Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 1-3

Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba)
Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani

( نصائح العباد فِى بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني)

Versi ejaan : Nashoih Al-Ibad
Mata Pelajaran : Tasawuf, Akhlaq
Musonif : Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi

(محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي)

Nama Arab : محمد نووي بن عمر الجاوي
Lahir : 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia
Wafat : 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M
Guru :

1. Khatib asy-Syambasi

2. Abdul Ghani Bima

3. Ahmad Dimyati

4. Zaini Dahlan

5. Muhammad Khatib

6. KH. Sahal al-Bantani

7. Sayyid Ahmad Nahrawi

8. Zainuddin Aceh

Santri :

1. KH. Hasyim Asyari

2. KH. Ahmad Dahlan

3. KH. Khalil Bangkalan

4. KH. Asnawi Kudus

5. KH. Mas Abdurrahman

6. KH. Hasan Genggong

7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy

Penerjemah : Ahsan Dasuki

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 1-3

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6Image by © LILMUSLIMIIN

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6

بَابُ السُّدَاسِيِّ


وَفِيْهِ سَبْعَ عَشْرَةَ مَوْعِظَةً، ثِنْتَانِ خَبَرَانِ، وَالْبَاقِي آثَارٌ.

Dalam bab ini ada tujuh belas mau'idhoh, Dua adalah hadits dan sisanya adalah atsar

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 1

اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (قَالَ النَّبِيُّ) ﷺ (سِتَّةُ أَشْياءَ هُنَّ غَرِيْبَةٌ) أَيْ بَعِيْدَةٌ عَنِ الْمُنَاسَبَةِ (فِى سِتَّةِ مَوَاضِعَ: اَلْمَسْجِدُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ الْمَسْجِدُ مَبْنِيًّا (فِيْمَا بَيْنَ قَوْمٍ لَا يُصَلُّوْنَ فِيْهِ) أَيْ فِى ذٰلِكَ الْمَسْجِدِ 

Maqolah yang pertama (Telah bersabda Nabi)(Ada enam perkara, enam perkara itu adalah asing)  Maksudnya jauh dari kesesuaian (Pada enam tempat: Masjid itu asing) jika terbukti masjid itu  dibangun (Pada tempat di antara kaum yang mereka tidak sholat di dalamnya) Maksudnya di dalam masjid itu. 

(وَالْمُصْحَفُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ الْمُصْحَفُ مَوْضُوْعًا (فِى مَنْزِلِ قَوْمٍ لَا يَقْرَؤُوْنَ فِيْهِ) أَيْ فِى ذٰلِكَ الْمُصْحَفِ (وَالْقُرْآنُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ مَحْفُوْظًا (فِى جَوْفِ الْفَاسِقِ) أَيْ فِى قَلْْبِ مَنْ اِعْتَقَدَهُ وَشَهِدَهُ وَلَمْ يَعْمَلْ بِمَا فِيْهِ 

(Dan mushaf itu asing) Jika terbukti mushaf itu disimpan (Di rumah kaum yang mereka tidak membaca padanya) Maksudnya pada mushaf itu (Dan Al-Qur'an itu asing) Jika terbukti  Al-quran itu dihafal (Di dalam hati orang yang fasik) Maksudnya dalam hati orang yang meyakininya dan bersaksi padanya dan ia tidak mengamalkan pada apa yang ada di dalamnya.   

(وَالْمَرْأَةُ الْمُسْلِمَةُ الصَّالِحَةُ) أَيْ اَلْمُطِيْعَةُ لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ الْمُحْسِنَةُ لِلْأُمُوْرِ (غَرِيْبَةٌ فِى يَدِ رَجُلٍ ظَالِمٍ) أَيْ إِذَا كَانَتْ فِى عِصْمَةِ زَوْجٍ مُجَاوِزٍ عَنِ الْحَقِّ إِلَى الْبَاطِلِ (سَيِّئِ الْخُلُقِ) قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : [أَحَبُّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا اَلْمُوَطِّئُوْنَ أَكْنَافًا الَّذِيْنَ يَأُلَفُوْنَ وَيُؤْلَفُوْنَ] اه.

