Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 14-15
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد فِى بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 14-15
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 14
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قَالَ أَحْنَفُ بْنُ قَيْسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: لَا رَاحَةَ لِلْحَسُوْدِ) قَالَ عَبْدُ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيُّ نَقْلًا عَنْ شَيْخِهِ الْبَدْرِ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى : يُبْلَى الْحَسُوْدُ بِخَمْسَةٍ : حُصُوْلُ الذَّمِّ لَهُ وَحُزْنٌ دَاءِمٌ وَغَلْقُ بَابِ التَّوْفِيقِ عَلَيْهِ وَمُصِيبَةٌ دَاءِمَةٌ لَا أَجْرَ فِيهَا. وَالْغَضَبُ الشَّدِيْدُ عَلَيْهِ مِنْ اللّٰهِ تَعَالِيَ.
Maqolah yang ke empat belas (Telah berkata Ahnaf Bin Qois Radhiallahu Anhu: Tidak ada ketenangan bagi orang yang iri dengki) Telah berkata Abdul Mu'ti As-Samlawi dengan menukil dari gurunya Al-Badr Rahimahullah Ta'ala: Akan diberi ujian orang yang iri dengki dengan lima musibah: Hasilnya cacian bagi dirinya dan kesedihan yang terus menerus dan dikunci pintu taufiq atas dirinya dan musibah yang terus menerus tidak ada pahala di dalamnya. Dan murka yang sangat besar kepada dirinya dari Allah Ta'ala.
قَالَ عَلِيٌّ الْمَاوَرْدِيُّ: وَحَقِيْقَةُ الْحَسَدِ شِدَّةُ الْحُزْنِ عَلَى الْخَيْرَاتِ الَّتِي تَكُوْنُ لِلنَّاسِ الْأَفَاضِلِ. أَمَّا الْمُنَافَسَةُ فَهِيَ طَلَبُ التَّشَبُّهِ بِالْأَفَاضِلِ مِنْ غَيْرِ إِدْخَالِ ضَرَرٍ عَلَيْهِمْ. وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الْمُؤْمِنُ يَغْبِطُ وَالْمُنَافِقُ يَحْسُدُ].
Telah berkata Ali Al-Mawardi: Hakikat dari sifat iri dengki adalah sangat bersedih atas kebaikan-kebaikan yang ada pada manusia yang lebih utama. Adapun bersaing maka itu adalah mengejar kesamaan dengan orang-orang yang lebih utama dengan tanpa memasukkan kemadaratan kepada orang yang lebih utama. Dan benar-benar telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ bersabda: [Orang mu'min itu cemburu dan orang munafik itu iri dengki].
(وَلَا مُرُوْءَةَ لِلْكَذُوْبِ) فَالْمُرُوْءَةُ مُرَاعَاةُ الْأَحْوَالِ الَّتِي تَكُوْنُ عَلَى أَفْضَلِهَا حَتَّي لَا يَظْهَرَ مِنْهَا قَبِيْحٌ عَنْ قَصِّهِ وَلَا يَتَوَجَّهُ إِلَيْهَا ذَمٌّ بِاسْتِحْقَاقٍ.
(Tidak ada martabat bagi pembohong) Muru'ah adalah menjaga kehormatan dari keadaan-keadaan yang ada pada keadaan yang lebih utama hingga tidak tampak dari keadaan-keadaan itu prilaku yang buruk dari kisahnya dan tidak menghadap pada keadaan-keadaan itu sebuah celaam dengan sebenarnya
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ عَامَلَ النَّاسَ فَلَمْ يَظْلِمْهُمْ وَحَدَّثَهُمْ فَلَمْ يَكْذِبْهُمْ وَوَعَدَهُمْ فَلَمْ يُخْلِفْهُمْ فَهُوَ مِمَّنْ كَمُلَتْ مُرُوْءَتُهُ وَظَهَرَتْ عَدَالَتُهُ وَوَجَبَتْ أُخُوَّتُهُ ].
