Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 16-17
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد فِى بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 16-17
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 16
(و) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ رَحِمَهُ اللّٰهُ: مِنْ أَعْظَمِ الْاِغْتِرَارِ) أَيْ اَلْاِجْتِرَاءِ عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى (عِنْدِيْ اَلتَّمَادِي) أَيْ اَلْمُلَازَمَةُ (فِى الذُّنُوْبِ عَلَى رَجَاءِ الْعَفْوِ) أَيْ مَعَ رَجَاءِ مَحْوِ ذُنُوبِهِ (مِنْ غَيْرِ نَدَامَةٍ) أَيْ تَوْبَةٍ مِنْهَا
Maqolah yang ke enam belas (Telah berkata Yahya Bin Mu'adz Rahimahullah: Dari sebagian penipuan terbesar) Maksudnya lancang kepada Allah Ta'ala (Menurut saya adalah terus menerus) Maksudnya terus menerus (Dalam dosa-dosa dengan harapan dima'afkan) Maksudnya dengan harapan dihapus dosa-dosanya (Tanpa menyesal) Maksudnya tanpa taubat dari dosa-dosa
(وَتَوَقُّعُ الْقُرْبِ) أَيْ اِنْتِظَارُ حُصُوْلِ الْمَرْتَبَةِ (مِنَ اللّٰهِ تَعَالى بِغَيْرِ طَاعَةٍ) بَلْ بِالتَّعْطِيْلِ (وَانْتِظَارُ زَرْعِ الْجَنَّةِ بِبَذْرِ النَّارِ) أَيْ اِنْتِظَارُ نَعِيْمِ الْجَنَّةِ بِفِعْلِ الْمَعَاصِي
(Dan mengharapkan kedekatan) Maksudnya menunggu hasilnya martabat (Dari Allah Ta'ala tanpa melakukan keta'atan) Bahkan dengan menganggur (Dan menunggu tanaman surga dengan menabur benih neraka) Maksudnya menunggu kenikmatan-kenikmatan surga dengan melakukan kemaksiatan.
(وَطَلَبُ دَارِ الْمُطِيْعِيْنَ بِالْمَعَاصِي) أَيْ طَلَبُ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ مِنْ غَيْرِ طَرِيقِهَا بَلْ بِمُخَالَفَةِ أَمْرِ اللّٰهِ تَعَالَى قَالَ تَعَالَى [اِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ]
(Dan mencari tempat orang-orang yang ta'at dengan kemaksiatan) Maksudnya menuntut masuk surga tanpa menempuh jalan menuju surga bahkan dengan menyelisihi perintah dari Allah Ta'ala. Allah ta'ala berfirman: [Sesungguhnya kalian hanya dibalas dengan sesuatu yang telah kalian kerjakan].
(وَانْتِظَارُ الْجَزَاءِ) بِالْخِصَالِ الَّتِي تُؤَدِّي إلَى الرَّاحَةِ (بِغَيْرِ عَمَلٍ) صَالِحٍ يُوْصِلُ إِلَى ذٰلِكَ
(Dan menunggu balasan) dengan perkara-perkara yang mendatangkan ketenangan (Tanpa beramal) Sholih yang bisa menyampaikan dia pada perkara itu
(وَالتَّمَنِّى عَلَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ مَعَ الِْافْرَاطِ) أَيْ مُجَاوَزَةِ حَدِّ الِاعْتِدَالِ (قَالَ الشَّاعِرُ) مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:
(Dan berangan-angan kepada Allah Azza Wajalla serta melewati batas) Maksudnya melewati batas kewajaran (Telah berkata seorang penya'ir) Dari Bahar Basit:
اِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِى عَلَى الْيَبِسِ) | * | (يَرْجُو النَّجَاةَ وَلَا يَسْلُكْ مَسَالِكَهَا |
(Dia mengharapkan keselamatan sedangkan dia tidak mau menempuh jalan-jalan menuju keselamatan | * | Sesungguhnya perahu itu tidak akan melewat di atas daratan yang kering) |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 17
(و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ ( قَالَ أَحْنَفُ بْنُ قَيْسٍ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (حِيْنَ سُئِلَ مَا خَيْرُ مَا يُعْطَى الْعَبْدُ) قَالَ هُو(عَقْلٌ غَرِيْزِيٌ) أَى طَبِيْعِيٌ.
Maqolah yang ke tujuh belas: (Telah berkata Ahnaf Bin Qois) Rahimahullhahu Ta'ala (Ketika dia ditanya: Apa sebaik-baiknya anugrah yang diberikan kepada seorang hamba?) Ahnaf menjawab (Akal Ghorizi) Maksudnya watak.