(Dan seorang wanita muslimah yang sholihah) Maksudnya yang ta'at kepada Allah dan ta'at kepada Rasul yang bagus dalam berbagai hal (Itu asing di tangan seorang lelaki yang dzolim) Maksudnya Jika terbukti wanita sholihah itu dalam ikatan seorang suami yang melewati batas kebenaran melakukan kebatilan (Yang buruk akhlaknya) Telah bersabda Nabi ﷺ : [Orang yang paling dicintai di antara kalian olehku adalah orang yang paling baik di antara kalian akhlaknya yang menundukkan pundaknya yang mengakrabi dan diakrabi].

وَحُسْنُ الْخُلُقِ أَنْ يَكُوْنَ سَهْلَ الْعَرِيْكَةِ لَيِّنَ الْجَانِبِ طَلِيْقَ الْوَجْهِ قَلِيْلَ الْفَوْرِ طَيِّبَ الْكَلِمَةِ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ : [أَهْلُ الْجَنَّةِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ طَلْقٍ].

Akhlak yang baik adalah akhlak yang terbukti sederhana karakternya, lemah lembut sikapnya, ceria wajahnya, sedikit sifat kerasnya,  bagus perkataannya. Telah bersabda Rasulullah ﷺ [Ahli surga adalah setiap orang yang tidak kaku perangainya, yang lemah lembut, yang entengan dan yang ceria].

(وَالرَّجُلُ الْمُسْلِمُ الصَّالِحُ غَرِيْبٌ فِى يَدِ امْرَأَةٍ رَدِيَّةٍ) أَيْ إِذَا كَانَ فِى مُعَاشَرَةِ امْرَأَةٍ وَضِيْعَةٍ فِى الْحَسَبِ حَقِيْرَةٍ فِى النَّسَبِ (سَيِّئَةِ الْخُلُقِ) 

(Dan seorang lelaki muslim yang sholeh itu asing di tangan seorang wanita yang hina) Maksudnya jika terbukti lelaki sholih itu hidup bersama seorang wanita yang hilang garis keturunan leluhurnya dan rendah nasabnya (Yang jelek akhlaknya).

قَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: اَلْحَسَنُ الْخُلُقِ مِنْ نَفْسِهِ فِى رَاحَةٍ وَالنَّاسُ مِنْهُ فِى سَلَامَةٍ، وَالسَّيِّئُ الْخُلُقِ مِنَ النَّاسِ مِنْهُ فِى بَلَاءٍ وَهُوَ مِنْ نَفْسِهِ فِى عَنَاءٍ (وَالْعَالِمُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ مُقِيْمًا (بَيْنَ قَوْمٍ لَا يَسْتَمِعُوْنَ إِلَيْهِ) أَيْ لَا يُلْقُوْنَ السَّمْعَ إِلَى حَدِيْثِهِ.

Sebagian ahli balaghoh berkata: Orang yang berakhlak baik dari dirinya sendiri itu ada dalam ketenangan dan manusia darinya itu dalam keselamatan sedangkan orang yang berakhlak buruk dari manusia karenanya itu dalam bencana dan dia karena dirinya itu dalam kesulitan (Dan orang yang alim itu terasing) Jika terbukti orang alim itu bermukim (Di antara kaum yang mereka tidak mau mendengarkan padanya) Maksudnya mereka tidak menerima untuk mendengar pada nasihatnya.

(ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [إِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ) أَيْ هٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ لَا يُصْغُوْنَ إِلَى كَلَامِ الْعَالِمِ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَظَرَ الرَّحْمَةِ]) 

(Kemudian Nabi  Alaihis Sholatu Wassalam bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak melihat kepada mereka) Maksudnya kepada kaum ini yang mereka tidak mendengarkan pada perkataan orang yang alim (Pada hari kiamat dengan pandangan kasih sayang])

وَيُحْتَمِلُ أَنْ يَرْجِعَ الضَّمِيْرُ إِلَى الْمَذْكُوْرِيْنَ أَوَّلًا وَهُمُ الَّذِيْنَ لَمْ يُصَلُّوْا فِى ذٰلِكَ الْمَسْجِدِ وَلَمْ يَقْرَؤُوْا فِى ذٰلِكَ الْمُصْحَفِ، وَالْخَارِجُ عَنْ أَمْرِ اللّٰهِ وَالسَّيِّئُ الْخُلُقِ مِنَ الرَّجُلِ وَالْمَرْأَةِ وَمَنْ لَمْ يَتَّبِعْ كَلَامَ الْعَالِمِ.