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang bermuamalah dengan manusia kemudian dia tidak berbuat dzolim kepada mereka dan dia berkata pada mereka kemudian dia tidak berbohong pada mereka dan dia berjanji pada mereka kemudian dia tidak ingkar pada mereka maka dia adalah termasuk dari sebagian orang yang telah sempurna kehormatannya dan nampak keadilannya dan wajib berukhuwah dengannya].
(وَلَا حِيْلَةَ لِلْبَخِيْلِ) وَحَدُّ السَّخَاءِ بَذْلُ مَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ عِنْدَ الْحَاجَةِ وَأَنْ يُوْصِلَهُ إلَى مُسْتَحِقِّهِ بِقَدْرِ الطَّاعَةِ،
(Dan tidak ada jalan keluar bagi orang yang pelit) Definisi dermawan adalah memberikan sesuatu yang ia butuh padanya ketika butuh dan menyalurkan sesuatu itu kepada orang yang berhak dengan ukuran keta'atan
وَإِذَا كَانَ السَّخَاءُ مَحْدُودًا، فَمَنْ وَقَفَ عَلَى حَدِّهِ سُمِيَ كَرِيمًا وَكَانَ لِلْحَمْدِ مُسْتَحِقًّا،وَمَنْ قَصَرَ عَنْهُ كَانَ بَخِيلًا وَكَانَ لِلذَّمِّ مُسْتَوْجِبًا.
Dan jika ada sifat dermawan itu terbatas maka barang siapa yang berhenti pada batas kedermawanan maka dia dinamakan sebagai orang yang mulia dan ada baginya atas pujian sebagai orang yang berhak. Dan barang siapa yang mengurangi dari batasan kedermawanan maka ia ada sebagai orang yang pelit dan ada baginya atas hinaan sebagai orang yang berhak
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [طَعَامُ الْجَوَادِ دَوَاءٌ وَطَعَامُ الْبَخِيلِ دَاءٌ]،وَقَالَ بَعْضُ الْأُدَبَاءِ: اَلْبَخِيْلُ لَيْسَ لَهُ خَلِيْلٌ.
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Makanan dari orang dermawan itu jadi obat dan makanan dari orang pelit itu jadi penyakit]. Dan telah berkata sebagian dari orang-orang yang beradab: Orang yang pelit itu tidak ada baginya kekasih.
وَقَالَ صَالِحُ بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوْسِ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ:
Telah berkata Sholeh Bin Abdul Quddus dari bahar towil:
وَيَسْتُرُهُ عَنْهُمْ جَمِيْعًا سَخَاؤُهُ | * | وَيُظْهِرُ عَيْبَ الْمَرْْءِ فِى النَّاسِ بُخْلُهُ |
Akan menampakan aib seseorang di antara manusia sifat pelitnya | * | Dan akan menutupi aib dari semua manusia sifat dermawannya |
أَرَى كُلَّ عَيْبٍ فَالسَّخَاءُ غِطَاؤُهُ | * | تَغَطَّ بِأَثْوَابِ السَّخَاءِ فَإِنَّنِيْ |
Maka tutupilah oleh kalian dengan baju-baju kedermawanan karena sesungguhnya | * | Aku telah melihat setiap aib maka sifat dermawanlah yang menjadi penutupnya |
(وَلَا وَفَاءَ لِلْمُلُوْكِ) لِأَنَّهُ لَا يَسْتَحْيِ وَلَا يَخَافُ مِنْ آحَادِ الرَّعِيَّةِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ:[صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِيْ إِنْ صَلَحُوْا صَلَحَتِ الْأُمَّةُ: اَلْأُمَرَاءُ وَالْفُقَهَاءُ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ.
