Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 10-11
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد فِى بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 10-11
Image by © LILMUSLIMIINTerjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 10
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ: لَوْلَا الْأَبْدَالُ لَخَسَفَتِ الْأَرْضُ وَمَا فِيْهَا)
Maqolah yang ke sepuluh (Dari Hasan Al-Basri Rahimahullah: Andai tidak ada wali Abdal maka pasti bumi akan lenyap dan apa yang ada di dalamnya)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْأَبْدَالُ أَرْبَعُوْنَ رجُلاً اِثْنَانِ وَعِشْرُوْنَ بِالشَّامِ وَثَمَانِيَةَ عَشَرَ بِالْعِرَاقِ كُلَّمَا مَاتَ مِنْهُمْ وَاحِدٌ أَبْدَلَ اللّٰهُ مَكَانَهُ فَإِذَا جَاءَ الْأَمْرُ قُبِضُوْا كُلُّهُمْ فَعِنْدَ ذٰلِكَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ] رَوَاهُ الْحَاكِمُ.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Wali abdal itu ada empat puluh lelaki dua puluh dua di Syam dan delapan belas di Irak setiap kali mati salah seorang dari mereka maka Allah mengganti tempat orang itu dan ketika telah datang hari kiamat maka nyawa mereka dicabut semuanya dan ketika nyawa mereka telah dicabut maka akan datang hari kiamat] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ تَخْلُوَ الْأَرْضُ عَنْ أَرْبَعِيْنَ رَجُلًا مِثْلَ خَلِيْلِ الرَّحْمٰنِ فَبِهِمْ يُسْقَوْنَ وَبِهِمْ يُنْصَرُوْنَ مَا مَاتَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلَّا أَبْدَلَ اللّٰهُ مَكَانَهُ آخَرَ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah bumi kosong dari empat puluh lelaki yang seperti kekasih Ar-Rahman. Maka sebab mereka di beri riziki makhluk di dunia dan sebab mereka ditolong makhluk di dunia tidaklah mati salah seorang dari mereka melainkan Allah akan mengganti tempat orang itu dengan yang lain]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الْأَبْدَالِ: اَلرِّضَا بالقَضَاءِ وَالصَّبْرُ عَنْ مَحَارِمِ اللّٰهِ وَالْغَضَبُ فِى ذَاتِ اللّٰهِ] رَوَاهُ اِبْنُ عَدِيُّ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tiga perkara barang siapa yang ada pada tiga perkara ini maka ia termasuk wali Abdal: Ridho atas ketentuan Allah dan sabar menjauhi larangan-larangan Allah dan marah karna Allah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Adi
(وَلَوْلَا الصَّالِحُوْنَ) أَيْ اَلْقَائِمُوْنَ بِمَا عَلَيْهِمْ مِنْ حُقُوْقِ اللّٰهِ وَحُقُوْقِ الْعِبَادِ (لَهَلَكَ الطَّالِحُوْنَ) أَيْ اَلْفَاسِدُوْنَ بِإِتْيَانِ الْمَعَاصِى
