Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 16-20
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 16-20
Image by © LILMUSLIMIINTerjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 16
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (بَيْنَ يَدَيِ التَّقْوَى) أَيْ أَمَامَ التَّقْوَى (خَمْسُ عَقَبَاتٍ) أَيْ مَصَاعِدَ (مَنْ جَاوَزَهَا) أَيْ تِلْكَ الْخَمْسَ (نَالَ التَّقْوَى) وَهِيَ: تَرْكُ مُرَادَاتِ النَّفْسِ, وَمُجَانَبَةُ نَهْيِ اللّٰهِ تَعَالَى.
Maqolah yang ke enam belas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana) Rahimahullahu Ta'ala (Di hadapan takwa) Maksudnya di hadapan takwa (Ada lima rintangan) Maksudnya tanjakan (Barang siapa yang menempuh pada lima rintangan itu) Maksudnya lima tanjakan itu (Maka pasti ia akan memperoleh takwa) Takwa yaitu: Meninggalkan perkara-perkara yang diinginkan oleh nafsu dan menjauhi larangan dari Allah Ta'ala.
(أَوَّلُهَا: اِخْتِيَارُ الشِّدَّةِ) أَيْ الثِّقَلِ (عَلَى النِّعْمَةِ) أَيْ التَّمَتُّعِ.
(Yang pertama dari lima rintangan itu: Adalah memilih kesulitan) Maksudnya beban berat (Di atas kenikmat) Maksudnya kesenangan.
(وَثَانِيْهَا: اِخْتِيَارُ الْجَهْدِ) بِفَتْحِ الْجِيْمِ أَيْ الْمَشَقَّةِ (عَلَى الرَّاحَةِ) أَيْ زَوَالِ التَّعَبِ.
(Dan yang kedua dari lima rintangan itu: Adalah memilih bekerja keras) Lafadz الْجَهْدُ dengan memfathahkan ج Maksudnya bersusah payah (Dari pada bernyaman-nyaman) Maksudnya hilangnya susah payah.
(وَثَالِثُهَا: اِخْتِيَارُ الذِّلِّ) أَيْ الضَّعْفِ (عَلَى الْعِزِّ) أَيْ الْقُوَّةِ وَالْغَلَبَةِ.
(Dan yang ketiga dari lima rintangan itu: Adalah memilih hina) Maksudnya lemah (Di atas kemulyaan) Maksudnya kekuatan dan kemenangan.
(وَرَابِعُهَا: اِخْتِيَارُ السُّكُوْتِ عَلَى الْفُضُوْلِ) وَهُوَ مَا لَا خَيْرَ فِيْهِ مِنَ الْكَلَامِ.
(Dan yang keempat dari lima rintangan itu: Adalah memilih diam dari pada beromong kosong) Beromong kosong adalah sesuatu yang tidak ada kebaikan di dalamnya dari ucapan.
(وَخَامِسُهَا: اِخْتِيَارُ الْمَوْتِ عَلَى الْحَيَاةِ) وَالْمَوْتُ عِنْدَ أَهْلِ اللّٰهِ تَعَالَى قَمْعُ هَوَى النَّفْسِ, فَمَن مَاتَ عَنْ هَوَاهُ فَقَدْ حَيَّى بِهٰذِهِ.
(Dan yang kelima: Adalah memilih mati di atas kehidupan) Dan mati menurut wali Allah adalah hancurnya kesenangan nafsu, Maka barang siapa yang mati dari hawa nafsunya maka benar benar ia telah hidup dalam pengertian ini.