Dan memungkinkan untuk merujuk dhomir pada orang-orang yang disebutkan di awal dan mereka adalah orang-orang yang tidak sholat di masjid itu dan mereka tidak membaca pada mushaf itu, dan mereka keluar dari perintah Allah dan orang yang buruk akhlaknya dari lelaki dan perempuan dan orang yang tidak mengikuti perkataan orang yang alim.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 2

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : سِتَّةٌ) مِنَ النَّاسِ (لَعَنْتُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللّٰهُ تَعالَى) دُعَاءٌ مِنْهُ ﷺ عَلَيْهِمْ 

Maqolah yang ke dua (Telah bersabda Nabi ﷺ: Enam) Dari manusia (Aku melaknat mereka dan Allah ta'ala melaknat mereka) Ini adalah doa dari Nabi ﷺ kepada mereka.

(وَكُلُّ نَبِيٍّ مُجَابِ الدَّعَوَاتِ) وَفِى الْجَامِعِ الصَّغِيْرِ: مُجَابٌ بِحَذْفِ الْمُضَافِ إِلَيْهِ: أَيْ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى وَمِنَ الْخَلْقِ، وَرُوِيَ بِيَاءِ تَحْتِيَةٍ بَدَلُ الْمِيْمِ. وَالْجُمْلَةُ مِنَ الْمُبْتَدَأِ وَالْخَبَرِ حَالٌ مِنْ فَاعِلِ لَعَنْتُهُمْ. 

(Dan melaknat juga setiap Nabi yang diijabah doa-doanya) Dan dalam kitab Jami'us Shogir: Lafadz مُجَابٌ dengan membuang mudhof ilaih : Maksudnya dari Allah Ta'ala dan dari makhluk. Dan diriwayatkan dengan huruf ي yang bertitik di bawah sebagai badal dari huruf mim. Dan jumlah dari mubtada dan khobar itu menjadi hal dari fa'il yang ada pada lafadz لَعَنْتُهُمْ.  

(الزَّائِدُ فِى كِتَابِ اللّٰهِ تَعَالَى) أَيْ مَنْ يُدْخِلُ فِيْهِ مَا لَيْسَ مِنْهُ وَيُؤَوِّلُهُ بِمَا لَا يَصِحُ 

(Orang yang menambah-nambah pada kitab Allah Ta'ala) Maksudnya orang yang memasukkan ke dalam Al-Quran kalimat-kalimat yang bukan termasuk Al-quran dan mentakwil-takwil Al-Quran dengan takwilan yang tidak benar

(والْمُكَّذِّبُ بِقَدَرِ اللّٰهِ تَعالَى) وَهُوَ تَعَلُّقُ الْإِرَادَةِ الذَّاتِيَّةِ بِالْأَشْيَاءِ فِى أَوْقَاتِهَا الْخَاصَّةِ فَتَعْلِيْقُ كُلِّ حَالٍ مِنْ أَحْوَالِ الْأَعْيَانِ بِزَمَانٍ مُعَيَّنٍ وَسَبَبٍ مُعَيَّنٍ عِبَارَةٌ عَنِ الْقَدَرِ

(Dan orang yang mendustakan takdir Allah Ta'ala) Takdir adalah hubungan kehendak Allah dengan sesuatu pada waktu-waktunya yang telah ditentukan. Maka menggantungkan setiap keadaan dari keadaan keadaan suatu perkara dengan zaman yang telah ditentukan dan dengan sebab yang telah ditentukan itu adalah ibarat dari takdir. 

