذُ الْوَصِيَّةِ فَرِيضَةٌ) قَالَ ﷺ: [الْمَحْرُومُ مَنْ حُرِمَ الْوَصِيَّةَ] أَيْ الْمَحْرُومُ مِنْ الثَّوَابِ وَالْخَيْرِ الْعَظِيمِ مَنْ مُنِعَ مِنَ الْوَصِيَّةِ، رَوَاهُ ابْنُ مَاجَةَ عَنْ أَنَسٍ.
Maqolah yang ke sembilan (Telah berkata) Maksudnya Sayyiduna Utsman (Juga Radhiallahu Anhu: Empat) Dari perkara (Dzohirnya empat perkara itu adalah keutamaan) Maksudnya kebaikan yang banyak (Dan dalamnya empat perkara itu adalah kefardhuan) Maksudnya kewajiban (Bergaul bersama orang-orang sholeh) Maksudnya orang-orang yang mendirikan pada hak-haknya Allah Ta'ala dan hak-haknya para hamba (Adalah keutamaan, sedangkan mengikuti kepada mereka) Dalam perbuatan-perbuatan mereka yang sholeh (Adalah kefardhuan. Dan membaca Al-Quran adalah keutamaan sedangkan mengamalkan Al-Quran) Maksudnya pada perkara dalam Al-Quran dari perintah-perintah dan larangan-larangan (Adalah kefardhuan. Dan berziarah qubur) Maksudnya quburan orang-orang sholeh (Adalah keutamaan sedangkan bersiap untuknya) Maksudnya bersiap-siap untuk masuk alam qubur dengan mengerjakan amal-amal sholeh (Adalah kefardhuan) Dan ziarah qubur adakalanya untuk semata-mata mengigat kematian dan akhirat maka ada tujuan itu dengan melihat qubur tanpa harus mengetahui nama pemiliknya walaupun quburan orang-orang kafir atau untuk seumpama mendoakan maka disunnahkan kepada setiap orang muslim atau untuk tabarruk maka disunnahkan kepada ahli kebaikan atau untuk menunaikan hak seperti sahabat dan orang tua (Dan mengunjungi orang sakit adalah satu keutamaan sedangkan megambil wasiat adalah fardhu) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Orang yang dihalang-halangi adalah orang yang dihalangi pada wasiat] Maksudnya orang yang dihalang-halangi dari pahala dan kebaikan yang agung adalah orang yang dihalangi dari wasiat, Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Majah Dari Anas
وَقَالَ ﷺ: [مَنْ مَاتَ عَلَى وَصِيَّةٍ مَاتَ عَلَى سَبِيلٍ وَسُنَّةٍ وَتُقًى وَشَهَادَةٍ وَمَاتَ مَغْفُورًا لَهُ].
Dan telah bersabda Nabi ﷺ: [Barang siapa yang mati di atas wasiat maka ia mati di atas agama islam dan di atas sunah dan di atas ketakwaan dan di atas syahid dan ia mati sebagai yang diampuni untuknya].
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 10
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (أَنَّهُ قَالَ: مَنْ اِشْتَاقَ إِلَى الْجَنَّةِ سَارَعَ إِلَى الْخَيْرَاتِ) أَيْ أَسْرَعَ الذَّهَابَ إِلَيْهَا (وَمَنْ أَشْفَقَ) أَيْ حَذَرَ (مِنَ النَّارِ انْتَهَى عَنِ الشَّهَوَاتِ) أَيْ اِمْتَنَعَ عَنِ اتِّبَاعِ حَرَكَاتِ النَّفْسِ (وَمَنْ تَيَقَّنَ بِالْمَوْتِ اِنْهَدَمَتْ عَلَيْهِ اللَّذَّاتُ) بِالدَّالِ الْمُهْمَلَةِ، أَيْ فَنِيَتْ، أَوْ بِالذَّالِ الْمُعْجَمَةِ أَيْ اِنْقَطَعَتْ (وَمَنْ عَرَفَ اَلدُّنْيَا) بِأَنَّهَا دَارُ اَلْمِحَنِ وَالْكُدُورَاتِ (هَانَتْ عَلَيْهِ اَلْمُصِيبَاتُ) أَيْ لَانَتْ عَلَيْهِ الشَّدَائِدُ النَّازِلَةُ.