ثُمَّ الْمَوْتُ يَنْقَسِمُ أَرْبَعَةَ أَقْسَامٍ: مَوْتٌ أَحْمَرُ وَهُوَ مُخَالَفَةُ النَّفْسِ,
Kemudian mati terbagi pada empat bagian: Yang pertama adalah mati merah yaitu menyelisihi nafsu
وَمَوْتٌ أَبْيَضُ وَهُوَ الْجُوْعُ لِأَنَّهُ يُنَوِّرُ الْبَاطِنَ وَيُبَيِّضُ وَجْهَ الْقَلْبِ فَمَنْ مَاتَ شَبْعُهُ حَيِيَتْ فَطَنَتُهُ
Dan yang kedua adalah mati putih yaitu lapar karena sesungguhnya lapar itu dapat menerangi batin dan memutihkan wajah hati. Barang siapa yang mati rasa kenyangnya maka pasti hidup kecerdasannya
وَمَوْتٌ أَخْضَرُ وَهُوَ لُبْسُ الْمُرَقَّعِ مِنَ الْخِرَقِ الْمُلْقَاةِ الَّتِيْ لَا قِيْمَةَ لَهَا لِانْقِطَاعِهِ وَشِدَّتِهِ بِالْقَنَاعَةِ
Dan yang ketiga adalah mati hijau yaitu pakaian bertambal dari serpihan-serpihan yang dibuang yang tidak ada nilai baginya karena sifat zuhudnya dan karena sifat sangatnya pada qona'ah.
وَمَوْتٌ أَسْوَدُ وَهُوَ اِحْتِمَالُ أَذَى الْخَلْقِ وَهُوَ الْفَنَاءُ فِى اللّٰهِ لِشُهُوْدِ الْأَذَى مِنْهُ بِرُؤْيَةِ فَنَاءِ الْأَفْعَالِ فِى فِعْلِ مَحْبُوْبِهِ.
Dan yang keempat adalah mati hitam yaitu menanggung rasa sakit dari makhluk. Makhluk adalah fana menurut Allah karena menyaksikan rasa sakit dari Allah dengan melihat perbuatan-perbuatan fana (makhluk) dalam perbuatan dzat (Allah) yang dicintainya.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 17
(و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: النَّجْوَى تُحَصِّنُ الْأَسْرَارَ) أَيْ الْمُسَارَرَةُ تَحْفَظُ الْأُمُوْرَ الْمَكْتُوْمَةِ, فَكِتْمَانُ الْأَسْرَارِ أَقْوَى أَسْبَابِ النَّجَاحِ,
Maqolah yang ke tujuh belas (Dari Nabi ﷺ: Berbisik-bisik itu dapat membentengi rahasia-rahasia) Maksudnya berbisik-bisik itu dapat menjaga urusan yang disimpan. Maka menyimpan rahasia-rahasia adalah paling kuatnya sebab kesuksesan.
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اِسْتَعِيْنُوْا عَلَى الْحَاجَاتِ بِالْكِتْمَانِ فَإِنَّ كُلَّ ذِيْ نِعْمَةٍ مَحْسُوْدٌ].
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesunngguhnya Nabi bersbda: [Minta tolonglah kalian semua atas kebutuhan dengan cara menyembunyikan karena sesungguhnya setiap yang memiliki nikmat akan dihasud].
(وَالصَّدَقَةُ تُحَصِّنُ الْأَمْوَالِ) رُوِيَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [مَا مِنْ يَوْمٍ غَرَبَتْ فِيْهِ شَمْسُهُ إِلَّا وَمَلكَانِ يُنَادِيَانِ: اَللّٰهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَمُمْسِكًا تَلَفًا وَأُنْزِلَ فِى ذَالِكَ الْقُرْآنُ: فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ ٥ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ ٦ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ ٧] [الليل: الآية ٥-٧]
(Dan sedekah itu akan menjaga harta-harta) Diriwayatkan dari Abu Darda ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: [Tidak ada satu haripun yang mataharinya terbenam di dalamnya melainkan dua malaikat berseru: Ya Allah semoga engkau memberikan kepada orang yang berinfak pengganti dan semoga engkau memberikan kepada orang yang pelit kerusakan. Dan diturunkan Al-Quran dalam makna seperti itu: Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, (5) dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, (6) maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (7) ]. [Q.S Al-Lail: Ayat 5-7]
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عنهُمَا: أَيْ مَنْ أَعْطَى فِيْمَا أُمِرَ وَاتَّقَىٰ فِيْمَا حَضَرَ وَصَدَّقَ بِالْخَلَفِ مِنْ عَطَائِهِ فَسَنُهَيِّئُهُ لِلْخَصْلَةِ الَّتِيْ تُؤَدِّي إِلَى رَاحَةٍ.
Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma berkata: Maksudnya orang yang memberikan hartanya pada perkara yang ia telah diperintah dan ia berhati-hati pada harta yang ada dan ia membenarkan pada balasan dari pemberiannya maka kami akan menjadikan ia berseri-seri karena kebiasaan yang mendorong kebiasaan itu pada ketenangan.
(وَالْإِخْلَاصُ يُحَصِّنُ الْأَعْمَالِ) فَأَعْلَى مَرَاتِبِ الْإِخْلَاصِ تَصْفِيَةُ الْعَمَلِ عَنْ مُلَاحَظَةِ الْخَلْقِ بِأَنْ لَا يُرِيْدَ بِعِبَادَتِهِ إِلَّا إِمْتِثَالَ أَمْرِ اللّٰهِ وَالْقِيَامَ بِحَقِّ الْعُبُوْدِيَّةِ دُوْنَ إِقْبَالِ النَّاسِ عَلَيْهِ بِالْمَحَبَّةِ وَالثَّنَاءِ وَالْمَالِ وَنَحْوِ ذَالِكَ.
(Dan Ikhlas itu dapat menjaga amal-amal) Maka paling tingginya tingkatan-tingkatan ikhalas adalah memurnikan amal dari perhatian manusia dengan tidak mengharapkan atas ibadahnya kecuali menjalankan perintah Allah dan mendirikan kewajiban ibadah bukan karena supaya manusia menghapad padanya dengan cinta dan pujian dan harta dan semisal dari itu semua.
وَالْمَرْتَبَةُ الثَّانِيَةُ: أَنْ يَعْمَلَ لِلّٰهِ لِيُعْطِيَهُ الْحُظُوْظَ الْأُخْرَوِيَةَ كَالْبُعَادِ عَنِ النَّارِ وَإِدْخَالِهِ الْجَنَّةَ وََتَنْعِيْمِهِ بِأَنْوَاعِ مَلَاذِهَا.
Dan tingkatan yang kedua: Adalah beramal karena Allah supaya Allah memberi kepadanya bagian keakhiratan seperti dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga dan diberikan kenikmatan kenikmatan dengan berbagai warna kenikmatan surga.
وَالْمَرْتَبَةُ الثَّالِثَةُ: أَنْ يَعْمَلَ لِلّٰهِ لِيُعْطِيَهُ حَظًّا دُنْيَوِيًا كَتَوْسِعَةِ الرِّزْقِ وَدَفْعِ الْمُؤْذِيَاتِ وَمَا عَدَا ذَالِكَ رِيَاءُ مَذْمُوْمٍ.
Dan tingkatan ikhlas yang ketiga: Adalah beramal karena Allah supaya Allah memberi kepadanya bagian duniawi seperti diluaskannya rizki dan dicegah dari hal-hal yang menyakitkan. Dan perkara yang selain itu semua adalah ria yang tercela.
(وَالصِّدْقُ) فِى الْمَقَالِ (يُحَصِّنُ الْأَقْوَالَ) فَالْكَاذِبُ غَيْرُ مَقْبُوْلٍ كَلَامُهُ عِنْدَ اللّٰهِ وَعِنْدَ الْخَلْقِ.
(Dan jujur) Dalam perkataan (Itu dapat membentengi berbagai perkataan) Maka orang yang berbohong itu tidak diterima ucapannya di sisi Allah dan di sisi Makhluk.
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا فِى قَوْلِهِ تَعَالَى: [وَلَا تَلْبِسُوْا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ]. [البقرة: الآية ٤٢]. أَيْ لَا تُخَلِّطُوْا الصِّدْقَ بِالْكَذِبِ.
Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma berkata mengenai firman Allah Ta'ala: [Janganlah kalian saling mencampuradukkan kebenaran dengan kebathilan]. [Q.S Al-Baqoroh: Ayat 42]. Maksudnya janganlah kalian mencampuradukkkan kejujuran dengan kedustaan.
وَقَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: اَلْخَرْسُ خَيْرٌ مِنَ الْكَذِبِ وَصِدْقُ اللِّسَانِ أَوَّلُ السَّعَادَةٍ.
Sebagian orang-orang bijaksana berkata: Bisu itu lebih baik daripada bohong dan jujurnya perkataan adalah awal kebahagiaan.
وَقَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: اَلصَّادِقُ مُصَانٌ خَلِيْلٌ وَالْكَاذِبُ مُهَانٌ ذَلِيْلٌ.
Sebagian ulama ahli balaghoh berkata: Orang yang jujur itu dijaga dikasihi dan orang yang berbohong itu terhina lagi rendah
(وَالْمَشُوْرَةُ) فِى الْأُمُوْرِ (تُحَصِّنُ الْآرَاءَ) أَيْ اَلتَّدْبِيْرَاتِ فَالْمَشُوْرَةُ سَبَبُ نَجَاةٍ مِنْ سِهَامِ الظُّلْمِ.
(Musyawarah) di dalam berbagai perkara (Itu dapat membentengi berbagai pendapat) Maksudnya berbagai pemikiran karena musyawarah adalah sebab keselamatan dari berbagai anak panah kedzoliman
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اَلْمَشُوْرَةُ حِصْنٌ مِنَ النَّدَامَةِ وَأَمَانٌ مِنَ الْمَلَامَةِ].
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnhya Nabi bersabda: [Musyawarah adalah benteng dari penyesalan dan pengaman dari balabencana].
وَقَالَ عَلِيُّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ وَرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: نِعْمَ الْمَوَازِرَةُ الْمُشَاوَرَةُ, وَبِئْسَ الْاِسْتِعْدَادُ الْاِسْتِبْدَادُ.
Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu Waradhiallahu Anhu berkata: sebaik baiknya memberi bantuan itu dengan bermusyawarah dan sejelek jeleknya persiapan adalah semena-mena.
وَالْمَشُوْرَةُ بِسُكُوْنِ الشِّيْنِ وَفَتْحِ الْوَاوِ أَوْ بِضَمِّ الشِّيْنِ وَسُكُوْنِ الْوَاوِ.
Lafadz المشورة itu dengan mensukunkan huruf ش dan memfathahkan huruf و atau dengan mendhommahkan huruf ش dan mensukunkan huruf و.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 18
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةَ عَشْرَةَ (قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنَّ فِي جَمْعِ المَالِ خَمْسَةَ أَشْيَاءَ) مِنَ الصِّفَاتِ الْمَذْمُوْمَةِ
Maqolah yang ke delapan belas (Nabi Alaihis Salam bersabda: Sesungguhnya dalam mengumpulkan harta itu ada lima perkara:) Dari sifat-sifat yang tercela
(اَلْعَنَاءَ) أَيْ اَلذِّلَّةَ وَحُصُوْلَ الْمَشَقَّةِ (فِى جَمْعِهِ) أَيْ اَلْمَالِ
(Susah payah) kehinaan dan hasilnya kesusahan (Dalam mengumpulkannya) Maksudnya harta