(Dan andai tidak ada orang-orang sholeh) Maksudnya orang-orang yang senantiasa melaksanakan apa saja yang menjadi kewajiban mereka dari hak-hak kepada Allah dan hak-hak kepada sesama hamba (Maka pasti hancur orang-orang yang tidak sholeh) Maksudnya orang-orang yang rusak dengan melakukan berbagai kemaksiatan
(وَلَوْلَا الْعُلَمَاءُ لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ كَالْبَهَائِمِ). قَالَ أَبُوْ اللَّيْثِ: مَنْ جَلَسَ عِنْدَ عَالِمٍ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى حِفْظِ شَيْءٍ مِنَ الْعِلْمِ نَالَ سَبْعَ كَرَامَاتٍ:
(Dan andai tidak ada ulama pasti manusia semuanya akan menjadi seperti binatang) Telah berkata Imam Abu Laits: Barang siapa yang duduk disamping ulama dan ia tidak mampu menghafal sedikitpun dari ilmu maka dia tetap akan memperoleh tujuh kemuliaan:
فَضْلَ الْمُتَعَلِّمِيْنَ وَحَبْسَهُ عَنِ الذُّنُوْبِ وَنُزُوْلَ الرَّحْمَةِ عَلَيْهِ حَالَ خُرُوْجِهِ مِنْ بَيْتِهِ وَإِذَا نَزَلَتِ الرَّحْمَةُ عَلَى أَهْلِ الْحَلَقَةِ حَصَلَ لَهُ نَصِيْبٌ وَيُكْتَبُ لَهُ طَاعَةً مَا دَامَ مُسْتَمِعًا
Mendapat keutamaan orang-orang yang mengaji dan ditahannya orang itu dari berbuat dosa dan turun rahmat kepadanya ketika dia keluar dari rumah orang alim dan ketika rahmat turun kepada jamaah pengajian pasti hasil baginya pahala dan dicatat baginya sebagai ketaatan selama dia mendengarkan
وَإِذَا ضَاقَ قَلْبُهُ لِعَدَمِ الْفَهْمِ صَارَ غَمُّهُ وَسِيْلَةً إِلَى حَضْرَةِ اللّٰهِ تَعَالَى وَيَرَى عِزَّ الْعَالِمِ وَذِلَّ الْفَاسِقِ فَيَمِيْلُ طَبْعُهُ إِلَى الْعِلْمِ وَيَرُدَّ قَلْبَهُ عَنِ الْفِسْقِ.
Dan ketika terasa sesak hatinya karena tidak paham maka jadilah kesusahannya sebagai wasilah menuju kehadirat Allah dan ia melihat kemuliaan ulama dan hinanya orang fasik sehingga condong tabiatnya kepada ilmu dan ia dapat menolak hatinya dari kefasikkan.
(وَلَوْلَا السُّلْطَانُ لَأَهْلَكَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا) بِالْقَتْلِ وَالْغَصْبِ وَغَيْرِ ذٰلِكَ
(Dan andai tidak ada Sultan maka akan saling membinasakan sebagian orang dengan sebagian yang lain) Dengan cara membunuh dan dengan cara merampas harta dan dengan cara yang selain itu.
(وَلَوْلَا الْحَمْقَى) أَيْ اَلَّذِيْنَ فَسَدَتْ عُقُوْلُهُمْ (لَخَرَبَتِ الدُّنْيَا) أَيْ لَفَسَدَتِ الْبِلَادُ وَالْمَنَازِلُ
(Dan andai tidak ada orang-orang bodoh) Maksudnya orang-orang yang rusak akalnya (Maka pasti akan menjadi rusak alam dunia) Maksudnya pasti akan rusak suatu negara dan rumh-rumah.
(وَلَوْلَا الرِّيْحُ لَأَنْتَنَّ كُلُّ شَيْءٍ) بِسَبَبِ الْجِيْفِ.