Maqolah yang ke sepuluh (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarroma Wajhah (Sesungguhnya ia berkata: Barang siapa rindu pada surga maka ia akan bergegas menuju kebaikan-kebaikan) Maksudnya ia bergegas berangkat menuju kebaikan (Dan barang siapa yang takut) Maksudnya takut (Dari neraka maka ia akan mencegah diri dari syahwat) Maksudnya ia mencegah diri dari mengikuti gerakan nafsu (Dan barang siapa meyakini pada kematian maka pasti menjadi lebur kepadanya kenikmatan) Lafadz اِنْهَدَمَتْ dengan د yagn diringankan maksudnya rusak atau dengan ذ yang diberi titik maksudnya menjadi putus (Dan barang siapa yang mengenal dunia) Karena sesungguhnya dunia adalah tempatnya berbagai ujian dan tempatnya berbagai kotoran (Maka menjadi mudah kepadanya berbagai musibah) Maksudnya menjadi ringan kepadanya berbagai musibah berat yang menimpa.
[nextpage]
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 11
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الصَّلَاةُ عِمَادُ الدِّينِ) أَيْ أَصْلُهُ فَقِوَامُ الدِّينِ لَيْسَ إِلَّا بِهَا كَمَا أَنَّ الْبَيْتَ لَا يَقُومُ إِلَّا عَلَى عَمُودِهِ فَهِيَ تَحْقِيقٌ لِلْعُبُودِيَّةِ وَأَدَاءٌ لِحَقِّ الرُّبُوبِيَّةِ وَجَمِيْعِ الْعِبَادَاتِ وَسَائِلُ إلَى تَحْقِيقِ سِرِّهَا (وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ)، قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ أَرْفَعُ الْعِبَادَةِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. أَيْ السُّكُوتُ عَمَّا لَا يَنْفَعُ فِى الدِّينِ وَالدُّنْيَا وَتَرْكُ الرَّدِّ عَلَى مَنْ اِعْتَدَى مِنْ أَرْفَعِ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ، فَإِنَّ أَكْثَرَ الْخَطَايَا مِنَ اللِّسَانِ، أَمَّا إذَا كَانَ الْإِنْسَانُ خَالِيًا عَنْ النَّاسِ فَلَا يَكُونُ سُكُوتُهُ مِنَ الْعِبَادَةِ.
Maqolah yang ke sebelas (Dari Nabi ﷺ Sesungguhnya Nabi bersabda: [Sholat adalah tiang agama) Maksudnya pangkalnya agama. Maka tegaknya agama itu tidak ada kecuali dengan sholat sebagaimana sesungguhnya rumah itu tidak akan bisa berdiri kecuali dengan tiang rumah Maka sholat adalah perwujudan untuk ibadah dan pelaksanaan pada hak-hak ketuhanan dan seluruh ibadah itu menjadi sarana menuju perwujudan dari rahasia sholat. (Dan tidak berkata-kata itu lebih utama) Telah berkata ﷺ: [Tidak berkata-kata adalah setinggi-tingginya ibadah] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu. Maksudnya diam dari perkara yang tidak bermanfaat dalam urusan agama dan dunia dan meninggalkan dari menjawab kepada orang yang dzolim adalah sebagian dari setinggi-tingginya warna ibadah. Karena sesungguhnya paling banyaknya kesalahan itu dari lisan. Adapun ketika ada manusia yang sepi dari manusia maka tidak menjadi diamnya orang itu bagian dari ibadah.
(وَالصَّدَقَةُ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ زَيْنٌ لِلْعَالِمِ وَسِتْرٌ لِلْجَاهِلِ] رَوَاهُ أَبُو الشَّيْخِ عَنْ مُحْرِزٍ وَذَلِكَ لِمَا فِي الصَّمْتِ مِنَ الْوَقَارِ، أَيْ الرَّزَانَةِ الْمُنَاسِبَةِ لِحَقِّ الْعِلْمِ وَلِأَنَّ الْمَرْءَ جَهْلُهُ مَسْتُورٌ مَا لَمْ يَتَكَلَّمْ.
(Shodaqoh itu bisa memadamkan murkanya Allah dan diam itu lebih utama) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Diam adalah perhiasan bagi orang alim dan penutup untuk orang-orang bodoh] Telah meriwayatkan hadits ini Abu Syaikh dari Muhriz dan hal itu karena perkara yang ada sebab diam nyatanya wibawa maksudnya ketenangan hati yang sesuai dengan kebenaran ilmu dan karena sesungguhnya seseorang itu kebodohannya tertutup selama ia tidak berbicara.
(وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ) أَيْ وِقَايَةٌ (مِنَ النَّارِ، وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ) قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ أَنَسٍ، أَيْ السُّكُوتُ عَمَّا لَا ثَوَابَ فِيهِ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ الْحَسَنَةِ لِسَلَامَةِ صَاحِبِهِ مِنَ الْغِيبَةِ وَنَحْوِهَا. أَمَّا الِاشْتِغَالُ بِمَا فِيهِ ثَوَابٌ مِنْ نَحْوِ ذِكْرٍ وَقِرَاءَةِ قُرْآنٍ وَعِلْمٍ فَهُوَ أَفْضَلُ مِنَ الصَّمْتِ.
(Puasa adalah benteng) Maksudnya pelindung (Dari neraka dan diam itu lebih utama) Telah bersabda ﷺ: [Diam adalah pimpinan akhlak] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami dari Anas. Maksudnya diam dari perkara yang tidak mengandung pahala di dalamnya adalah pimpinan akhlak yang baik karena selamatnya orang yang mempunyai diam dari gibah dan seumpama gibah. Adapun sibuk dengan perkara yang di dalamnya ada pahala dari seumpama dzikir dan membaca Al-Qur'an dan membaca ilmu maka hal itu lebih utama dibandingkan diam.
(وَالْجِهَادُ سَنَامُ الدِّينِ) أَيْ أَعْلَاهُ إِنْ تَعَيَّنَ وَذَلِكَ أَنَّ الْجِهَادَ يُعْلَمُ مِنْ مَحَلٍّ بَعِيدٍ كَمَا أَنَّ سَنَامَ الْإِبِلِ يُرَى مِنْ بَعِيدٍ (وَالصَّمْتُ أَفْضَلُ]) قَالَ ﷺ: [الصَّمْتُ حِكَمٌ وَقَلِيلُ فَاعِلُهُ] رَوَاهُ الْقُضَاعِيُّ عَنْ أَنَسٍ وَالدَّيْلَمِيِّ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَيْ الصَّمْتُ حِكْمَةٌ، أَيْ نَافِعٌ يَمْنَعُ مِنَ الْجَهْلِ وَقَلَّ مَنْ يَصْمُتُ عَمَّا لَا فَائِدَةَ فِيهِ وَمَنْ يَمْنَعُ نَفْسَهُ عَنِ النُّطْقِ بِمَا يُشِيْنُهُ. وَمِنْ ثَمَّ قِيلَ: [مِنْ بَحْرِ الْخَفِيفِ]
(Dan jihad adalah puncak agama) Maksudnya yang tertinggi dari agama jika sudah wajib dan hal itu sesungguhnya jihad bisa diketahui dari tempat yang jauh sebagaimana sesungguhnya punuk unta bisa dilihat dari kejauhan (Dan diam itu lebih utama) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Diam merupakan hikmah dan sangat sedikit orang yang melakukannya] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Al-Qudho'i dari Anas dan Imam Ad-Dailami dari Ibnu Umar. Maksudnya diam adalah kebijaksanaan maksudnya yang bermanfaat yang bisa mencegah dari kebodohan dan sedikit orang yang bisa diam dari perkara yang tidak mengandung faedah di dalamnya dan sedikit orang yang bisa mencegah pada dirinya sendiri darii berucap atas perkara yang akan mempermalukan dirinya. Oleh karena itulah dikatakan: [Dari Bahar Khofif]
َقَدْ فَرَشْتَ الْفُضُولَ عَرْضًا وَطُولًا | * | يَا كَثِيرَ الْفُضُولِ قَصِّرْ قَلِيلًا |
فَاسْكُتِ الْآنَ إِنْ أَرَدْتَ جَمِيلًا | * | قَدْ أَخَذْتَ مِنَ الْقَبِيحِ بِحَظٍّ |
ًWahai orang yang banyak bicara kurangilah ucapanmu sedikit | * | Sungguh kau telah menyebarkan ucapan itu dengan mengemukakan dan melebih-lebihkan |
Sungguh kau telah mengambil dari keburukan sebagai jatah | * | Maka diamlah sekarang juga jika engkau mengharapkan keindahan |
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ تُجَاهِدَ نَفْسَكَ وَهَوَاكَ فِي ذَاتِ اللَّهِ]رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Paling utamanya jihad adalah engkau memerangi dirimu dan hawa nafsumu di dalam meraih ridho Allah] Telah meriwayatkan hadits ini Imam Ad-Dailami.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 12