(والشُّغْلَ عَنْ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى بِإِصْلَاحِهِ) أَيْ اَلْمَالِ
(Dan sibuk jauh dari berdzikir kepada Allah Ta'ala karena mengurusnya) Maksudnya harta
(وَالخَوْفَ مِنْ سَالِبِهِ) أَيْ آخِذَهُ بِالْقَهْرِ أَوْ بِالْاِخْتِلَاسِ (وَسَارِقِهِ) أَيْ آخِذِهِ خُفْيَةً
(Dan takut terhadap orang yang mengambilnya) Maksudnya mengambil harta dengan paksaan atau dengan menjambret (Dan terhadap orang yang mencurinya) Maksudnya mengambil harta secara sembunyi-sembunyi
(وَاحْتِمَالَ اسْمِ الْبَخِيْلِ لِنَفْسِهِ وَمُفَارَقَةَ الصَّالِحِينَ مِنْ أَجْلِهِ) أَيْ مِنْ أَجْلِ خِدْمَةِ الْمَالِ
(Dan menanggung julukan orang yang paling pelit untuk dirinnya dan berpisah dengan orang-orang sholeh karena arah arah harta) Maksudnya karena arah-arah berkhidmah pada harta
(وَفِي تَفْرِيْقِهِ) أَيْ اَلْمَالِ بِإِجْرَائِهِ عَلَى سَبِيْلِ الْخَيْرِ (خَمْسَةَ أَشْيَاءَ) مِنَ الصِّفَاتِ الْمَحْمُوْدَةِ
(Dan sesungguhnya dalam membagi-bagikannya) Maksudnya harta dengan membelanjakannya pada jalan kebaikan (Itu ada lima perkara:) Dari sifat-sifat yang terpuji
(رَاحَةَ النَّفْسِ) أَيْ اَلْبَدَنِ (مِنْ) تَعَبِ (طَلَبِهِ) أَيْ اَلْمَالِ
(Tenangnya diri) Maksudnya badan (Dari) Rasa letih (mencari harta) Maksudnya harta
(وَالْفَرَاغَ لِذِكْرِ اللّٰهِ) أَيْ اَلتَّبَتُّلَ إِلَى ذِكْرِ اللّٰهِ تَعَالَى وَالْاِنْقِطَاعِ (مِنْ حِفْظِهِ) أَيْ اَلْمَالِ
(Dan waktu luang untuk berdzikir kepada Allah) Maksudnya sungguh-sungguh beribadah dengan berdzikir kepada Allah Ta'ala dan terputus (Dari menjaganya) Maksudnya harta
(وَالْأَمْنَ) أَيْ عَدَمُ الْخَوْفِ (مِنْ سَالِبِهِ وسَارِقِهِ) وَهُوَ الْآخِذُ مِنْ مَحْرُوْزٍ بِحَافِظٍ أَوْ بِمَكَانٍ بِلَا شُبْهَةٍ
(Dan rasa aman) Maksudnya tidakadanya rasa takut (Pada orang yang mengambil harta dan orang yang mencurinya) سَارِقٌ Adalah orang yang mengambil harta dari harta yang dijaga oleh penjaga atau oleh tempat terpercaya
(وَاكْتِسَابَ اسْمِ الْكَرِيْمِ لِنَفْسِهِ ومُصَاحَبَةَ الصَّالِحِيْنَ لِفِرَاقِهِ) قَالَ بَعْضُ الْفُصَحَاءِ: جُوْدُ الرَّجُلِ يُحَبِّبُهُ إِلَى أَضْدَادِهِ وَبُخْلُهُ يُبَغِّضُهُ إِلَى أَوْلَادِهِ.
(Dan memperoleh julukan orang dermawan untuk dirinya dan bersahabat dengan orang-orang sholeh karena berpisah dari harta) Sebagian dari orang-orang fasih berkata: Baik hatinya seseorang itu menjadi sebab ia dicintai oleh musuh-musuhnya dan pelitnya seseorang itu menjadi sebab dibencinya ia oleh anak-anaknya.
وَقَالَ بَعْضُ الْفُصَحَاءِ: خَيْرُ الْأَمْوَالِ مَا اسْتَرَقَّ حُرًّا وَخَيْرُ الْأَعْمَالِ مَا اسْتَحَقَّ شُكْرًا.