(وَالْمُتَسَلِّطُ بِالْجَبَرُوْتِ) بِفَتْحِ الْبَاءِ أَيْ بِالْكِبَرِ وَالْقَهْرِ (فَيُعِزُّ) بِذٰلِكَ (مَنْ أَذَلَّهُ اللّٰهُ تعالَى) وَهُمْ أَهْلُ الْبَاطِلِ. (وَيُذِلُّ مَنْ أَعَزَّهُ اللهُ) وَهُمْ أَهْلُ الْحَقِّ، قَوْلُهُ: فَيُعِزُّ بِالْفَاءِ عَطْفُ تَفْسِيْرٍ وَفِى نُسْخَةٍ بِاللَّامِ 

(Dan orang yang berkuasa dengan semana-mena) Dengan membaca fathah pada huruf ba Maksudnya dengan kesombongan dan memaksa (Maka ia memuliakan) Dengan kekuasaannya (Orang yang telah menghinakan kepadanya Allah Ta'ala) Dan mereka adalah orang-orang yang batil. (Dan ia merendahkan orang yang telah memuliakan kepadanya Allah) Dan mereka adalah orang-orang yang benar. Perkataan mushonnif : Lafadz فَيُعِزُّ dengan huruf ف  adalah athof sebagai penjelas dan dalam suatu naskh dengan huruf ل.

(وَالْمُسْتَحِلُّ لِحَرَمِ اللّٰهِ تَعَالَى) بِفَتْحِ الْحَاءِ وَالرَّاءِ: أَيْ حَرَمِ مَكَّةَ وَهُوَ مَنْ فَعَلَ فِى الْحَرَمِ مَا يَحْرُمُ فِعْلُهُ 

(Dan orang yang telah menghalalkan pada apa yang telah Allah Ta'ala haramkan) Dengan memfathahkan huruf ح dan ر : Maksudnya tanah suci mekkah dan ia adalah orang yang melakukan di tanah suci segala sesuatu yang haram dikerjakannya. 

(وَالْمُسْتَحِلُّ مِنْ عِتْرَتِيْ) أَيْ ذُرِّيَّتِيْ وَقَرَابَتِيْ (مَا حَرَّمَ اللّٰهُ) وَهُوَ مَنْ فَعَلَ فِى ذُرِّيَّةِ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ مَا يُحْرَمُ فِعْلُهُ مِنَ الْمَعَاصِي وَالْمَظَالِمِ 

(Dan orang yang menghalalkan di antara keturunanku) Maksudnya keturunanku dan kerabat-kerabatku (apa-apa yang telah Allah haramkan) Yaitu orang yang melakukan pada keturunan Rasulullah ﷺ apa-apa yang haram mengerjakannya dari berbagai macam kemaksiatan dan berbagai macam kedzholiman. 

(وَالتَّارِكُ لِسُنَّتِيْ) بِالْإٍعْرَاضِ عَنْهَا اِسْتِخْفَافًا (فَإِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَظَرَ الرَّحْمَةِ) رَوَى هٰذَا الْحَدِيْثَ التُّرْمُذِيُّ وَالْحَاكِمُ عَنْ عَائِشَةَ وَالْحَاكِمُ عَنْ عَلِيٍ.

(Dan orang yang meninggalkan sunahku) Dengan berpaling dari sunahku karena meremehkan (Karena sesungguhnya Allah tidak memandang enam golongan itu pada hari kiamat dengan pandangan kasih sayang) Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Turmudi dan Imam Hakim dari Aisyah dan Imam hakim dari Ali.

Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 3

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ) رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ (إِنَّ إِبْلِيْسَ قَائِمٌ أَمَامَكَ) يَقُوْدُكَ إِلَى الْبَاطِلِ (وَالنَّفْسَ عَنْ يَمِيْنِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانَ يَمِيْنِكَ فِى الْجُلُوْسِ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ 

Maqolah yang ke tiga (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu) Iblis menuntun kamu pada yang batil  (Dan nafsu itu berdiri di bagian kananmu) Maksudnya melewati tempat sebelah kananmu ketika duduk ke tempat yang lain.