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ: أَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَى نَبِيٍّ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ بَنِي إسْرَائِيلَ) عَلَيْهِمْ السَّلَامُ (وَقَالَ) جَلَّ وَعَزَّ (صَمْتُكَ عَنِ الْبَاطِلِ) وَهُوَ مَا لَا يُفِيدُ شَيْئًا (لِي) أَيْ لِأَجْلِي (صَوْمٌ) أَيْ ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الصَّوْمِ (وَحِفْظُكَ الْجَوَارِحَ) أَيْ الْعَوَامِلَ كَالْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ (عَنِ الْمَحَارِمِ لِي صَلَاةٌ) أَيْ أَجْرُهُ كَأَجْرِ الصَّلَاةِ (وَإِيَاسُكَ) أَيْ قَطْعِ طَمَعَكَ (عَنِ الْخَلْقِ لِي صَدَقَةٌ) أَيْ ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الصَّدَقَةِ (وَكَفُّكَ الْأَذَى) أَيْ وُصُولَ الْمَكْرُوهِ (عَنِ الْمُسْلِمِينَ لِي) أَيْ لِأَجْلِي (جِهَادٌ) أَيْ ثَوَابُهُ كَثَوَابِ الْجِهَادِ.
Maqolah yang ke dua belas (Dikatakan: Telah mewahyukan Allah Ta'ala kepada Nabi dari Bani Israil) Alaihimus Salam (Dan Allah berfirman) Jalla Wa Azza (Diamnya engkau dari kebatilan) Yaitu perkara yang tidak memberikan faedah apapun (Karena ku) Maksudnya karena arah-arah ridhoku (Adalah puasa) Maksudnya ganjaran diam dari kebatilan itu seperti ganjaran puasa (Dan menjaganya kamu pada angota badan) Maksudnya anggota badan seperti kedua tangan dan kedua kaki (Dari yang diharamkan karenaku adalah sholat) Maksudnya ganjaran menjaga anggota badan dari yang diharamkan itu seperti ganjaran sholat (Dan keputusasaanmu) Maksudnya putusnya sifat tomamu (Dari Makhluk karenaku adalah shodaqoh) Maksudnya pahala memutus sifat toma dari adalah shodaqoh (Dan menahannya kamu dari menyakiti) Maksudnya menyalurkan perkara yang dibenci (Pada orang orang muslim karena ku) Maksudnya karena arah-arah ridhoku (Adalah jihad) Maksudnya pahala menahan dari menyakiti pada orang-orang muslim itu seperti pahala jihad.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 4 Maqolah 13
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (مِنْ ظُلْمَةِ الْقَلْبِ: بَطْنٌ شَبْعَانٌ مِنْ غَيْرِ مُبَالَاةٍ) بِأَنْ كَانَ الشِّبْعُ زَائِدًا عَنْ ثُلُثِ الْمَصَارِينَ الَّذِي هُوَ الشِّبْعُ الشَّرْعِيُّ (وَصُحْبَةُ الظَّالِمِينَ) أَيْ الْمُتَجَاوِزِينَ عَنِ الْحَقِّ إِلَى الْبَاطِلِ (وَنِسْيَانُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِأَنْ يَغْفُلَ عَنْهَا مِنْ غَيْرِ نَدَمٍ (وَطُولُ الْأَمَلِ) وَهُوَ تَرَقُّبُ مَا يُسْتَبْعَدُ حُصُولُهُ.
Maqolah yang ke tiga belas (Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu Anhu ia berkata: Empat) Dari perkara (Dari sebagian sebab gelapnya hati: Perut yang kenyang dari selain kepedulian) Dengan adanya perut itu kenyang melebihi sepertiga usus yang merupakan kenyang menurut syara (Dan bergaul bersama orang-orang dzolim) Maksudnya orang-orang yang saling melewati batas dari batas kebenaran menuju batas kebatilan (Dan lupa dari dosa-dosa yang telah lalu) Dengan cara lupa dari dosa itu dengan tanpa penyesalan (Dan panjang angan-angan) Yaitu mengharapkan perkara yang mustahil hasilnya perkara itu.