Dan sebagian dari orang-orang fasih berkata: Sebaik-baiknya harta adalah harta yang telah memperbudak orang merdeka dan sebaik-baiknya amal adalah amal yang patut disukuri
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 19
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى: لَا يَجْتَمِعُ فِى هٰذَا الزَّمَانِ لِأَحَدٍ مَالٌ إِلَّا وَعِنْدَهُ خَمْسُ خِصَالٍ) أَيْ صِفَاتٍ مَذْمُوْمَةٍ
Maqolah yang ke sembilan belas (Dari Supyan Ats-Tsauri Rahimahullahu Ta'ala: Tidaklah berkumpul pada masa ini bagi seseorang suatu harta melainkan di sisinya ada lima perkara) Maksudnya sifat-sifat yang tercela
(طُوْلُ الْأَمَلِ) أَيْ تَرَقُّبُ مَا يُسْتَبْعَدُ حُصُوْلُهُ
(Panjang angan-angan) Maksudnya mengharapkan sesuatu yang mustahil hasilnya perkara itu.
(وَحِرْصٌ غَالِبٌ) فَالرَّاغِبُ فِى الدُّنْيَا مَلُوْمٌ وَطَالِبُ فُضُوْلِهَا مَذْمُوْمٌ وَالرَّغْبَةُ إِنَّمَا تُخْتَصُّ بِمَا جَاوَزَ حَدَّ الْحَاجَةِ، وَالْفُضُوْلُ إِنَّمَا يَنْطَلِقُ عَلَى مَا زَادَ عَلَى قَدْرِ الْكِفَايَةِ .
(Keserakahan yang terlalu kuat) Maka orang yang gila pada dunia itu dicela dan orang yang mencari kelebihan-kelebihan dunia itu dicacat dan kesenangan hanyalah dikhususkan atas perkara yang melewati batas kebutuhan dan berlebih lebihan hanyalah digunakan atas perkara yang melebihi pada ukuran kecukupan
قَالَ ﷺ : [لَيْسَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا لِلْآخِرَةِ وَلَا الْآخِرَةَ لِلدُّنْيَا ولٰكِنْ خَيْرُكُمْ مَنْ أَخَذَ مِنْ هٰذِهِ وَهٰذِهِ].
Rasulullah ﷺ bersabda: [Bukanlah yang terbaik di antara kalian orang yang meninggalkan dunia untuk akhirat dan bukanlah yang terbaik di antara kalian orang yang meninggalkan akhirat untuk dunia akan tetapi orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mengambil dari dunia dan dari Akhirat].
وَرُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [نِعْمَ الْمَطِيَّةُ الدُّنْيَا فَارْتَحِلُوْهَا تُبَلِّغْكُمُ الْآخِرَةَ].
Dan diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Sebaik-baiknya kendaraan adalah dunia maka berangkatlah kalian dengan dunia yang akan menghantarkan kamu menuju akhirat].
وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ کَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: اَلدُّنْیَا دَارُ صِدْقٍ لِمَنْ صَدَقَهَا وَدَارُ نَجَاةٍ لِمَنْ فَهِمَ عَنْهَا وَدَارُ غِنًى لِمَنْ تَزَوَّدَ مِنْهَا .
Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu berkata: Dunia adalah tempat kebenaran bagi orang yang membenarkannya dan tempat keselamatan bagi orang yang memahami tentang dunia dan tempat kekayaan bagi orang yang menyiapkan bekal darinya.
(وَشُحٌّ شَدِيْدٌ) أَيْ بُخْلٌ مُطَاعٌ (وَقِلَّةُ الْوَرَعِ) أَيْ عَدَمِهِ، فَالْوَرَعُ هُوَ اجْتِنَابُ الشُّبُهَاتِ خَوْفًا مِنَ الْوُقُوْعِ فِى الْمُحَرَّمَاتِ. وَقِيْلَ: هُوَ مُلَازَمَةُ الْأَعْمَالِ الْجَمِيْلَةِ.