رُوِيَ عَنِ النَّبِىِّ ﷺ أَنَّهُ قَال: [مَا اكْتَسَبَ الْمَرْءُ مِثْلَ عَقْلٍ يَهْدِى صَاحِبَهُ إلَى هُدًى أَوْ يَرَدُّهُ عَنْ رَدًى]
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah seseorang dapat berusaha seperti akal yang akan memnunjukkan kepada pemiliknnya petunjuk atau akan menolak kepada pemiliknya dari perkara yang buruk]
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ)أَى لَمْ يُوجَدِ الْعَقْلُ (قَالَ أَدَبٌ صَالِحٌ) وَهُوَ مَعْرِفَةُ مَا يَحْتَرِزُ بِهِ عَنْ جَمِيْعِ أَنْوَاعِ الْخَطَأِ
(Dikatakan maka jika tidak ada) Maksudnya jika tidak ditemukan akal (Maka Ahnaf menjawab: Adab yang sholih) Yaitu mengetahui sesuatu yang dapat menjaganya sebab perkara itu dari berbagai macam kesalahan.
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) أَى لَمْ يُوْجَدْ ذٰلِكَ الْأَدَبُ (قَالَ صَاحِبٌ مُوَفِّقٌ)
(Dikatakan maka jika tidak ada) Maksudnya jika tidak ditemukan adzab yang sholih itu (Maka Ahnaf menjawab: Sahabat yang setia)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [رَأْسُ الْعَقْلِ بَعْدَ الْإِيْمَانِ التَّوَدُّدُ إلَى النَّاسِ وَمَا يَسْتَغْنِى رَجُلٌ عَنْ مَشُوْرَةٍ وَإِنَّ أَهْلَ الْمَعْرُوْفِ فَى الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمَعْرُوْفِ فِى الْآخِرَةِ وَأَهْلَ الْمُنْكَرِ فِى الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمُنْكَرِ فِى الْآخِرَةِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُ
Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Pangkalnya akal sesudah iman adalah sayang kepada manusia. Dan tidaklah seseorang kaya dari pepatah dan sesungguhnya orang yang ahli dalam kebaikan di dunia mereka adalah orang yang ahli dalam kebaikan di akhirat dan orang yang ahli munkar di dunia mereka adalah orang yang ahli munkar di akhirat]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) أَى لَمْ يُوْجَدْ ذٰلِكَ الصَّاحِبُ (قَالَ قَلْبٌ مُرَابِطٌ) أَى صَابِرٌ عَلَى أَذِيَّةِ الْخَلْقِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَوْ كَانَ الْمُؤْمِنُ عَلَى قَصَبَةٍ فِى الْبَحْرِ لَقَيَّضَى اللّٰهُ لَهُ مَنْ يُؤْذِيْهِ] رَوَاهُ ابْنُ أَبِى شَيْبَةَ
(Dikatakan maka jika tidak ada)Maksudnya jika tidak ditemukan sahabat yang setia itu (Maka Ahnaf menjawab: Hati yang teguh) Maksudnya sabar terhadap gangguan makhluk. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Seandainya seorang mukmin berada di atas rakit bambu di lautan, niscaya Allah akan menyiapkan baginya seseorang yang akan mengganggunya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Abi Syaibah
Catatan!
Maksud dari kalimat "Niscaya Allah akan menyiapkan baginya seseorang yang akan mengganggunya" adalah Untuk melipat gandakan pahalanya dan menaikan derajatnya
(فَاِنْ لَمْ يَكُنْ)بِأَنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى الصَّبْرِ (قَالَ طُوْلُ الصُّمْتِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ حَقِيْقَةَ الْإِيْمَانِ حَتَّى يَخْزُنَ لِسَانَهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ،
(Maka jika tidak ada) Karena tidak mampu untuk bersabar (Maka Ahnaf menjawab: Panjangnya diam) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidak akan sampai seorang hamba pada hakikat keimanan sampai dia menjaga lisannya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thobroni
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَال: [رَحِمَ اللّٰهُ مَنْ حَفِظَ لِسَانَهُ وَعَرَفَ زَمَانَهُ وَاسْتَقَامَتْ طَرِيقَتُهُ] رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ
Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Allah merahmati orang yang menjaga lisannya dan mengetahui zamannya dan lurus jalannya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) بِأَنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى الصَّمْتِ وَلَمْ يُوجَدْ مِنْهُ وَاحِدٌ مِنْ تِلْكَ الْخَمْسَةِ (قَالَ مَوْتٌ حَاضِرٌ) أَى مَوْتًا خَيْرٌ مِنْ حَيَاتِهِ.
(Dikatakan maka jika tidak ada) Karena dia tidak mampu untuk diam dan tidak ditemukan dalam dirinya satupun dari kelima perkara itu (Maka Ahnaf menjawab: Mati yang hadir) Maksudnya kematian itu lebih baik dibandingkan hidupnya.
Catatan!
Maksud dari pernyataan "kematian lebih baik dibandingkan hidupnya" adalah untuk menegaskan bahwa nilai kehidupan seseorang yang tidak menemukan satupun dari lima perkara tersebut dianggap kurang berharga dibandingkan kematian, namun bukan berarti dianjurkan untuk mengambil tindakan bunuh diri ketika tidak menemukan satupun dari lima perkara itu karena bunuh diri merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.