وَعَنْ عَلِيٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: [إِنَّ أَشَدَّ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ خِضْلَتَانِ: إِتْبَاعُ الْهَوَى وَطُولُ الْأَمَلِ، فَأَمَّا إتْبَاعُ الْهَوَى فَإِنَّهُ يَعْدِلُ عَنِ الْحَقِّ، وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَالْحُبُّ لِلدُّنْيَا] رَوَاهُ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا.
Diriwayatkan dari Ali Sesungguhnya Rasulallah ﷺ bersabda: [Sesungguhnya paling beratnya perkara yang aku khawatir menimpa kalian semua adalah dua perkara: Mengikuti hawa nafsu dan panjang angan angan. Adapun mengikuti hawa nafsu karena sesungguhnya mengikuti hawa nafsu itu bisa memalingkan seseorang dari kebenaran dan adapun panjang angan-angan itu menjadi sebab cinta dunia] Telah meriwayatkan hadits ini Ibnu Abid-Dunia
(وَأَرْبَعَةٌ) مِنَ الْخِصَالِ (مِنْ نُورِ الْقَلْبِ: بَطْنٌ جَائِعٌ مِنْ حَذَرٍ) أَيْ لِأَجْلِ تَيَقُّظٍ وَتَأَهُّبٍ (وَصُحْبَةُ الصَّالِحِينَ) أَيْ الْخَالِصِينَ مِنْ كُلِّ فَسَادٍ (وَحِفْظُ الذُّنُوبِ الْمَاضِيَةِ) بِأَنْ يَتَذَكَّرَهَا مَعَ النَّدَمِ (وَقَصْرُ الْأَمَلِ) أَيْ حَبْسُهُ.
(Dan empat) Dari perkara (Dari sebagian sebab terangnya hati: Perut yang lapar karena berhati-hati) Maksudnya karena arah kewaspadaan dan siap-siap (Dan bersahabat bersama orang-orang sholeh) Maksudnya mereka yang murni dari setiap kerusakan (Dan mengingat dari dosa yang telah berlalu) Dengan cara mengingat dosa itu disertai penyesalan (Dan memendekkan angan-angan) Maksudnya menahan dari berangan-angan.
قَالَ أَبُو الطَّيِّبِ: مَنْ جَلَسَ مَعَ ثَمَانِيَةِ أَصْنَافٍ زَادَهُ اللَّهُ ثَمَانِيَةَ أَشْيَاءَ: مَنْ جَلَسَ مَعَ الْأَغْنِيَاءِ زَادَهُ اللَّهُ حُبَّ الدُّنْيَا وَالرَّغْبَةَ فِيْهَا، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْفُقَرَاءِ حَصَلَ لَهُ الشُّكْرُ وَالرِّضَا بِقِسْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ السُّلْطَانِ زَادَهُ اللَّهُ الْقَسْوَةَ وَالْكِبْرَ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ النِّسَاءِ زَادَهُ اللَّهُ الْجَهْلَ وَالشَّهْوَةَ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الصِّبْيَانِ ازْدَادَ مِنْ اللَّهْوِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْفُسَّاقِ ازْدَادَ مِنْ الْجَرَاءَةِ عَلَى الذُّنُوبِ وَتَسْوِيفِ التَّوْبَةِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الصَّالِحِينَ ازْدَادَ رَغْبَةً فِي الطَّاعَةِ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ الْعُلَمَاءِ ازْدَادَ مِنْ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ.
Telah berkata Abu Toyyib: Barang siapa yang duduk bersama delapan golongan maka pasti Allah akan menambah kepadanya delapan perkara: Barang siapa duduk bersama orang-orang kaya maka pasti Allah akan menambah kepadanya cinta dunia dan senang kepada dunia, dan barang siapa duduk bersama orang-orang fakir maka akan hasil kepadanya rasa syukur dan ridho atas bagian dari Allah Ta'ala, Dan barang siapa duduk bersama sultan maka pasti Allah akan menambah kepadanya kerasnya hati dan sombong, dan barang siapa duduk bersama perempuan maka pasti Allah akan menambahkan kepadanya kebodohan dan syahwat, dan barang siapa duduk bersama anak-anak kecil maka bertambah kepadanya dari bermain-main, dan barang siapa duduk bersama orang-orang fasik maka bertambah kepadanya dari berani melakukan pada dosa-dosa dan menunda-nunda taubat, dan barang siapa duduk bersama orang orang sholeh maka bertambah kepadanya rasa suka dalam ketaatan, dan barang siapa duduk bersama para ulama maka bertambah kepadanya dari ilmu dan amal