(وَالْهَوَى عَنْ يَسَارِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزٌ مَكَانَ يَسَارِكَ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ (وَالدُّنْيَا مِنْ خَلْفِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانًا خَلْفَكَ إِلَى مَكَانٍ آَخَرَ (وَالْأَعْضَاءُ عَنْ حَوْلِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانًا حَوْلَكَ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ 

(Dan hawa itu berdiri di bagian kirimu) Maksudnya hawa melewati tempat sebelah kirimu ketika duduk ke tempat yang lain (Dan dunia itu berdiri di bagian belakangmu) Maksudnya melewati tempat belakangmu pada tempat yang lain (Dan anggota tubuh itu berdiri di sekitarmu) Maksudnya melewat pada tempat disekitarmu pada tempat yang lain

(وَالْجَبَّارُ فَوْقَكَ) يَعْنِيْ بِالْقُدْرَةِ لَا بِالْمَكَانِ لِاسْتِحَالَتِهِ عَلَيْهِ تَعَالَى فَاللّٰهُ يُقْهِرُكَ إِلَى مُرَادِهِ تَعَالَى (فَإِبْلِيْسٌ لَعَنَهُ اللّٰهُ يَدْعُوْكَ إِلَى تَرْكِ الدِّيْنِ) أَيْ اَلشَّرِيْعَةُ (وَالنَّفْسُ) أَيْ اَلْأَمَّارَةُ (تَدْعُوْكَ إِلَى الْمَعْصِيَةِ).

(Dan dzat yang maha perkasa berdiri di bagian atasmu) Yakni dengan kekuasaan bukan pada tempat karena mustahilnya sebuah tempat pada Allah Ta'ala maka Allah maha memaksa kamu pada sesuatu yang Allah ta'ala inginkan (Maka Iblis itu semoga Allah melaknatnya mengajak kamu untuk meninggalkan agama) Maksudnya syariat (Dan nafsu itu) Maksudnya nafsu Ammarah (mengajakmu untuk bermaksiat).

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [ضَرَبَ اللهُ تَعالَى مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وعَلَى جَنْبَيِ الصِّرَاطِ سُوْرَانِ فِيْهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى الأَبْوَابِ سُتُوْرٌ مُرْخَاةٌ وعَلَى بَابٍ الصِّرَاطِ دَاعِ 

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Allah Ta'ala telah membuat satu perumpamaan jalan yang lurus dan di kedua sisi jalan itu ada dua pagar pada kedua pagar itu ada pintu-pintu yag dibuka dan pada pintu-pintu itu ada tabir yang halus dan di pintu sirot ada penyeru

يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوْا الصِّرَاطَ جَمِيعًا ولَا تَتَعَرَّجُوْا، وَدَاعٍ يَدْعُوْ مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ فَإِذَا أَرَادَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَفْتَحَ شَيْئَا مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ 

Wahai umat manusia masuklah kejalan yang lurus semuanya dan janganlah kalian naik dan penyeru di atas sirot maka ketika manusia ingin membuka sesuatu dari pintu pintu itu

قَالَ: وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ، فَالصِّرَاطُ الإِسْلَامُ، والسُّورَانِ حُدُوْدُ اللهِ، والْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللّٰهِ، وَذٰلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللهِ، والدَّاعِي مِنْ فَوْقُ وَاعِظُ اللّٰهِ فِى قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ] رَوَاهُ أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ.

Orang yang menyeru berkata: Celakalah kamu, janganlah kamu membukanya karena jika kamu membukanya maka kamu akan masuk ke dalamnya. Jalan yang lurus adalah Islam dan dua pagar adalah batas ketentuan Allah dan pintu-pintu yang dibuka adalah larangan-larangan Allah dan penyeru yang di depan jalan itu adalah kitabullah dan penyeru yang berada di atas adalah nasihat Allah dalam hati setiap muslim]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Muslim.