(Dan sifat pelit yang sangat) Maksudnya kekikiran yang diikuti (Dan sedikitnya rasa wara') Maksudnya tidak adanya rasa wara'. Wara' adalah menjauhi syubhat-syubhat karena takut terjatuh pada perkara-perkara yang diharamkan. Dan dikatakan: Wara' adalah senantiasa melakukan amal-amal yang baik.
(وَنِسْيَانُ الْآخِرَةِ، قَالَ الْقَائِلُ:
(Dan lupa pada akhirat. Seorang penyair berkata:
إِنَّ لَهَا فِى كُلِّ يَوْمٍ خَلِيْلًا | * | يَا خَاطِبَ الدُّنْيَا إِلَى نَفْسِهِ |
فِي مَوْضِعٍ آخَرَ مِنْهُ بَدِيْلًا | * | تَسْتَنْكِحُ الْبَعْلَ وَقَدْ وُطِئَتْ |
لِقَنْلِهِمْ قَتِيْلًا قَتِيْلًا | * | مَا أَقْبَلَ الدُّنْيَا لِخُطَابِهَا |
يَعْمَلُ فِىْ جِسْمِيْ قَلِيْلًا قَلِيْلًا | * | إِنِّيْ لَمُغْتَرٌّ وَإنَّ الْبَلَا |
نَادَى الْمُنَادِيْ الرَّحِيْلُ الرَّحِيْلًا) | * | تَزَوَّدُوْا لِلْمَوْتِ زَادًا فَقَدْ |
Wahai orang yang melamar dunia untuk dirinya | * | Sesungguhnya bagi dunia itu setiap hari ada kekasih baru |
Dunia meminta dinikahi oleh pria padahal dunia telah dijima | * | Di tempat yang lain sebagai ganti dari pria itu |
Aduhai betapa dunia mudah menerima bagi para pelamarnya | * | Untuk membunuh mereka semua satu persatu |
Sungguh aku benar-benar telah tertipu dan sesungguhnya balai | * | Telah menjalar dalam tubuhku sedikit demi sedikit |
persiapkanlah oleh kalian semua bekal untuk kematian. ،Karena benar-benar | * | Telah menyeru sang juru penyeru ayo berangkat ayo berangkat |
أَيْ اِرْكَبُوْا مَرْكُوْبَكُمْ وَسِيْرُوْا فِى طَرِيْقِ الْآخِرَةِ
Maksudnya naikilah oleh kalian kendaraan kalian dan berjalanlah kalian ke jalan menuju akhirat
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 5 Maqolah 20
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعِشْرُوْنَ (عَنْ حَاتِمِ الْأَصَمِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ أَنَّهُ قَالَ: اَلْعَجَلَةُ) أَيْ اَلْإِسْرَاعُ فِى الْأُمُوْرِ (مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا فِى خَمْسِ مَوَاضِعَ فَإِنَّهَا) أَيْ اَلْعَجَلَةَ فِيْهَا (مِنْ سُنَنِ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ : إِطْعَامُ الضَّيْفِ) بِمَا لَا يَتَكَلَّفُ عِنْدَ الْمُضِيْفِ (إِذَا نَزَلَ) أَيْ اَلضَّيْفُ فِى مَنْزِلِهِ.
Maqolah yang ke dua puluh (Dari Hatim Al-Ashom Rahimahullah sesungguhnya ia berkata: Terburu-buru) Maksudnya tergesa gesa dalam suatu urusan (Itu dari setan kecuali dalam lilma tempat karena sesungguhnya terburu-buru) Maksudnya terburu-buru dalam lima tempat (Itu termasuk sunah sunah Rasulullah ﷺ: Memberi makan tamu) Dengan makanan yang tidak memberatkan bagi tuan rumah (Ketika singgah) Maksudnya tamu ke dalam rumahnya tuan rumah.
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَظْعَمَ أَخَاهُ المُسْلِمَ شَهْوَتَهُ حَرَّمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى عَلَى النَّارِ] أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ.
Dan dari Abu Huroiroh Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: [Barang siapa memberi makan kepada saudaranya yang muslim yang menjadi kesenangannya maka Allah mengharamkan padanya masuk neraka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.
وَعَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَطْعَمَ أَخَاهُ مِنَ الْخُبْزِ حَتَّى يُشْبِعَهُ وسَقَاهُ مِنَ الْمَاءِ حَتَّى يُرْوِيَهُ بَعُدَ مِنَ النَّارِ سَبْعَ خَنَادِقَ كُلُّ خَنْدَقٍ مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ] أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ وَالطَّبْرَانِيُّ وَالْحَاكِمُ وَالْبَيْهَقِيُّ.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu Anhuma sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: [Barang siapa yang memberi makan saudaranya roti samapi ia mengenyangkannya dan ia memberi minum saudaranya air sampai ia menyegarkannya maka ia menjadi jauh dari neraka tujuh jurang setiap jurangnya itu perjalanan tujuh ratus tahun]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam An-Nasai dan Imam Thabrani dan Imam Hakim dan Imam Al-Baihaqi
(وَتَجْهِيْزُ الْمَيْتِ) بِالْغُسْلِ وَالتَّكْفِيْنِ وَالصَّلَاةِ عَلَيْهِ وَالدَّفْنِ (إِذَا مَاتَ) يَقِيْنًا.
(Dan mengurus orang mati) Dengan cara memandikan dan mengkafani dan mensholati atasnya dan mengurubkan (Ketika mati) Secara yakin.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ أَوَّلَ مَا يُجَازَى الْمُؤْمِنُ بَعْدَ مَوْتِهِ أَنْ يُغْفَرَ لِجَمِيعِ مَنْ تَبِعَ جَنَازَتَهُ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya perkara yang pertama kali di balas kepada orang mu'min setelah kematiannya adalah diampuni bagi semua orang yang mengikuti jenazahnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِذَا مَاتَ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ اسْتَحْيَا اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُعَذِّبَ مَنْ حَمَلَهُ وَمَنْ تَبِعَهُ ومَنْ صَلَّى عَلَيْهِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Diriwayatkan sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: [Ketika mati seorang lelaki dari Ahli surga maka Allah Azza Wajalla malu untuk mengadzab kepada orang yang membawanya dan kepada orang yang mengikutinya dan kepada orang yang mensholati atasnya].Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi
(وَتَزْوِيْجُ الْبِنْتِ إِذَا بَلَغَتْ) عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ: [مَنْ زَوَّجَ بِنْتًا تَوَّجَهُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَاجَ الْمُلُوكِ] أَخْرَجَهُ ابْنُ شَاهِيْنِ.
(Dan menikahkan anak perempuan ketika telah baligh) Dari Aisyah Radhiallahu Anha Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: [Barang siapa yang menikahkan anak perempuan maka Allah pasti akan memberikan mahkota kepadanya pada hari kiamat dengan mahkota para raja] Telah meriwayatkan pada hadits ini Ibnu Syahin.
(وَقَضَاءُ الدَّيْنِ إِذَا وَجَبَ) كَأَنْ جَاءَ أَجَلُهُ (وَالتَّوْبَةُ مِنَ الذَّنْبِ إِذَا فَرَطَ) بِوَزْنِ قَتَلَ أَيْ تَقَدَّمَ، وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا: [إنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ فِى الْمَجْلِسِ يَقُوْلُ: رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الغَفُورُ مِائَةَ مَرَّةٍ] رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَأَبُوْ دَاوُدَ.
(Dan membayar hutang ketika sudah wajib) Seperti telah datang temponya (Dan bertaubat dari dosa ketika telah melakukannya) Lafadz فَرَطَ dengan wazan قَتَلَ Maksudnya telah berlalu. Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma: [Sungguh kami benar-benar menghitung kepada Rasulullah ﷺ dalam sekali duduk, beliau membaca: Ya Tuhanku, semoga engkau mengampuniku dan semoga engkau menerima taubatku sesungguhnya engkau maha penerima taubat dan maha pengampun, seratus kali.] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi dan Imam Abu Daud