(Dan tidak ada kesetiaan bagi raja-raja) karena sesungguhnya raja-raja tidak akan malu dan takut kepada salah seorang dari rakyat. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Ada dua golongan dari umatku jika keadaan mereka baik maka pasti akan baik keadaan suatu umat: Yaitu para pemimpin dan para fuqoha].
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ تَهْلِكَ الرَّعِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ ظَالِمَةً مُسِيْئَةً إِذَا كَانَتِ الْوُلَاةُ هَادِيَةً مَهْدِيَّةً وَلٰكِنْ تَهْلِكُ الرَّعِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ هَادِيَةٌ مَهْدِيَّةً إِذَا كَانَتِ الوُلَاةُ ظَالِمَةً مُسِيْئةً] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Rakyat tidak akan binasa meskipun terbukti mereka dzolim dan buruk ketika ada para penguasa yang memberi petunjuk dan diberi hidayah akan tetapi rakyat akan binasa meskipun terbukti mereka memberi petunjuk dan diberi hidayah ketika ada para penguasa yang dzolim dan buruk]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Abu Nu'aim
وَرُوِيَ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ أَنْشَدَ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:
Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Abu Bakar telah melantunkan sya'ir dari bahar basith:
فَانْظُرْ إِلَى مَلِكٍ فِي زِيِّ مِسْكِيْنِ | * | إِذَا أَرَدْتَ شَرِيْفَ النَّاسِ كُلِّهِمِ |
Jika kamu ingin menjadi manusia mulia di antara manusia seluruhnya | * | Maka lihatlah raja yang menggunakan pakaian orang miskin |
وَذَاكَ يَصْلُحُ لِلدُّنْيَا وَلِلدِّيْنِ | * | ذَاكَ الَّذِيْ حَسُنَتْ فِى النَّاسِ سِيْرَتُهُ |
Itulah orang yang bagus akhlaknya di antara manusia | * | Dan itulah orang yang layak untuk memimpin dunia dan agama |
(وَلَا سُؤْدَدَ لِسَيِّئِ الْخُلُقِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [سُوْءُ الْخُلُقِ شُؤْمٌ وشِرَارُكُمْ أَسْوَأُكُمْ خُلُقًا] رَوَاهُ الْخَطِيْبُ، وَرُوِيَ أَنَّهُ َﷺ قَالَ: [إِنَّ الْخُلُقَ السَّيِّئَ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ] رَوَاهُ الْعَسْكَرِيُّ،
(Tidak ada kemuliaan bagi orang yang buruk akhlaknya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Akhlak yang buruk itu adalah kesialan dan yang paling buruk di antara kalian adalah yang paling buruk di antara kalian akhlaknya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Khotib. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya akhlak yang buruk itu dapat merusak amal sebagaimana merusaknya cuka pada madu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Askari
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ عِبَادِ اللّٰهِ تَعَالَى إِلَى اللّٰهِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَكَارِمُ الْأَخْلَاقِ مِنْ أَعْمَالِ الجَنَّةِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Yang paling dicintai dari hamba-hamba Allah oleh Allah adalah yang paling baik di antara mereka akhlaknya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Akhlak-akhlak yang mulia itu termasuk dari amalan-amalan ahli surga]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni.
وَأَنْشَدَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:
Dan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu telah melantunkan sya'ir dari bahar basit:
فَالْعَقْلُ أَوَّلُهَا وَالدِّيْنُ ثَانِيْهَا | * | إنَّ الْمَكَارِمَ أَخْلَاقٌ مُطَهِّرَةٌ |
Sesungguhnya kemuliaan itu adalah akhlak yang disucikan | * | Maka akal adalah yang pertama dari akhlak yang disucikan dan agama adalah yang kedua |
وَالْجُوْدُ خَامِسُهَا وَالْعُرْفُ سَادِسُهَا | * | وَالْعِلْمُ ثَالِثُهَا وَالْحِلْمُ رَابِعُهَا |
Dan ilmu adalah yang ketiganya dan rendah hati adalah yang keempatnya | * | Dan dermawan adalah yang kelimanya dan adat adalah yang keenamnya |
وَالشُّكْرُ تَاسِعُهَا وَاللَّيِنُ عَاشِرُهَا | * | وَالْبِرُّ سَابِعُهَا وَالصَّبْرُ ثَامِنُهَا |
Dan berbakti pada kedua orang tua adalah yang ketujuhnya dan sabar adalah yang ke delapannya | * | Dan syukur adalah yang kesembilannya dan lemah lembut adalah yang kesepuluhnya |
وَالْمُرَادُ بِالْعَقْلِ كَمَا فِى الْحَدِيْثِ اِجْتِنَابُ مَحَارِمِ اللّٰهِ وَأَدَاءُ فَرَائِضِ اللّٰهِ
Dan yang dimaksud dengan akal sebagimana dalam hadits adalah menjauhi perkara-perkara yang diharamkan Allah dan menunaikan perintah-perintah dari Allah.
(وَلَا رَادَّ لِقَضَاءِ اللّٰهِ) أَيْ لِتَقْدِيْرِهِ الْأَشْيَاءَ وَإِرَادَتِهِ لَهَا كَمَا قَالَهُ الشَّيْخُ الْحِفْنِيُ.
(Dan tidak ada penangkal terhadap qodho Allah) Maksudnya terhadap takdirnya pada segala sesuatu dan kehendak Allah pada segala sesuatu sebagaimana telah berkata tentang keterangan itu Syeikh Al-Hifni.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 14
Akan datang ....
(وَ)الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (سُئِلَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الَّذِيْنَ جَرَّبُوْا الْأُمُوْرَ(هَلْ يَعْرِفُ الْعَبْدُ إِذَا تَابَ أَنَّ تَوْبَتَهُ قُبِلَتْ أَمْ رُدَّتْ، قَالَ: لَا أَحْكُمُ فِى ذٰلِكَ) أَيْ فِى كَوْنِ تَوْبَةِ الْعَبْدِ مَقْبُوْلَةً أَوْ مَرْدُودَةً (وَلٰكِنْ لِذٰلِكَ) أَيْ لِقَبُوْلِ التَّوْبَةِ (عَلَامَاتٌ) سِتَّةٌ
Maqolah yang ke lima belas (Telah ditanya sebagian dari orang-orang yang bijaksana) Maksudnya orang-orang yang telah membuktikan berbagai hal (Apakah seorang hamba dapat mengetahui ketika bertaubat bahwa sesungguhnya taubatnya telah diterima atau ditolak? Maka sebagian dari orang-orang bijak itu berkata: Saya tidak bisa memastikan tentang hal itu) Maksudnya tentang keadaan taubatnya seorang hamba diterima atau ditolak (Akan tetapi bagi hal itu) Maksudnya bagi diterimanya taubat (Ada tanda-tanda) yang enam
إِحْدَاهَا (أَنْ يَرَى) أَنْ يَعْرِفَ (نَفْسَهُ غَيْرَ مَعْصُوْمَةٍ مِنَ الْمَعْصِيَةِ) فَيُجَوِّزُ وُقُوْعُهَا فِيهَا. (وَ) الثَّانِيَةُ (يَرَى فِى قَلْبِهِ الْفَرَحَ غَائِبًا) أَيْ بَعِيدًا عَنْهُ (وَالْحُزْنَ شَاهِدًا) أَيْ حَاضِرًا عِنْدَهُ.
Salah satu dari yang enam itu (Hendaknya ia mengetahui) Hendaknya ia mengetahui (Pada dirinya sendiri tidak dima'sum dari kemaksiatan) Sehingga memperkenankan dirinya terjerumus ke dalam kemaksiatan (Dan) Yang kedua (Dia melihat dalam dirinya terhadap rasa bahagia tidak ada) Maksudnya jauh dari kebahagiaan (Dan terhadap rasa sedih hadir) Maksudnya hadir di dalam hatinya.
(وَ)الثَّالِثَةُ (يَقْرُبُ أَهْلَ الْخَيْرِ وَيُبَاعِدُ أَهْلَ الشَّرِّ) خَوْفًا مِنَ الْوُقُوْعِ فِى الْمَعْصِيَةِ. (وَ) الرَّابِعَةُ (يَرَى الْقَلِيْلَ مِنَ الدُّنْيَا كَثِيرًا) فَيَأْخُذُ مِنْهَا بِقَدْرِ ضَرُوْرَتِهِ (وَيَرَى الْكَثِيْرَ مِنْ عَمَلِ الْآخِرَةِ قَلِيلًا) فَيَطْلُبُ الزِّيَادَةَ عَلَيْهِ
(Dan) Yang ke tiga (Dia mendekati orang yang baik dan menjauhi orang yang buruk) Karena takut terjerumus ke dalam kemaksiatan (Dan) Yang ke empat (Dia melihat sedikit dari dunia sebagai banyak) Sehingga dia mengambil dari dunia itu dengan ukuran kebutuhannya (Dan dia melihat banyak dari amal akhirat sebagai sedikit) Sehingga ia mencari tambahan atas amalnya.
(وَ) الْخَامِسَةُ (يَرَى قَلْبَهُ مُشْتَغِلًا بِمَا ضُمِنَ) أَيْ اُلْتُزِمَ (مِنَ اللّٰهِ تَعَالِيَ) مِنْ أَنْوَاعِ التَّكَالِيْفِ (فَارِغًا) أَيْ خَالِيًا (عَمَّا ضَمِنَ) أَيْ كَفَلَ (اللّٰهُ) تَعَالَى (مِنْهُ) أَيْ لَهُ بِهِ مِنَ الرِّزْقِ.
(Dan) Yang ke lima (Dia melihat hatinya sibuk dengan sesuatu yang diwajibkan) Maksudnya di wajibkan (Dari Allah Ta'ala) Dari segala macam kewajiban-kewajiban. (Hatinya kosong) Maksudnya kosong (Dari sesuatu yang telah menjamin) Maksudnya memastikan (Allah) Ta'ala (Padanya) Maksudnya menjamin padanya dengan sesuatu itu dari rizki.
(وَ) السَّادِسَةُ (يَكُوْنُ حَافِظَ اللِّسَانِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللّٰهِ حِفْظُ اللِّسَانِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ ذُنُوْبًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ] رَوَاهُ ابْنُ نَصْرٍ
(Dan) Yang keenam (Terbukti dia menjaga lisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Amalan-amalan yang paling dicintai Allah adalah menjaga lisan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya manusia yang paling banyak dosanya pada hari kiamat adalah yang paling banyak diantara mereka berbicara dalam perkara yang tidak bermanfaat untuknya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Nasr
(دَاءِمَ الْفِكْرَةِ)فِي عَظَمَةِ اللّٰهِ وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلتَّفَكُّرُ فِى عَظَمَةِ اللّٰهِ وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ] وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [تَفَكَّرُوْا فِى خَلْقِ اللّٰهِ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِى اللّٰهِ فَتَهْلَكُوْا]، (لَازِمَ الْغَمِّ وَالنَّدَامَةِ) عَلَى مَا فَعَلَ مِنَ الْمَعَاصِيْ.
(Kekalnya pemikiran) Dalam memikirkan keagungan Allah dan surganya Allah dan nerakanya Allah. Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tafakur dalam memikirkan keagungan Allah dan surganya dan nerakanya satu waktu itu lebih baik daripada mendirikan sholat malam]. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Bertafakurlah kalian semua dalam memikirkan ciptaan Allah dan janganlah bertafakur kalian semua dalam memikirkan dzatnya Allah sehingga kalian binasa]. (Senantiasa bingung dan sedih) Atas perkara yang telah dia lakukan dari kemaksiatan.