(Andai tidak ada angin pasti akan busuk segala sesuatu) Dengan sebab bangkai-bangkai
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 11
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ لَمْ يَخْشَ اللّٰهَ لَمْ يَنْجُ مِنْ زَلَّةِ اللِّسَانِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [طُوْبَى لِمَنْ مَلَكَ لِسَانَهُ وَوَسِعَهُ بَيْتُهُ وبَكَى عَلَى خَطِيْئَتِهِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ
Maqolah yang ke sebelas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana sesungguhnya mereka berkata: Barang siapa tidak takut kepada Allah maka dia tidak akan bisa selamat dari terpelesetnya lisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Keberuntungan bagi orang yang mampu mengendalikan lisannya dan terasa luas baginya rumahnya dan dia menangis atas kesalahannya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani
(وَمَنْ لَمْ يَخْشَ قُدُوْمَهُ عَلَى اللّٰهِ) أَيْ مَنْ لَمْ يَخْشَ لِقَاءَ اللّٰهِ بِالْمَوْتِ (لَمْ يَنْجُ قَلْبُهُ مِنَ الْحَرَامِ وَالشُّبْهَةِ)
(Dan barang siapa yang tidak takut akan kedatangannya kepada Allah) Maksudnya barang siapa yang tidak takut bertemu dengan Allah sebab kematian (Maka hatinya tidak akan bisa selamat dari perkara haram dan syubhat)
فَالْمُحَرَّمَاتُ قِسْمَانِ أَحَدُهُمَا شَيْءٌ مُحَرَّمٌ لِذَاتِهِ كَالْمَيِّتَةِ وَالدَّمِ وَنَحْوِ ذٰلِكَ فَهٰذَا لَا يَحِلُّ إِلَّا لِسَدِّ بَقَاءِ رُوْحِهِ. وَالثَّانِى حَلَالٌ فِى نَفْسِهِ كَالْمَاءِ الطَّاهِرِ وَالْأَرُزِ لَكِنَّهُ مَمْلُوْكٌ لِلْغَيْرِ فَيَحْرُمُ عَلَيْكَ حَتَّى يَصِيْرَ مِلْكَكَ بِوَجْهٍ جَائِزٍ فِى الشَّرْعِ.
Maka perkara yang diharamkan itu ada dua bagian salah satu dari keduanya adalah sesuatu yang diharamkan karena dzatnya seperti bangkai dan darah dan yang semisal itu dan ini tidak halal kecuali untuk mempertahankan nyawanya. Dan yang kedua adalah sesuatu yang halal pada dzatnya seperti air yang suci dan beras akan tetapi barang itu dimiliki orang lain maka haram atasmu sampai barang itu menjadi milikmu dengan cara yang sah dalam hukum Syariat.
وَالشُّبْهَاتُ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ: مَا تُيُقِّنَ تَحْرِيْمُهُ وَشَكَّ فِى حِلِّهِ، وَفِى هٰذَا حُكْمُ الْحَرَامِ. وَمَا تُيُقِّنَ حِلُّهُ وَشُكَّ فِى تَحْرِيْمِهِ، وَهٰذِهِ الشُّبْهَةُ تَرْكُهَا مِنَ الْوَرَعِ، وَمَا يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُوْنَ حَلَالًا وَحَرَامًا فَيَنْبَغِى تَرْكُهُ.
Dan perkara syubhat itu ada tiga tingkatan: Yang pertama adalah perkara syubhat yang diyakini keharamannya dan diragukan kehalalannya dan dalam hal ini adalah hukumnya haram dan yang kedua adalah perkara syubhat yang diyakini kehalalannya dan diragukan keharamannya dan perkara syubhat ini meninggalkannya termasuk dari wara' dan yang ketiga adalah perkara yang dimungkinkan kehalalannya dan dimungkinkan keharamannya maka sepatutnya meninggalkan itu
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [دَعْ مَا يُرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يُرِيْبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ والْكِذْبَ رَيْبَةٌ] رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ. وَيُرِيْبُكَ بِفَتْحِ الْيَاءِ وَضَمِّهَا.
Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu karena sesungguhnya benar itu menenangkan dan bohong itu meragukan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi. Dan lafadz يُرِيْبُكَ dengan memfathahkan huruf ي atau mendzommahkannhya
وَمَعْنَى هٰذَا الْحَدِيْثِ: اُتْرُكْ مَا تَشُكُّ فِى حِلِّهِ وَاعْدِلْ إِلَى مَا لَا تَشُكُّ فِى حِلِّهِ، كَذَا أَفَادَ الشَّيْخُ حَسَنٌ اَلْحَمْزَاوِيُّ، وَمَعْنَى الرَّيْبَةُ اِضْطِرَابُ الْقَلْبِ. اهـ.
Dan ma'na hadits ini: adalah tinggalkan olehmu sesuatu yang kamu ragu tentang kehalalannya dan berpindahlah kepada sesuatu yang kamu tidak ragu tentang kehalalannya. Demikian telah menjelaskan Syekh Hasan Al-Hamzawi dan ma'na رَيْبَةٌ adalah kebingungan hati.