(وَالْهَوَى يَدْعُوْكَ إِلَى الشَّهْوَاتِ) أَيْ إِلَى مُرَادَاتِهَا (وَالدُّنْيَا تَدْعُوْكَ إِلَى اِخْتِيَارِهَا) وَتَقْدِيْمِهَا (عَلَى الْآخِرَةِ) قَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:

(Dan hawa itu mengajakmu menuju syahwat) Maksudnya menuju keinginan-keinginan hawa (Dan dunia itu mengajakmu untuk memilihnya) dan mendahulukannya (Dari pada akhirat) Telah berkata seorang penyair dari bahar basit:

وَصَيَّرَ النَّاسَ مَرْفُوْضًا وَمَرْفُوْقًا * سُبْحَانَ مَنْ أَنْزَلَ الْأَيَّامَ مَنْزِلَهَا
Maha suci Allah yang menempatkan hari hari pada tempatnya * Dan maha suci Allah yang telah menjadikan manusia ditolak dan dimulyakan
وَجَاهِلٌ خَرِقٌ تَلْقَاهُ مَرْزُوْقًا * فَعَاقِلٌ فَطِنٌ أَعْيَتْ مَذَاهِبُهُ
Maka ada orang yang berakal yang cerdas yang merepotkan jalan-jalan kehidupannya * Dan ada orang bodoh yang menuruti hawa nafsu engaku menemukan orang bodoh itu diberi rizki
وَصَيَّرَ الْعَاقِلَ النَّحْرِيْرَ زِنْدِيْقًا * هٰذَا الَّذِيْ تَرَكَ الْأَلْبَابَ حَائِرَةً
Inilah yang membuat akal fikiran menjadi bingung * Dan ini yang menjadikan orang berakal yang pakar menjadi ingkar syariat

وَقَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الْكَامِلِ الْمَجْزُوْءِ:

Telah berkata seorang penyair dari bahar kamil yang dikurangi satu wazan:

قَدُّ الْحِدَاءِ عَلَى مِثَالِهِ* اَلنَّاسُ مِثْلُ زَمَانِهِمْ
Manusia adalah perumpamaan zamannya * Ukuran sepatu itu seperi  manusia 
رِكَ فِى تَقَلُّبِهِ وَحَالِهِ * وَرِجَالُ دَهْرِكَ مِثْلُ دَهْ
Dan seseorang di zamanmu adalah perumpamaan zamanmu * Dalam berbulak baliknya zaman itu
نُ جَرَى الْفَسَادُ عَلَى رِجَالِهِ * وَكَذَا إِذَا فَسَدَ الزَّمَا
Dan demikian ketika sudah rusak suatu zaman * Maka berjalan kerusakan itu kepada orang-orang pada zaman itu

(وَالْأَعْضَاءُ تَدْعُوْكَ إِلَى الذُّنُوْبِ، وَالْجَبَّارُ) جَلَّ وَعزَّ (يَدْعُوْكَ إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ﴾ [البقرة: الآية ٢٢١] فَمَنْ أَجَابَ إِبْلِيْسَ) أَيْ دُعَاءَهُ (ذَهَبَ عَنْهُ الدِّيْنُ) أَيْ اَلْمِلَّةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ 

(Dan anggota badan itu mengajakmu untuk berbuat dosa, dan dzat yang maha perkasa) Jalla Wa Azza (Itu mengajakmu menuju surga dan ampunan Allah Ta'ala berfirman: ﴾Mereka mengajak menuju neraka sedangkan Allah mengajak menuju surga dan ampunan dengan izin-Nya ﴿ [Q.S Al-Baqarah: Ayat 221] Maka barang siapa yang memenuhi Iblis) Maksudnya pada ajakan Iblis (Maka hilang darinya agama) Maksudnya agama Nabi Muhammad 

(وَمَنْ أَجَابَ النَّفْسَ ذَهَبَ عَنْهُ الرُّوْحُ) أَيْ اَلْإِنْسَانُ، وَهِيَ لَطِيْفَةٌ عَالِمَةٌ مُدْرِكَةٌ رَاكِبَةٌ عَلَى الرُّوْحِ الْحَيَوَانِيُّ الَّذِيْ هُوَ جِسْمٌ لَطِيْفٌ مَنْبَعُهُ تَجْوِيْفُ الْقَلْبِ الْجِسْمَانِيُّ يَنْتَشِرُ بِوَاسِطَةِ الْعُرُوْقِ إِلَى سَائِرِ أَجْزَاءِ الْبَدَنِ 

(Dan barang siapa yang memenuhi ajakan nafsu maka hilang darinya kerohanian) Maksudnya kemanusiaan. Ruh adalah sesuatu yang lembut yang dapat mengetahui yang dapat menangkap yang naik di atas ruh yang bersifat kehewanan yang ruh itu adalah wujud yang lembut. Sumbernya adalah rongga hati yang bersifat jasmani menyebar keseluruh tubuh melalui pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh.

(وَمَنْ أَجَابَ الْهَوَى ذَهَبَ عَنْهُ الْعَقْلُ) وَهُوَ قُوَّةٌ لِلنَّفْسِ النَّاطِقَةُ الَّتِيْ يُشِيْرُ إِلَيْهَا كُلُّ أَحَدٍ بِقَوْلِهِ أَنَا وَهُوَ آلَةٌ لَهَا فِى الْفِعْلِ بِمَنْزِلَةِ السِّكِيْنِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْقَاطِعِ 

(Dan barang siapa yang memenuhi panggilan nafsu maka hilang darinya akal) Dan akal adalah kekuatan bagi jiwa yang bisa berfikir yang memberi isyarat kepadanya setiap orang dengan perkataan saya dan akal adalah alat untuk jiwa dalam pekerjaan semartabat dengan pisau dengan menisbatkan pada orang yang memotong.

(وَمَنْ أَجَابَ الدُّنْيَا ذَهَبَتْ عَنْهُ الْآخِرَةُ) لِأَنَّهَا ضَرَّتُهَا (وَمَنْ أَجَابَ الْأَعْضَاءَ ذَهَبَتْ عَنْهُ الْجَنَّةُ).

(Dan barang siapa yang memenuhi panggilan dunia maka hilang darinya akhirat) Karena sesungguhnya dunia itu merusak akhirat (Dan barang siapa yang memenuhi panggilan badan maka hilang darinya surga)

رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ عَبْدٍ إِلَّا وَلَهُ بَيْتَانِ بَيْتٌ فِي الجَنَّةِ وبَيْتٌ فِي النَّارِ، فَأَمَّا المُؤْمِنُ فَيَبْنِي بَيْتَهُ فِى الجَنَّةِ ويَهْدِمُ بَيْتَهُ فِى النَّارِ، وأَمَّا الْكَافِرُ فَيَهْدِمُ بَيْتَهُ فِى الْجَنَّةِ ويَبْنِي بَيْتَهُ فِى النَّارِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.

Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah dari seorang hamba melainkan baginya ada dua rumah satu rumah di surga dan satu rumah di neraka. Adapun seorang mu'min maka dia membangun rumahnya di surga dan merobohkan rumahnya di neraka. Dan adapun orang kafir dia merobohkan rumahnya di surga dan membangun rumahnya di neraka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami

(وَمَنْ أَجَابَ اللّٰهَ تَعَالَى ذَهَبَتْ عَنْهُ السَّيَّئَاتُ ونَالَ جَمِيعَ الْخَيْرَاتِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ أَحَدٌ إِلَّا رَأَى مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ شُكْراً، وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلَّا رَأَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُوْنَ عَلَيْهِ حَسْرَةً] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.

(Dan barang siapa memenuhi panggilan Allah Ta'ala maka hilang darinya keburukan-keburukan dan ia akan memperoleh seluruh kebaikan)  Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Seseorang tidak akan masuk ke dalam surga kecuali ia melihat tempat tinggalnya di neraka andai dia berbuat kemaksiatan supaya bertambah rasa syukurnya. Dan tidaklah seseorang masuk neraka melainkan pasti dia melihat tempat tinggalnya di surga andai ia berbuat baik supaya ada pada dirinya rasa penyesalan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhori.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Ikuti Kami