(وَمَنْ لَمْ يَكُنْ آيِسًا) أَيْ قاَطِعَ الرَّجَاءِ (عَنِ الْخَلْقِ لَمْ يَنْجُ مِنَ الطَّمَعِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اِسْتَعِيْذُوْا بِاللّٰهِ مِنْ طَمَعٍ يَهْدِي إِلَى طَبْعٍ - أَيْ دَنَسٍ - وَمِنْ طَمَعٍ يَهْدِي إِلَى غَيْرِ مَظْمَعٍ، وَمِنْ طَمَعٍ حَيْثُ لَا مَظْمَعَ] رَوَاهُ الْإٍمَامُ أَحْمَدُ وَالطَّبْرَانِيُّ وَالْحَاكِمُ.
(Dan barang siapa tidak memutus harapan) Maksudnya memutus harapan (Dari sesama makhluk maka ia tidak akan bisa selamat dari sifat toma') Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Berlindunglah kalian kepada Allah dari sifat toma' yang mengajak kepada watak yang tidak baik maksudnya kotor dan dari sifat toma' yang mengajak kepada sesuatu yang tidak dapat diharapkan dan dari sifat toma' sekiranya tidak ada harapan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Thobroni dan Imam Hakim
(ومَنْ لَمْ يَكُنْ حَافِظًا عَلَى عَمَلِهِ) مِمَّا يُفْسِدُهُ (لَمْ يَنْجُ مِنَ الرِّيَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِيَّاكُمْ أَنْ تَخْلِطُوْا طَاعَةَ اللّٰهِ بِحُبِّ ثَنَاءِ الْعِبَادِ فَتَحْبِطَ أَعْمَالُكُمْ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan barang siapa yang tidak menjaga amalnya) Dari perkara yang dapat merusaknya (Maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat riya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Berhati hatilah kalian dalam mencampur adukkan ketaatan kepada Allah dengan sifat senang terhadap pujian dari hamba-hamba sehingga menjadi sia-sia amal-amal kalian]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَمَنْ لَمْ يَسْتَعِنْ بِاللّٰهِ عَلَى اخْتِرَاسِ قَلْبِهِ لَمْ يَنْجُ مِنَ الْحَسَدِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْحَسَدُ يُفْسِدُ الْإِيْمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصِّبْرُ الْعَسَلَ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan barang siapa yang tidak meminta pertolongan kepada Allah untuk menjaga hatinya maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat iri dengki) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Iri dengki itu dapat merusak keimanan sebagaimana bisa merusaknya buah mahoni pada manisnya madu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.
(وَمَنْ لَمْ يَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْضَلُ مِنْهُ عِلْمًا وَعَمَلًا لَمْ يَنْجُ مِنَ الْعُجْبِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ حَمِدَ نَفْسَهُ عَلَى عَمَلٍ صَالِحٍ فَقَدْ ضَلَّ شُكْرُهُ وحَبِطَ عَمَلُهُ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ،
(Dan barang siapa yang tidak melihat kepada orang yang dia lebih hebat dari pada dirinnya keilmuannya dan amalnya maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat ujub) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang memuji-muji pada dirinya sendiri atas amalnya yang sholih maka benar benar telah sia-sia syukurnya dan terhapus pahala amalnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَيْسَ بِالْخَيْرِ أَنْ يُظْهِرَ الْقَوْلَ بِلِسَانِهِ وَالْعُجْبُ فِى قَلْبِهِ] رَوَاهُ الدَّارُقُطْنِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ الْعُجْبَ لَيُحْبِطُ عَمَلَ سَبْعِينَ سَنَةً] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah baik apabila orang menampakkan ucapan dengan lisannya sementara ujub masih ada dalam hatinya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thobroni. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya sifat ujub itu benar-benar dapat menghpus amal selama tujuh puluh tahun] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami