Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد فِى بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6
Image by © LILMUSLIMIINTerjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6
بَابُ السُّدَاسِيِّ
وَفِيْهِ سَبْعَ عَشْرَةَ مَوْعِظَةً، ثِنْتَانِ خَبَرَانِ، وَالْبَاقِي آثَارٌ.
Dalam bab ini ada tujuh belas mau'idhoh, Dua adalah hadits dan sisanya adalah atsar
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 1
اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (قَالَ النَّبِيُّ) ﷺ (سِتَّةُ أَشْياءَ هُنَّ غَرِيْبَةٌ) أَيْ بَعِيْدَةٌ عَنِ الْمُنَاسَبَةِ (فِى سِتَّةِ مَوَاضِعَ: اَلْمَسْجِدُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ الْمَسْجِدُ مَبْنِيًّا (فِيْمَا بَيْنَ قَوْمٍ لَا يُصَلُّوْنَ فِيْهِ) أَيْ فِى ذٰلِكَ الْمَسْجِدِ
Maqolah yang pertama (Telah bersabda Nabi) ﷺ (Ada enam perkara, enam perkara itu adalah asing) Maksudnya jauh dari kesesuaian (Pada enam tempat: Masjid itu asing) jika terbukti masjid itu dibangun (Pada tempat di antara kaum yang mereka tidak sholat di dalamnya) Maksudnya di dalam masjid itu.
(وَالْمُصْحَفُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ الْمُصْحَفُ مَوْضُوْعًا (فِى مَنْزِلِ قَوْمٍ لَا يَقْرَؤُوْنَ فِيْهِ) أَيْ فِى ذٰلِكَ الْمُصْحَفِ (وَالْقُرْآنُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ مَحْفُوْظًا (فِى جَوْفِ الْفَاسِقِ) أَيْ فِى قَلْْبِ مَنْ اِعْتَقَدَهُ وَشَهِدَهُ وَلَمْ يَعْمَلْ بِمَا فِيْهِ
(Dan mushaf itu asing) Jika terbukti mushaf itu disimpan (Di rumah kaum yang mereka tidak membaca padanya) Maksudnya pada mushaf itu (Dan Al-Qur'an itu asing) Jika terbukti Al-quran itu dihafal (Di dalam hati orang yang fasik) Maksudnya dalam hati orang yang meyakininya dan bersaksi padanya dan ia tidak mengamalkan pada apa yang ada di dalamnya.
(وَالْمَرْأَةُ الْمُسْلِمَةُ الصَّالِحَةُ) أَيْ اَلْمُطِيْعَةُ لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ الْمُحْسِنَةُ لِلْأُمُوْرِ (غَرِيْبَةٌ فِى يَدِ رَجُلٍ ظَالِمٍ) أَيْ إِذَا كَانَتْ فِى عِصْمَةِ زَوْجٍ مُجَاوِزٍ عَنِ الْحَقِّ إِلَى الْبَاطِلِ (سَيِّئِ الْخُلُقِ) قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : [أَحَبُّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا اَلْمُوَطِّئُوْنَ أَكْنَافًا الَّذِيْنَ يَأُلَفُوْنَ وَيُؤْلَفُوْنَ] اه.
(Dan seorang wanita muslimah yang sholihah) Maksudnya yang ta'at kepada Allah dan ta'at kepada Rasul yang bagus dalam berbagai hal (Itu asing di tangan seorang lelaki yang dzolim) Maksudnya Jika terbukti wanita sholihah itu dalam ikatan seorang suami yang melewati batas kebenaran melakukan kebatilan (Yang buruk akhlaknya) Telah bersabda Nabi ﷺ : [Orang yang paling dicintai di antara kalian olehku adalah orang yang paling baik di antara kalian akhlaknya yang menundukkan pundaknya yang mengakrabi dan diakrabi].
وَحُسْنُ الْخُلُقِ أَنْ يَكُوْنَ سَهْلَ الْعَرِيْكَةِ لَيِّنَ الْجَانِبِ طَلِيْقَ الْوَجْهِ قَلِيْلَ الْفَوْرِ طَيِّبَ الْكَلِمَةِ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ : [أَهْلُ الْجَنَّةِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ طَلْقٍ].
Akhlak yang baik adalah akhlak yang terbukti sederhana karakternya, lemah lembut sikapnya, ceria wajahnya, sedikit sifat kerasnya, bagus perkataannya. Telah bersabda Rasulullah ﷺ [Ahli surga adalah setiap orang yang tidak kaku perangainya, yang lemah lembut, yang entengan dan yang ceria].
(وَالرَّجُلُ الْمُسْلِمُ الصَّالِحُ غَرِيْبٌ فِى يَدِ امْرَأَةٍ رَدِيَّةٍ) أَيْ إِذَا كَانَ فِى مُعَاشَرَةِ امْرَأَةٍ وَضِيْعَةٍ فِى الْحَسَبِ حَقِيْرَةٍ فِى النَّسَبِ (سَيِّئَةِ الْخُلُقِ)
(Dan seorang lelaki muslim yang sholeh itu asing di tangan seorang wanita yang hina) Maksudnya jika terbukti lelaki sholih itu hidup bersama seorang wanita yang hilang garis keturunan leluhurnya dan rendah nasabnya (Yang jelek akhlaknya).
قَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: اَلْحَسَنُ الْخُلُقِ مِنْ نَفْسِهِ فِى رَاحَةٍ وَالنَّاسُ مِنْهُ فِى سَلَامَةٍ، وَالسَّيِّئُ الْخُلُقِ مِنَ النَّاسِ مِنْهُ فِى بَلَاءٍ وَهُوَ مِنْ نَفْسِهِ فِى عَنَاءٍ (وَالْعَالِمُ غَرِيْبٌ) إِذَا كَانَ مُقِيْمًا (بَيْنَ قَوْمٍ لَا يَسْتَمِعُوْنَ إِلَيْهِ) أَيْ لَا يُلْقُوْنَ السَّمْعَ إِلَى حَدِيْثِهِ.
Sebagian ahli balaghoh berkata: Orang yang berakhlak baik dari dirinya sendiri itu ada dalam ketenangan dan manusia darinya itu dalam keselamatan sedangkan orang yang berakhlak buruk dari manusia karenanya itu dalam bencana dan dia karena dirinya itu dalam kesulitan (Dan orang yang alim itu terasing) Jika terbukti orang alim itu bermukim (Di antara kaum yang mereka tidak mau mendengarkan padanya) Maksudnya mereka tidak menerima untuk mendengar pada nasihatnya.
(ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: [إِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ) أَيْ هٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ لَا يُصْغُوْنَ إِلَى كَلَامِ الْعَالِمِ (يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَظَرَ الرَّحْمَةِ])
(Kemudian Nabi Alaihis Sholatu Wassalam bersabda: [Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak melihat kepada mereka) Maksudnya kepada kaum ini yang mereka tidak mendengarkan pada perkataan orang yang alim (Pada hari kiamat dengan pandangan kasih sayang])
وَيُحْتَمِلُ أَنْ يَرْجِعَ الضَّمِيْرُ إِلَى الْمَذْكُوْرِيْنَ أَوَّلًا وَهُمُ الَّذِيْنَ لَمْ يُصَلُّوْا فِى ذٰلِكَ الْمَسْجِدِ وَلَمْ يَقْرَؤُوْا فِى ذٰلِكَ الْمُصْحَفِ، وَالْخَارِجُ عَنْ أَمْرِ اللّٰهِ وَالسَّيِّئُ الْخُلُقِ مِنَ الرَّجُلِ وَالْمَرْأَةِ وَمَنْ لَمْ يَتَّبِعْ كَلَامَ الْعَالِمِ.
Dan memungkinkan untuk merujuk dhomir pada orang-orang yang disebutkan di awal dan mereka adalah orang-orang yang tidak sholat di masjid itu dan mereka tidak membaca pada mushaf itu, dan mereka keluar dari perintah Allah dan orang yang buruk akhlaknya dari lelaki dan perempuan dan orang yang tidak mengikuti perkataan orang yang alim.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ النَّبِيُّ ﷺ : سِتَّةٌ) مِنَ النَّاسِ (لَعَنْتُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللّٰهُ تَعالَى) دُعَاءٌ مِنْهُ ﷺ عَلَيْهِمْ
Maqolah yang ke dua (Telah bersabda Nabi ﷺ: Enam) Dari manusia (Aku melaknat mereka dan Allah ta'ala melaknat mereka) Ini adalah doa dari Nabi ﷺ kepada mereka.
(وَكُلُّ نَبِيٍّ مُجَابِ الدَّعَوَاتِ) وَفِى الْجَامِعِ الصَّغِيْرِ: مُجَابٌ بِحَذْفِ الْمُضَافِ إِلَيْهِ: أَيْ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى وَمِنَ الْخَلْقِ، وَرُوِيَ بِيَاءِ تَحْتِيَةٍ بَدَلُ الْمِيْمِ. وَالْجُمْلَةُ مِنَ الْمُبْتَدَأِ وَالْخَبَرِ حَالٌ مِنْ فَاعِلِ لَعَنْتُهُمْ.
(Dan melaknat juga setiap Nabi yang diijabah doa-doanya) Dan dalam kitab Jami'us Shogir: Lafadz مُجَابٌ dengan membuang mudhof ilaih : Maksudnya dari Allah Ta'ala dan dari makhluk. Dan diriwayatkan dengan huruf ي yang bertitik di bawah sebagai badal dari huruf mim. Dan jumlah dari mubtada dan khobar itu menjadi hal dari fa'il yang ada pada lafadz لَعَنْتُهُمْ.
(الزَّائِدُ فِى كِتَابِ اللّٰهِ تَعَالَى) أَيْ مَنْ يُدْخِلُ فِيْهِ مَا لَيْسَ مِنْهُ وَيُؤَوِّلُهُ بِمَا لَا يَصِحُ
(Orang yang menambah-nambah pada kitab Allah Ta'ala) Maksudnya orang yang memasukkan ke dalam Al-Quran kalimat-kalimat yang bukan termasuk Al-quran dan mentakwil-takwil Al-Quran dengan takwilan yang tidak benar
(والْمُكَّذِّبُ بِقَدَرِ اللّٰهِ تَعالَى) وَهُوَ تَعَلُّقُ الْإِرَادَةِ الذَّاتِيَّةِ بِالْأَشْيَاءِ فِى أَوْقَاتِهَا الْخَاصَّةِ فَتَعْلِيْقُ كُلِّ حَالٍ مِنْ أَحْوَالِ الْأَعْيَانِ بِزَمَانٍ مُعَيَّنٍ وَسَبَبٍ مُعَيَّنٍ عِبَارَةٌ عَنِ الْقَدَرِ
(Dan orang yang mendustakan takdir Allah Ta'ala) Takdir adalah hubungan kehendak Allah dengan sesuatu pada waktu-waktunya yang telah ditentukan. Maka menggantungkan setiap keadaan dari keadaan keadaan suatu perkara dengan zaman yang telah ditentukan dan dengan sebab yang telah ditentukan itu adalah ibarat dari takdir.
(وَالْمُتَسَلِّطُ بِالْجَبَرُوْتِ) بِفَتْحِ الْبَاءِ أَيْ بِالْكِبَرِ وَالْقَهْرِ (فَيُعِزُّ) بِذٰلِكَ (مَنْ أَذَلَّهُ اللّٰهُ تعالَى) وَهُمْ أَهْلُ الْبَاطِلِ. (وَيُذِلُّ مَنْ أَعَزَّهُ اللهُ) وَهُمْ أَهْلُ الْحَقِّ، قَوْلُهُ: فَيُعِزُّ بِالْفَاءِ عَطْفُ تَفْسِيْرٍ وَفِى نُسْخَةٍ بِاللَّامِ
(Dan orang yang berkuasa dengan semana-mena) Dengan membaca fathah pada huruf ba Maksudnya dengan kesombongan dan memaksa (Maka ia memuliakan) Dengan kekuasaannya (Orang yang telah menghinakan kepadanya Allah Ta'ala) Dan mereka adalah orang-orang yang batil. (Dan ia merendahkan orang yang telah memuliakan kepadanya Allah) Dan mereka adalah orang-orang yang benar. Perkataan mushonnif : Lafadz فَيُعِزُّ dengan huruf ف adalah athof sebagai penjelas dan dalam suatu naskh dengan huruf ل.
(وَالْمُسْتَحِلُّ لِحَرَمِ اللّٰهِ تَعَالَى) بِفَتْحِ الْحَاءِ وَالرَّاءِ: أَيْ حَرَمِ مَكَّةَ وَهُوَ مَنْ فَعَلَ فِى الْحَرَمِ مَا يَحْرُمُ فِعْلُهُ
(Dan orang yang telah menghalalkan pada apa yang telah Allah Ta'ala haramkan) Dengan memfathahkan huruf ح dan ر : Maksudnya tanah suci mekkah dan ia adalah orang yang melakukan di tanah suci segala sesuatu yang haram dikerjakannya.
(وَالْمُسْتَحِلُّ مِنْ عِتْرَتِيْ) أَيْ ذُرِّيَّتِيْ وَقَرَابَتِيْ (مَا حَرَّمَ اللّٰهُ) وَهُوَ مَنْ فَعَلَ فِى ذُرِّيَّةِ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ مَا يُحْرَمُ فِعْلُهُ مِنَ الْمَعَاصِي وَالْمَظَالِمِ
(Dan orang yang menghalalkan di antara keturunanku) Maksudnya keturunanku dan kerabat-kerabatku (apa-apa yang telah Allah haramkan) Yaitu orang yang melakukan pada keturunan Rasulullah ﷺ apa-apa yang haram mengerjakannya dari berbagai macam kemaksiatan dan berbagai macam kedzholiman.
(وَالتَّارِكُ لِسُنَّتِيْ) بِالْإٍعْرَاضِ عَنْهَا اِسْتِخْفَافًا (فَإِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَظَرَ الرَّحْمَةِ) رَوَى هٰذَا الْحَدِيْثَ التُّرْمُذِيُّ وَالْحَاكِمُ عَنْ عَائِشَةَ وَالْحَاكِمُ عَنْ عَلِيٍ.
(Dan orang yang meninggalkan sunahku) Dengan berpaling dari sunahku karena meremehkan (Karena sesungguhnya Allah tidak memandang enam golongan itu pada hari kiamat dengan pandangan kasih sayang) Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Turmudi dan Imam Hakim dari Aisyah dan Imam hakim dari Ali.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 3
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ) رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ (إِنَّ إِبْلِيْسَ قَائِمٌ أَمَامَكَ) يَقُوْدُكَ إِلَى الْبَاطِلِ (وَالنَّفْسَ عَنْ يَمِيْنِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانَ يَمِيْنِكَ فِى الْجُلُوْسِ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ
Maqolah yang ke tiga (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq) Radhiallahu Anhu (Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu) Iblis menuntun kamu pada yang batil (Dan nafsu itu berdiri di bagian kananmu) Maksudnya melewati tempat sebelah kananmu ketika duduk ke tempat yang lain.
(وَالْهَوَى عَنْ يَسَارِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزٌ مَكَانَ يَسَارِكَ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ (وَالدُّنْيَا مِنْ خَلْفِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانًا خَلْفَكَ إِلَى مَكَانٍ آَخَرَ (وَالْأَعْضَاءُ عَنْ حَوْلِكَ) أَيْ مُتَجَاوِزَةٌ مَكَانًا حَوْلَكَ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ
(Dan hawa itu berdiri di bagian kirimu) Maksudnya hawa melewati tempat sebelah kirimu ketika duduk ke tempat yang lain (Dan dunia itu berdiri di bagian belakangmu) Maksudnya melewati tempat belakangmu pada tempat yang lain (Dan anggota tubuh itu berdiri di sekitarmu) Maksudnya melewat pada tempat disekitarmu pada tempat yang lain
(وَالْجَبَّارُ فَوْقَكَ) يَعْنِيْ بِالْقُدْرَةِ لَا بِالْمَكَانِ لِاسْتِحَالَتِهِ عَلَيْهِ تَعَالَى فَاللّٰهُ يُقْهِرُكَ إِلَى مُرَادِهِ تَعَالَى (فَإِبْلِيْسٌ لَعَنَهُ اللّٰهُ يَدْعُوْكَ إِلَى تَرْكِ الدِّيْنِ) أَيْ اَلشَّرِيْعَةُ (وَالنَّفْسُ) أَيْ اَلْأَمَّارَةُ (تَدْعُوْكَ إِلَى الْمَعْصِيَةِ).
(Dan dzat yang maha perkasa berdiri di bagian atasmu) Yakni dengan kekuasaan bukan pada tempat karena mustahilnya sebuah tempat pada Allah Ta'ala maka Allah maha memaksa kamu pada sesuatu yang Allah ta'ala inginkan (Maka Iblis itu semoga Allah melaknatnya mengajak kamu untuk meninggalkan agama) Maksudnya syariat (Dan nafsu itu) Maksudnya nafsu Ammarah (mengajakmu untuk bermaksiat).
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [ضَرَبَ اللهُ تَعالَى مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وعَلَى جَنْبَيِ الصِّرَاطِ سُوْرَانِ فِيْهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى الأَبْوَابِ سُتُوْرٌ مُرْخَاةٌ وعَلَى بَابٍ الصِّرَاطِ دَاعِ
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Allah Ta'ala telah membuat satu perumpamaan jalan yang lurus dan di kedua sisi jalan itu ada dua pagar pada kedua pagar itu ada pintu-pintu yag dibuka dan pada pintu-pintu itu ada tabir yang halus dan di pintu sirot ada penyeru
يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوْا الصِّرَاطَ جَمِيعًا ولَا تَتَعَرَّجُوْا، وَدَاعٍ يَدْعُوْ مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ فَإِذَا أَرَادَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَفْتَحَ شَيْئَا مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ
Wahai umat manusia masuklah kejalan yang lurus semuanya dan janganlah kalian naik dan penyeru di atas sirot maka ketika manusia ingin membuka sesuatu dari pintu pintu itu
قَالَ: وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ، فَالصِّرَاطُ الإِسْلَامُ، والسُّورَانِ حُدُوْدُ اللهِ، والْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللّٰهِ، وَذٰلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللهِ، والدَّاعِي مِنْ فَوْقُ وَاعِظُ اللّٰهِ فِى قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ] رَوَاهُ أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ.
Orang yang menyeru berkata: Celakalah kamu, janganlah kamu membukanya karena jika kamu membukanya maka kamu akan masuk ke dalamnya. Jalan yang lurus adalah Islam dan dua pagar adalah batas ketentuan Allah dan pintu-pintu yang dibuka adalah larangan-larangan Allah dan penyeru yang di depan jalan itu adalah kitabullah dan penyeru yang berada di atas adalah nasihat Allah dalam hati setiap muslim]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Muslim.
(وَالْهَوَى يَدْعُوْكَ إِلَى الشَّهْوَاتِ) أَيْ إِلَى مُرَادَاتِهَا (وَالدُّنْيَا تَدْعُوْكَ إِلَى اِخْتِيَارِهَا) وَتَقْدِيْمِهَا (عَلَى الْآخِرَةِ) قَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:
(Dan hawa itu mengajakmu menuju syahwat) Maksudnya menuju keinginan-keinginan hawa (Dan dunia itu mengajakmu untuk memilihnya) dan mendahulukannya (Dari pada akhirat) Telah berkata seorang penyair dari bahar basit:
وَصَيَّرَ النَّاسَ مَرْفُوْضًا وَمَرْفُوْقًا | * | سُبْحَانَ مَنْ أَنْزَلَ الْأَيَّامَ مَنْزِلَهَا |
Maha suci Allah yang menempatkan hari hari pada tempatnya | * | Dan maha suci Allah yang telah menjadikan manusia ditolak dan dimulyakan |
وَجَاهِلٌ خَرِقٌ تَلْقَاهُ مَرْزُوْقًا | * | فَعَاقِلٌ فَطِنٌ أَعْيَتْ مَذَاهِبُهُ |
Maka ada orang yang berakal yang cerdas yang merepotkan jalan-jalan kehidupannya | * | Dan ada orang bodoh yang menuruti hawa nafsu engaku menemukan orang bodoh itu diberi rizki |
وَصَيَّرَ الْعَاقِلَ النَّحْرِيْرَ زِنْدِيْقًا | * | هٰذَا الَّذِيْ تَرَكَ الْأَلْبَابَ حَائِرَةً |
Inilah yang membuat akal fikiran menjadi bingung | * | Dan ini yang menjadikan orang berakal yang pakar menjadi ingkar syariat |
وَقَالَ الشَّاعِرُ مِنْ بَحْرِ الْكَامِلِ الْمَجْزُوْءِ:
Telah berkata seorang penyair dari bahar kamil yang dikurangi satu wazan:
قَدُّ الْحِدَاءِ عَلَى مِثَالِهِ | * | اَلنَّاسُ مِثْلُ زَمَانِهِمْ |
Manusia adalah perumpamaan zamannya | * | Ukuran sepatu itu seperi manusia |
رِكَ فِى تَقَلُّبِهِ وَحَالِهِ | * | وَرِجَالُ دَهْرِكَ مِثْلُ دَهْ |
Dan seseorang di zamanmu adalah perumpamaan zamanmu | * | Dalam berbulak baliknya zaman itu |
نُ جَرَى الْفَسَادُ عَلَى رِجَالِهِ | * | وَكَذَا إِذَا فَسَدَ الزَّمَا |
Dan demikian ketika sudah rusak suatu zaman | * | Maka berjalan kerusakan itu kepada orang-orang pada zaman itu |
(وَالْأَعْضَاءُ تَدْعُوْكَ إِلَى الذُّنُوْبِ، وَالْجَبَّارُ) جَلَّ وَعزَّ (يَدْعُوْكَ إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ﴾ [البقرة: الآية ٢٢١] فَمَنْ أَجَابَ إِبْلِيْسَ) أَيْ دُعَاءَهُ (ذَهَبَ عَنْهُ الدِّيْنُ) أَيْ اَلْمِلَّةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ
(Dan anggota badan itu mengajakmu untuk berbuat dosa, dan dzat yang maha perkasa) Jalla Wa Azza (Itu mengajakmu menuju surga dan ampunan Allah Ta'ala berfirman: ﴾Mereka mengajak menuju neraka sedangkan Allah mengajak menuju surga dan ampunan dengan izin-Nya ﴿ [Q.S Al-Baqarah: Ayat 221] Maka barang siapa yang memenuhi Iblis) Maksudnya pada ajakan Iblis (Maka hilang darinya agama) Maksudnya agama Nabi Muhammad
(وَمَنْ أَجَابَ النَّفْسَ ذَهَبَ عَنْهُ الرُّوْحُ) أَيْ اَلْإِنْسَانُ، وَهِيَ لَطِيْفَةٌ عَالِمَةٌ مُدْرِكَةٌ رَاكِبَةٌ عَلَى الرُّوْحِ الْحَيَوَانِيُّ الَّذِيْ هُوَ جِسْمٌ لَطِيْفٌ مَنْبَعُهُ تَجْوِيْفُ الْقَلْبِ الْجِسْمَانِيُّ يَنْتَشِرُ بِوَاسِطَةِ الْعُرُوْقِ إِلَى سَائِرِ أَجْزَاءِ الْبَدَنِ
(Dan barang siapa yang memenuhi ajakan nafsu maka hilang darinya kerohanian) Maksudnya kemanusiaan. Ruh adalah sesuatu yang lembut yang dapat mengetahui yang dapat menangkap yang naik di atas ruh yang bersifat kehewanan yang ruh itu adalah wujud yang lembut. Sumbernya adalah rongga hati yang bersifat jasmani menyebar keseluruh tubuh melalui pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh.
(وَمَنْ أَجَابَ الْهَوَى ذَهَبَ عَنْهُ الْعَقْلُ) وَهُوَ قُوَّةٌ لِلنَّفْسِ النَّاطِقَةُ الَّتِيْ يُشِيْرُ إِلَيْهَا كُلُّ أَحَدٍ بِقَوْلِهِ أَنَا وَهُوَ آلَةٌ لَهَا فِى الْفِعْلِ بِمَنْزِلَةِ السِّكِيْنِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْقَاطِعِ
(Dan barang siapa yang memenuhi panggilan nafsu maka hilang darinya akal) Dan akal adalah kekuatan bagi jiwa yang bisa berfikir yang memberi isyarat kepadanya setiap orang dengan perkataan saya dan akal adalah alat untuk jiwa dalam pekerjaan semartabat dengan pisau dengan menisbatkan pada orang yang memotong.
(وَمَنْ أَجَابَ الدُّنْيَا ذَهَبَتْ عَنْهُ الْآخِرَةُ) لِأَنَّهَا ضَرَّتُهَا (وَمَنْ أَجَابَ الْأَعْضَاءَ ذَهَبَتْ عَنْهُ الْجَنَّةُ).
(Dan barang siapa yang memenuhi panggilan dunia maka hilang darinya akhirat) Karena sesungguhnya dunia itu merusak akhirat (Dan barang siapa yang memenuhi panggilan badan maka hilang darinya surga)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا مِنْ عَبْدٍ إِلَّا وَلَهُ بَيْتَانِ بَيْتٌ فِي الجَنَّةِ وبَيْتٌ فِي النَّارِ، فَأَمَّا المُؤْمِنُ فَيَبْنِي بَيْتَهُ فِى الجَنَّةِ ويَهْدِمُ بَيْتَهُ فِى النَّارِ، وأَمَّا الْكَافِرُ فَيَهْدِمُ بَيْتَهُ فِى الْجَنَّةِ ويَبْنِي بَيْتَهُ فِى النَّارِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah dari seorang hamba melainkan baginya ada dua rumah satu rumah di surga dan satu rumah di neraka. Adapun seorang mu'min maka dia membangun rumahnya di surga dan merobohkan rumahnya di neraka. Dan adapun orang kafir dia merobohkan rumahnya di surga dan membangun rumahnya di neraka] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَمَنْ أَجَابَ اللّٰهَ تَعَالَى ذَهَبَتْ عَنْهُ السَّيَّئَاتُ ونَالَ جَمِيعَ الْخَيْرَاتِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ أَحَدٌ إِلَّا رَأَى مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ شُكْراً، وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلَّا رَأَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُوْنَ عَلَيْهِ حَسْرَةً] رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.
(Dan barang siapa memenuhi panggilan Allah Ta'ala maka hilang darinya keburukan-keburukan dan ia akan memperoleh seluruh kebaikan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Seseorang tidak akan masuk ke dalam surga kecuali ia melihat tempat tinggalnya di neraka andai dia berbuat kemaksiatan supaya bertambah rasa syukurnya. Dan tidaklah seseorang masuk neraka melainkan pasti dia melihat tempat tinggalnya di surga andai ia berbuat baik supaya ada pada dirinya rasa penyesalan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Bukhori.
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَجَزَاهُ عَنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ﷺ خَيْرًا (إِنَّ اللّٰهَ كَتَمَ سِتَّةً) مِنَ الْخِصَالِ (فِى سِتَّةِ) مِنَ الْأَشْيَاءِ
Maqolah yang ke empat (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu) Semoga Allah membalas kepada Umar dari Umat Muhammad ﷺ kebaikan (Sesungguhnya Allah itu menyembunyikan enam) Dari perkara (Dalam enam) Dari perkara
(كَتَمَ الرِّضَا فِى طَاعَةٍ) مِنَ الطَّاعَاتِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى جَمِيْعِ الطَّاعَاتِ رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْهَا فَلَا يَجُوْزُ لَنَا أَنْ نُحْقِرَ طَاعَةً وَلَوْ صَغِيْرَةً جِدًّا لِأَنَّهُ رُبَّمَا كَانَ رِضَاهُ تَعَالَى فِيْهَا
(Allah Menyembunyikan ridho dalam keta'atan) Dari keta'atan-keta'atan supaya manusia bersungguh sungguh dalam semua jenis keta'atan dengan harapan mereka menemukan ridho itu. Maka tidak boleh bagi kita meremehkan suatu keta'atan meskipun itu sangat kecil karena sesungguhnya kadang-kadang ada ridho Allah Ta'ala di dalamnya
(وَكَتَمَ الْغَضَبَ فِى مَعْصِيَةٍ) مِنَ الْمَعَاصِيْ لِيُجَنِّبَهَا النَّاسُ خَشْيَةَ الْوُقُوْعِ فِيْهِ فَلَا يَجُوْزُ لِشَخْصٍ أَنْ يُحَقِّرَ مَعْصِيَةً وَإِنْ دَقَّتْ جِدًّا لِأَنَّهُ لَا يُعْلَمُ أَنَّهُ قَدْ يَكُوْنُ فِيْهَا غَضَبُهُ تَعَالُى
(Dan Allah menyembunyikan marah dalam kemaksiatan) Dari kemaksiatan-kemaksiatan supaya manusia menjauhi kemaksiatan kemaksiatan itu karena takut terjatuh dalam kemarahan Allah. Maka tidak boleh bagi seseorang meremehkan kemaksiatan-kemaksiatan meskipun sangat lembut karena seseorang tidak tahu sesungguhnya terkadang ada dalam kemaksiatan kecil itu murkanya Allah Ta'ala.
(وَكَتَمَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ) لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى إِحْيَاءِ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانَ بِالْعِبَادَةِ فَإِنَّ أَجْرَ النَّفْلِ كَأَجْرِ الْفَرْضِ فِى غَيْرِهِ كَمَا فِى الْحَدِيْثِ، بَلْ قَالَ النَّخَعِيُّ: رَكْعَةٌ فِيْهِ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ رَكْعَةٍ فِى غَيْرِهِ وَتَسْبِيْحَةٌ فِيْهِ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ تَسْبِيْحَةٍ فِى غَيْرِهِ.
(Dan Allah menyembunyikan malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan) Supaya manusia bersungguh-sungguh dalam menghidupkan seluruh bulan Ramadhan dengan ibadah karena sesungguhnya pahala amal kesunahan seperti pahala amal fardu di selain bulan Ramadhan sebagai mana dalam hadits. Bahkan telah berkata Imam An-Nakho'i: Satu raka'at di bulan Ramadhan itu lebih utama dari seribu raka'at di selain bulan Ramadhan dan satu bacaan tasbih di bulan Ramadhan itu lebih utama dari seribu bacaan tasbih di selain bulan Ramadhan
وَلِيَجْتَهِدُوْا فِى إِحْيَاءِ لَيَالِيْهِ رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْا لَيْلَةَ الْقَدَرِ فَإِنَّهَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ وَهِيَ ثَلَاثُ وَثَمَانُوْنَ سَنَةً وَأَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ .
Dan supaya mereka bersungguh sungguh dalam menghidupkan malam Ramadhan karena mengharapkan agar mereka menemukan Lailatul Qodar karena sesungguhnya Lailatul Qodar itu lebih baik dari seribu bulan seribu bulan itu delapan puluh tiga tahun lebih empat bulan.
وَفِى حَدِيْثِ الطَّبْرَانِى مَرْفُوْعًا إِلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: [إِنَّ مَنْ زَنَا فِيهِ أَوْ شَرَبَ خَمْرًا لَعَنَهُ اللّٰهُ ومَنْ فِى السَّماوَاتِ إِلَى مِثْلِهِ مِنَ الحَوْلِ الثَّانِيي]،
Dan dalam hadits riwayat Imam Thobroni marfu kepada Rasulullah ﷺ:[sungguh orang yang berzina di bulan Ramadhan atau meminum arak maka akan melaknat kepadanya Allah dan orang yang ada di langit sampai datang bulan yang sama dari tahun yang kedua]
فإنَّ مَنْ مَاتَ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَ رَمَضَانَ فَلَيْسَتْ لَهُ عِنْدَ اللّٰهِ حَسَنَةٌ يَتَّقِيْ بِهَا النَّارَ فَاتَّقُوْا اللّٰهَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ فإنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيْهِ مَا لَا تُضَاعَفُ فِيْمَا سِوَاهُ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ.
Sungguh orang yang mati sebelum menemukan bulan Ramadhan maka tidak ada baginya di sisi Allah kebaikan yang ia bisa menghindari dengan kebaikan itu pada neraka. Maka takutlah kamu kepada Allah di bulan Ramadhan karena sesungguhnya amal amal kebaikan akan dilipat gandakan di bulan Ramadhan tidak seperti dilipat gandakannya kebaikan itu di bulan-bulan selain Ramadhan dan demikian dilipat gandakan pula amal-amal keburukan.
(وََكَتَمَ أَوْلِيَاءَهُ فِيْمَا بَيْنَ النَّاسِ) كَيْ لَايَحْتَقِرُوْا أَحَدًا مِنْهُمْ وَكَيْ يَطْلُبُوْا الدُّعَاءَ مِنْهُمْ رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْا الْوَلِيَّ فَلَا يَجُوْزُ لِشَخْصٍ أَنْ يُحْقِرَ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ لِأَنَّهُ لَا يَدْرِيْ رُبَّمَا هُوَ مِنْ أَوْلِيَائِهِ تَعَالَى
(Dan Allah menyembunyikan wali-walinya di antara manusia) Supaya manusia tidak menghina seseorang di antara mereka dan supaya manusia meminta doa dari kalangan mereka karena berharap supaya mereka menemukan seorang wali maka tidak boleh bagi seseorang meremehkan satu orangpun dari manusia karena sesungguhnya dia tidak tahu barangkali orang itu termasuk dari wali-walinya Allah Ta'ala
(وَكَتَمَ الْمَوْتَ فِى الْعُمُرِ) فَيَنْبَغِي حِيْنَئِذٍ لِكُلِّ أَحَدٍ أَنْ يَسْتَعِدَ لِلْمَوْتِ فِى كُلِّ وَقْتٍ بِالْعِبَادَاتِ فَرُبَّمَا يَفْجَأُهُ الْمَوْتُ
(Dan Allah menyembunyikan kematian dalam umur) Maka penting pada waktu itu bagi setiap orang untuk bersiap-siap menghadapi kematian di setiap waktu dengan melakukan ibadah-ibadah karena barangkali akan datang kepadanya kematian.
(وَكَتَمَ الصَّلَاةَ الْوُسْطَى) أَيْ اَلْفَضْلَى (فِى الصَّلَوَاتِ) أَيْ الْخَمْسِ لِيَتَحَرِّيَ النَّاسُ جَمِيْعَهَا،
(Dan Allah menyembunyikan Sholat wustho) Maksudnya yang paling utama (Dalam sholat-sholat) Maksudnya yang lima waktu supaya manusia bersungguh-sungguh pada semua sholat
وَأَخْفَى اللّٰهُ اِسْمَهُ الْأَعْظَمَ فِى جَمِيْعِ أَسْمَائِهِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى الدُّعَاءِ بِجَمِيْعِهَا رَجَاءً أَنْ يُصَادِفُوْهُ،
Dan Allah menyembunyikan nama-namanya yang paling agung di semua nama-namanya supaya manusia bersungguh-sungguh dalam berdoa dengan semua nama Allah karena berharap supaya mereka menemukan ismul A'dhom
وَأَخْفَى سَاعَةَ الْإِجَابَةِ فِى يَوْمِ الْجُمْعَةِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ بِالدُّعَاءِ فِيْهِ،
Dan Allah menyembunyikan waktu ijabah di hari Jum'at supaya manusia bersungguh-sungguh dalam berdoa di hari jum'at
وَأَخْفَى السَّبْعَ الْمَثَانِى فِى جُمْلَةِ سُوَرِ الْقُرْآنِ لِيَجْتَهِدَ النَّاسُ فِى قِرَاءَةِ جَمِيْعِهَا .
Dan Allah menyembunyikan tujuh ayat yang di ulang-ulang dalam keseluruhan surat Al-Qur'an supaya manusia bersungguh-sunguh dalam membaca keseluruhan Al-Qur'an
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (قَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: إِنَّ الْمُؤْمِنَ) يَنْبَغِيْ أَنْ يَكُوْنَ مَاشِيًا (فِى سِتَّةِ أَنْوَاعٍ مِنَ الْخَوْفِ).
Maqolah yang kelima (Telah berkata Utsman Radhiallahu Anhu: Sesungguhnya orang yang beriman) Penting agar ia berjalan (Dalam enam perkara dari rasa takut)
(أَحَدُهَا) أَنْ يَّخَافَ (مِنْ قِبَلِ اللّٰهِ أَنْ يَأْخُذَ مِنْهُ الْإِيْمَانَ) وَقْتَ النَّزْعِ. رُوِيَ أَنَّ ابْنَ مَسْعُوْدٍ دَعَا بِهٰذَا الدُّعَاءِ: اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا لَا يَرْتَدُّ وَنَعِيْمًا لَا يَنْفَدُّ وَقُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ ﷺ فِى أَعْلَى جَنَانِ الْخُلْدِ.
(Yang pertama dari enam perkara itu) Adalah agar ia takut (Dari arah Allah yang dapat mengambil darinya keimanan) Di waktu sekarat. Diriwayatkan sesungguhnya Ibnu Mas'ud berdoa dengan doa ini: Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadamu keimanan yang tidak akan murtad keimanan itu dan kenikmatan yang tidak akan habis kenikmatan itu dan kesenangan hati yang tidak akan terputus-putus kesenangan hati itu dan menemani Nabi-Mu Muhammad ﷺ di paling atasnya surga yang abadi
(وَالثَّانِى) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الْحَفَظَةِ) أَيْ اَلْكَاتِبِيْنَ لِأَعْمَالِ الْعِبَّادِ (أَنْ يَكْتُبُوْا عَلَيْهِ مَا يَفْتَضِحُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: [فُضُوْحُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ فُضُوْحِ الْآخِرَةِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ عَنِ الْفَضْلِ.
(Dan yang kedua) Adalah agar ia takut (Dari arah Malaikat hafadzoh) Maksudnya para malaikat yang menuliskan amal-amal para hamba (Yang dapat menulis atas orang yang beriman pada sesuatu yang akan membuka aib baginya di hari kiamat) Dari Nabi ﷺ bersabda: [Terbukanya aib di dunia itu lebih ringan dibandingkan terbukanya aib di akhirat]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni dari Fadli
قَالَ الْمَنَاوِيُّ: أَيْ اَلْعَارُ الْحَاصِلُ لِلنَّفْسِ مِنْ كَشْفِ الْعَيْبِ فِى الدُّنْيَا بِقَصْدِ التَّنَصُّلِ مِنْهُ أَهْوَنُ مِنْ كِتْمَانِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَنْتَشِرَ وَيَشْتَهِرَ فِى الْمَوْقِفِ اهـ.
Imam Al-Manawi berkata: Artuinya rasa malu yang timbul pada diri sendiri karena terbukanya aib di dunia dengan niat melepaskan diri dari aib itu lebih ringan dibandingkan menutupi aib sampai hari kiamat sehingga menyebar dan terkenal aib itu di padang mahsyar.
وَلِذَا لَمَّا وَقَعَ بَعْضُ الصَّحَابَةِ فِى الزِّنَا وَعَرَفَ هٰذَا الْحَدِيْثَ أَقَرَّ بِذٰلِكَ لَهُ ﷺ لِيَحُدَّهُ وَلَمْ یَرْجِعْ عَنِ الْإِقْرَارِ مَعَ تَعْرِيْضِهِ ﷺ لَهُ بِالرُّجُوْعِ لِعِلْمِهِ بِأَنَّ فَضِيْحَتَهُ فِى الدُّنْيَا بِإِقَامَةِ الْحَدِّ أَهْوَنُ مِنْ فَضِيْحَةِ الْآخِرَةِ.
Oleh karena itu tatkala terjerumus salah seorang sahabat dalam perbuatan zina dan dia mengetahui hadits ini maka dia mengakui atas perbuatan zina itu di hadapan Nabi ﷺ supaya Nabi mengukumnya dan dia tidak mau mencabut pernyataan dari pengakuannya serta berpalingnya Nabi ﷺ dari sahabat itu supaya dia menarik kembali pengakuannya. Karena dia tahu sesungguhnya terbukanya aibnya di dunia dengan menegakkan hukuman itu lebih ringan dibandingkan terbukanya aib di akhirat
(وَالثَّالِثُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الشَّيْطَانِ أَنْ يُبْطِلَ عَمَلَهُ) الصَّالِحَ.
(Dan yang ketiga) Adalah agar ia takut (Dari arah setan yang dapat membatalkan amalnya) Yang sholeh
(وَالرَّابِعُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ مَلَكِ الْمَوْتِ أَنْ يَأْخُذَهُ) أَيْ يُقْبِضُ رُوْحَهُ حَالَ كَوْنِهِ (فِى غَفْلَةٍ) عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى (بَغْتَةً) أَيْ فَجْأَةً مِنْ غَيْرِ تَقَدُّمِ سَبَبِ الْمَوْتِ.
(Dan yang keempat) Adalah agar ia takut (Dari arah malakal maut yang dapat mengambilnya) Maksudnya yang dapat mencabut ruhnya dalam keadaan ia (Dalam kelalaian) Jauh dari Allah (Secara tiba-tiba) Maksudnya tiba-tiba tanpa didahului sebab kematian
(وَالْخَامِسُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الدُّنْيَا) أَيْ مَتَاعِهَا وَزِيْنَتِهَا (أَنْ يَغْتَرَّ) أَيْ يَطْمَئِنَّ (بِهَا وَتُشْغِلُهُ عَنِ الْآخِرَةِ) وَيَنْسَى أَهْوَالَهَا.
(Dan yang kelima) Adalah agar ia takut (Dari arah dunia) Maksudnya dari kenikamatan dunia dan dari hiasan dunia (Yang ia tertipu) Maksudnya ia merasa tenang (Karena dunia dan dunia menyibukkannya jauh dari akhirat) Dan ia lupa pada keributan akhirat
(وَالسَّادِسُ) أَنْ يَخَافَ (مِنْ قِبَلِ الْأَهْلِ وَالْعِيَالِ) وَهُمْ مِنْ يَمُوْنِهِمْ (أَنْ يَشْتَغِلَ بِهِمْ فَیُشْغِلُوْنَهُ عَنْ ذِکْرِ اللّٰهِ تَعَالَی) وَعَنْ طَاعَتِهِ .
(Dan yang keenam) Adalah agar ia takut (Dari arah keluarga dan orang yang menjadi tanggungan) Dan mereka dari orang terdekatnya (Ia menjadi sibuk karena keluarga sehingga keluarganya menyibukkan dia jauh dari mengingat Allah Ta'ala) Dan jauh dari keta'atan kepada Allah
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 6
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ وَكَرَّمَ وَجْهَهُ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ جَمَعَ سِتَّةَ خِصَالٍ لَمْ يَدَعْ) أَيْ لَمْ يَتْرُكْ (لِلْجَنَّةِ مَطْلَبًا وَلَا عَنِ النَّارِ مَهْرَبًا) أَيْ هٰذِهِ السِّتَّةُ مَفَاتِيْحُ الْجَنَّةِ وَمَغَالِيْقُ النَّارِ
Maqolah yang keenam (Dari Ali Radhiallahu Anhu Wakarrama Wajhahu sesungguhnya ia berkata: Barang siapa yang mengumpulkan enam perkara maka ia tidak akan meninggalkan) Maksudnya ia tidak akan meninggalkan (Dari Surga sebagai tempat pencarian dan ia tidak akan meninggalkan dari neraka sebagai tempat kabur) Maksudnya enam perkara ini adalah kunci pembuka surga dan gembok neraka
(أَوَّلُهَا: عَرَفَ اللّٰهَ تَعَالَى) بِأَنَّهُ خَالِقُهُ وَرَازِقُهُ وَمُحْيِيْهِ وَمُمِيْتُهُ (فَأَطَاعَهُ) أَيْ فَوَافَقَهُ فِى أَوَامِرِهِ
(Yang pertama dari enam perkara itu: Adalah ia mengetahui Allah Ta'ala) Bahwa sesungguhnya Allah adalah dzat yang telah menciptakannya dan dzaat yang memberikan rizki padanhya dan dzat yang menghidupkannya dan dzat yang mematikannya (Kemudian ia taat kepada Allah) Maksudnya Ia setuju kepada Allah dalam perintah-perintah-Nya
(وَعَرَفَ الشَّيْطَانَ) بِأَنَّهُ عَدُوُّهُ (فَعَصَاهُ) أَيْ خَالَفَ أَمْرَهُ
(Dan ia mengetahui setan) Bahwa sesungguhnya ia adalah musuhnya (Kemudian ia menentang kepadanya) Maksudnya ia menyelisihi perintah setan
(وَعَرَفَ الْآخِرَةَ) بِأَنَّهَا دَارُ الْبَقَاءِ (فَطَلَبَهَا) بِاسْتِعْدَادِ الزَّادِ لَهَا
(Dan ia mengetahui akhirat) Bahwa sesungguhnya akhirat adalah tempat yang kekal (Kemudian ia mencarinya) Dengan cara menyiapkan bekal untuk akhirat
(وَعَرَفَ الدُّنْيَا) بِأَنَّهَا فَانِيَةٌ وَأَنَّهَا دَارُ الْمَمَرِّ (فَرَفَضَهَا) أَيْ تَرَكَهَا وَلَمْ يَأْخُذْ مِنْهَا إِلَّا بِقَدْرِ زَادِهِ لِلْآخِرَةِ
(Dan ia mengetahui dunia) Bahwwa sesungguhnya dunia itu akan sirna dan sesungguhnya dunia itu adalah tempat melewat (Kemudian ia menolak dunia) Maksudnya ia meninggalkan dunia dan ia tidak mengambil darinya kecuali hanya sebatas bekalnya untuk akhirat
(وَعَرَفَ الْحَقَّ) أَيْ اَلصَّوَابَ مِنَ الْأَحْكَامِ (فَاَتْبَعَهُ) وَعَمِلَهُ
(Dan ia mengetahui kebenaran) Maksudnya kebenaran dari hukum-hukum (Kemudian ia mengikuti kebenaran itu) Dan ia mengamalkannya
(وَعَرَفَ الْبَاطِلَ) أَيْ غَيْرَ الصَّحِيْحِ (فَاجْتَنَبَهُ) وَلَمْ يَعْمَلْهُ.
(Dan ia mengetahui kebatilan) Maksudnya yang tidak benar (Kemudian ia menjauhi kebatilan itu) Dan ia tidak mengamalkannya
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 7
(وَ) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ) وَفِى نُسْخَةٍ: وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ
Maqolah yang ketujuh (Telah berkata Ali Karramallahu Wajhahu) Dan pada sebagian catatan: Dan telah berkata Umar Radhiallahu Anhu
(الَنِّعَمُ) أَيْ أَعْظَمُهَا (سِتَّةُ أَشْيَاءَ: اَلْإِسْلَامُ وَالْقُرْآنُ وَمُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ) وَيَنْبَغِيْ لَنَا أَنْ نَقُوْلَ كُلَّ يَوْمٍ: رَضِيْتُ بِاللّٰهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ ﷺ رَسُوْلًا وَنَبِيًّا وَبِالْقُرْآنِ حُكْمًا وَإِمَامًا
(Nikmat-nikmat) Maksudnya paling agungnya nikmat (Itu enam perkata: Islam dan Al-Qur'an dan Rasulullah) Dan patut bagi kita semua untuk membaca dalam setiap hari: Aku ridho kepada Allah sebagai dzat yang mengurus dan mengatur dan aku ridho kepada Islam sebagai Agama dan aku ridho kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagai Rasul dan sebagai Nabi dan aku ridho kepada Al-Quran sebagai hukum dan imam
(وَالْعَافِيَةُ) أَيْ دِفَاعُ الْمَكَارِهِ (وَالسَّتْرُ) أَيْ سَتْرُ الْعُيُوْبِ (وَالْغِنَى عَنِ النَّاسِ) فِى أُمُوْرِ الدُّنْيَا.
(Dan selamat) Maksudnya terhindarnya perkara-perkara yang tidak diinginkan (Dan ditutup) Maksudnya ditutupi aib-aibnya (Dan mandiri dari manusia) Dalam urusan dunia
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيًّ ﷺ قَالَ: [يَقُوْلُ رَبُّكُمْ فِى الْحَدِيْثِ الْقُدْسِيِّ: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أَمْلَأْ قَلْبَكَ غِنًى وَأَمْلَأْ يَدَيْكَ رِزْقًا، يَا ابْنَ آدَمَ لَا تَبَاعَدْ عَنِّيْ أَمْلَأْ قَلْبَكَ فَقْرًا وَأَمْلَأْ يَدَيْكَ شُغْلًا] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ وَالْحَاكِمُ.
Dari Anas sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tuhan kalian telah berfirman dalam hadist Qudsi: Wahai anak Adam luangkanlah waktumu untuk beribadah kepadaku maka aku akan memenuhi hatimu dengan kecukupan dan aku akan memenuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam janganlah kalian saling menjauhkan diri dariku Maka pasti aku akan memenuhi hatimu dengan kefakiran dan aku pasti akan memenuhi kedua tanganmu dengan kesibukkan] Telah meriwayatkan pada hadits Ini Imam Thobroni dan Imam Hakim
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 8
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنْ يَحْيٰى بْنِ مُعَاذٍ الرَّازِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ: اَلْعِلْمُ دَلِيْلُ الْعَمَلِ) أَيْ مُرْشِدُهُ وَكاَشِفُهُ فَلَا يُوْجَدُ الْعَمَلُ بِدُوْنِ الْعِلْمِ
Maqolah yang ke delapan (Dari Yahya Bin Mu'adz Ar-Razi Rahimahullah: Ilmu adalah petunjuk amal) Maksudnya penunjuk amal dan pembuka amal maka tidak akan ditemukan suatu amal tanpa ilmu
(وَالْفَهْمُ وِعَاءُ الْعِلْمِ) فَلَا يُوْجَدُ الْعِلْمُ بِدُوْنِ تَصَوُّرِ مَعْنَى اللَّفْظِ
(Dan pemahaman adalah penampung ilmu) Maka tidak akan dapat ditemukan suatu ilmu tanpa menggambarkan makna lafadz
(وَالْعَقْلُ قَائِدٌ لِلْخَيْرِ) أَيْ حَامِلٌ لَهُ فَلَا يُوْجَدُ الْخَيْرُ إِلَّا بِالْعَقْلِ الدَّاعِى إِلَيْهِ
(Dan akal adalah pemimpin bagi kebaiakan) Maksudnya yang membawa pada kebaikan maka tidak akan dapat ditemukan suatu kebaikan kecuali dengan akal yang mengajak padanya
(وَالْهَوَى مَرْكَبٌ لِلذُّنُوْبِ) أَيْ مِثْلُ سَفِيْنَةٍ لَهَا فَلَا تُوْجَدُ الذُّنُوْبُ إِلَّا عَلَى الْهَوَى
(Dan hawa nafsu adalah kendaraan bagi dosa-dosa) Maksudnya seperti perahu bagi dosa-dosa maka tidak akan dapat ditemukan dosa-dosa kecuali menaiki hawa nafsu
(وَالْمَالُ رِدَاءُ الْمُتَكَبِّرِيْنَ) أَيْ مِثْلُ الرِّدَاءِ لَهُمْ
(Dan harta adalah selendangnya orang-orang yang sombong) Maksudnya seperti selendang bagi orang-orang sombong
(وَالدُّنْيَا سُوْقُ الْآخِرَةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ أَخَذَ مِنَ الدُّنْيَا مِنَ الْحَلَالِ حَاسَبَهُ اللّٰهُ، وَمَنْ أَخَذَ مِنَ الدُّنُيَا مِنَ الحَرَامِ عَذَّبَهُ اللّٰهُ] رَوَاهُ الْحَاكِمُ.
(Dan dunia adalah pasarnya akhirat) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang mengambil dari dunia dari yang halal maka Allah akan menghisab padanya dan barang siapa yang mengambil dari dunia dari yang haram maka Allah akan mengadzab padanya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أيُّهَا النَّاسُ إِنَّ هٰذِهِ الدُّنْيَا دَارُ التِّوَاءِ لَا دَارُ اسْتِوَاءِ مَنْزِلُ تَرَحٍ لَا مَنْزِلُ فَرَحِ فَمَنْ عَرَفَهَا لَمْ يَفْرَحْ لِرَخَاءٍ وَلَمْ يَحْزَنْ لِشِدَّةٍ
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ Bersabda: [Wahai manusia ingatlah sesungguhnya dunia ini adalah tempat yang terjal bukan tempat yang rata tempat susah bukan tempat bersenang-senang. Barang siapa yang mengenal pada dunia maka dia tidak akan bersenang-senang karena kemakmuran dan tidak akan bersedih karena kemelaratan.
أَلَا وَإِنَّ اللّٰهَ خَلَقَ الدُّنْيَا دَارَ بَلْوَى وَالْآخِرَةَ دَارَ عُقْبَى فَجَعَلَ بَلْوَى الدُّنْيَا لِثَوَابِ الْآخِرَةِ وثَوَابَ الْآخِرَةِ مِنْ بَلْوَى الدُّنْيَا عِوَضًا فَيَأْخُذُ لِيُعْطِى ويَبْتَلِى لِيَجْزِيَ فَاحْذَرُوْا حَلَاوَةَ رِضَاعِهَا لِمَرَارَةِ فِطَامِهَا
Dan ingatlah sesungguhnya Allah menciptakan dunia sebagai tempat ujian dan Allah menciptakan akhirat sebagai tempat pembalasan maka Allah menjadikan ujian dunia sebagai pahala akhirat dan Allah menjadikan pahala akhirat sebagai kompensasi dari ujian dunia karena Allah mengambil untuk memberi dan Allah menguji untuk memberi balasan maka waspadalah kalian semua terhadap manisnya menyusu pada dunia karena betapa pahitnya disapih dari dunia
وَاهْجُرُوْا لَذِيْذَ عَاجِلِهَا لِكَرِيْهِ اَجِلِهَا وَلَا تَسْعَوْا فِى عُمْرَانِ دَارٍ قَدْ قَضَى اللّٰهُ خَرَابَهَا وَلَا تُوَاصِلُوْهَا وَقَدْ أَرَادَ مِنْكُمْ اِجْتِنَابَهَا فَتَكُوْنُوْا لِسُخْطِهِ مُتَعَرِّضِيْنَ وَلِعُقُوْبَتِهِ مُسْتَحِقِّيْنَ] رَوَاهُ الدَّيْلِمِيُّ.
Dan tinggalkanlah kenikmatan-kenikmatan dunia karena pahitnya akhirat dan janganlah kalian berusaha untuk membangun kembali sebuah rumah yang telah Allah tetapkan kehancurannya, dan janganlah kamu melanjutkannya padahal Allah telah menghendaki dari kalian agar menjauhi dunia, Maka jadilah kalian semua terhadap murkanya Allah sebagai orang-orang yang menantang dan terhadap hukuman Allah sebagai orang-orang yang pantas mendapatkannya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 9
(وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (قَالَ بَزَرْجَمْهَرُ: سِتُّ خِصَالٍ تَعْدِلُ) أَيْ تُسَاوِى (جَمِیْعَ الدُّنْيَا) أَيْ أَمْتِعَتَهَا وَأَمْوَالَهَا
Maqolah yang ke sembilan (Telah berkata Imam Bazar Jamhar: Ada enam perkara yang dapat membandingi) Maksudnya menyamai (Seluruh dunia) Maksudnya kesenangan-kesenangan dunia dan harta-harta dunia
(اَلطَّعَامُ الْمَرِيْءُ) أَيْ اَللَّذِيْذُ (وَالْوَلَدُ الصَّالِحُ) الْبَارُّ بِوَالِدَيْهِ (وَالزَّوْجَةُ الصَّالِحَةُ الْمُوَافِقَةُ) أَيْ اَلَّتِيْ تُطِيْعُ اللّٰهَ وَزَوْجَهَا (وَالْكَلَامُ الْمُحْكِمُ) أَيْ اَلْمُتْقَنُ الَّذِيْ لَا يَتَغَيَّرُ
(Makanan yang mudah ditelan) Maksudnya makanan yang enak (Dan anak yang sholih) Yang berbakti kepada kedua orang tuanya (Dan istri yang sholihah yang taat) Maksudnya yang taat kepada Allah dan suaminya (Dan perkataan yang pasti) Maksudnya yang sempurna yang tidak berubah-ubah
(وَكَمَالُ الْعَقْلِ). .رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [لِكُلِّ عَمَلٍ دِعَامَةٌ وَدِعَامَةُ عَمَلِ الْمَرْءِ عَقْلُهُ] فَبِقَدْرِ عَقْلِهِ تَكُوْنُ عِبَادَتُهُ لِرَبِّهِ.
(Dan sempurnanya akal) Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda [Bagi setiap amalan ada penopangnya dan penopang amal seseorang adalah akalnya]. Maka sesuai dengan batas kecerdasan akalnya akan ada ibadah seseorang kepada Rabb-Nya
وَقَالَ عُمَرُ بْن الْخَطَّابِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: أَصْلُ الرَّجُلِ عَقْلُهُ وَحَسَبُهُ دِيْنُهُ وَمُرُوْءَتُهُ خَلْقُهُ (وَصِحَّةُ الْبَدَنِ).
Dan telah berkata Umar Bin Khottob Radhiallahu Anhu: Asal seseorang adalah akalnya sedangkan derajat seseorang adalah agamanya dan martabat seseorang adalah akhlaknya (Dan sehatnya badan).
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 10
(وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ رَحِمَهُ اللّٰهُ: لَوْلَا الْأَبْدَالُ لَخَسَفَتِ الْأَرْضُ وَمَا فِيْهَا)
Maqolah yang ke sepuluh (Dari Hasan Al-Basri Rahimahullah: Andai tidak ada wali Abdal maka pasti bumi akan lenyap dan apa yang ada di dalamnya)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْأَبْدَالُ أَرْبَعُوْنَ رجُلاً اِثْنَانِ وَعِشْرُوْنَ بِالشَّامِ وَثَمَانِيَةَ عَشَرَ بِالْعِرَاقِ كُلَّمَا مَاتَ مِنْهُمْ وَاحِدٌ أَبْدَلَ اللّٰهُ مَكَانَهُ فَإِذَا جَاءَ الْأَمْرُ قُبِضُوْا كُلُّهُمْ فَعِنْدَ ذٰلِكَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ] رَوَاهُ الْحَاكِمُ.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Wali abdal itu ada empat puluh lelaki dua puluh dua di Syam dan delapan belas di Irak setiap kali mati salah seorang dari mereka maka Allah mengganti tempat orang itu dan ketika telah datang hari kiamat maka nyawa mereka dicabut semuanya dan ketika nyawa mereka telah dicabut maka akan datang hari kiamat] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Hakim
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ تَخْلُوَ الْأَرْضُ عَنْ أَرْبَعِيْنَ رَجُلًا مِثْلَ خَلِيْلِ الرَّحْمٰنِ فَبِهِمْ يُسْقَوْنَ وَبِهِمْ يُنْصَرُوْنَ مَا مَاتَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلَّا أَبْدَلَ اللّٰهُ مَكَانَهُ آخَرَ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah bumi kosong dari empat puluh lelaki yang seperti kekasih Ar-Rahman. Maka sebab mereka di beri riziki makhluk di dunia dan sebab mereka ditolong makhluk di dunia tidaklah mati salah seorang dari mereka melainkan Allah akan mengganti tempat orang itu dengan yang lain]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الْأَبْدَالِ: اَلرِّضَا بالقَضَاءِ وَالصَّبْرُ عَنْ مَحَارِمِ اللّٰهِ وَالْغَضَبُ فِى ذَاتِ اللّٰهِ] رَوَاهُ اِبْنُ عَدِيُّ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tiga perkara barang siapa yang ada pada tiga perkara ini maka ia termasuk wali Abdal: Ridho atas ketentuan Allah dan sabar menjauhi larangan-larangan Allah dan marah karna Allah] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Adi
(وَلَوْلَا الصَّالِحُوْنَ) أَيْ اَلْقَائِمُوْنَ بِمَا عَلَيْهِمْ مِنْ حُقُوْقِ اللّٰهِ وَحُقُوْقِ الْعِبَادِ (لَهَلَكَ الطَّالِحُوْنَ) أَيْ اَلْفَاسِدُوْنَ بِإِتْيَانِ الْمَعَاصِى
(Dan andai tidak ada orang-orang sholeh) Maksudnya orang-orang yang senantiasa melaksanakan apa saja yang menjadi kewajiban mereka dari hak-hak kepada Allah dan hak-hak kepada sesama hamba (Maka pasti hancur orang-orang yang tidak sholeh) Maksudnya orang-orang yang rusak dengan melakukan berbagai kemaksiatan
(وَلَوْلَا الْعُلَمَاءُ لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ كَالْبَهَائِمِ). قَالَ أَبُوْ اللَّيْثِ: مَنْ جَلَسَ عِنْدَ عَالِمٍ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى حِفْظِ شَيْءٍ مِنَ الْعِلْمِ نَالَ سَبْعَ كَرَامَاتٍ:
(Dan andai tidak ada ulama pasti manusia semuanya akan menjadi seperti binatang) Telah berkata Imam Abu Laits: Barang siapa yang duduk disamping ulama dan ia tidak mampu menghafal sedikitpun dari ilmu maka dia tetap akan memperoleh tujuh kemuliaan:
فَضْلَ الْمُتَعَلِّمِيْنَ وَحَبْسَهُ عَنِ الذُّنُوْبِ وَنُزُوْلَ الرَّحْمَةِ عَلَيْهِ حَالَ خُرُوْجِهِ مِنْ بَيْتِهِ وَإِذَا نَزَلَتِ الرَّحْمَةُ عَلَى أَهْلِ الْحَلَقَةِ حَصَلَ لَهُ نَصِيْبٌ وَيُكْتَبُ لَهُ طَاعَةً مَا دَامَ مُسْتَمِعًا
Mendapat keutamaan orang-orang yang mengaji dan ditahannya orang itu dari berbuat dosa dan turun rahmat kepadanya ketika dia keluar dari rumah orang alim dan ketika rahmat turun kepada jamaah pengajian pasti hasil baginya pahala dan dicatat baginya sebagai ketaatan selama dia mendengarkan
وَإِذَا ضَاقَ قَلْبُهُ لِعَدَمِ الْفَهْمِ صَارَ غَمُّهُ وَسِيْلَةً إِلَى حَضْرَةِ اللّٰهِ تَعَالَى وَيَرَى عِزَّ الْعَالِمِ وَذِلَّ الْفَاسِقِ فَيَمِيْلُ طَبْعُهُ إِلَى الْعِلْمِ وَيَرُدَّ قَلْبَهُ عَنِ الْفِسْقِ.
Dan ketika terasa sesak hatinya karena tidak paham maka jadilah kesusahannya sebagai wasilah menuju kehadirat Allah dan ia melihat kemuliaan ulama dan hinanya orang fasik sehingga condong tabiatnya kepada ilmu dan ia dapat menolak hatinya dari kefasikkan.
(وَلَوْلَا السُّلْطَانُ لَأَهْلَكَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا) بِالْقَتْلِ وَالْغَصْبِ وَغَيْرِ ذٰلِكَ
(Dan andai tidak ada Sultan maka akan saling membinasakan sebagian orang dengan sebagian yang lain) Dengan cara membunuh dan dengan cara merampas harta dan dengan cara yang selain itu.
(وَلَوْلَا الْحَمْقَى) أَيْ اَلَّذِيْنَ فَسَدَتْ عُقُوْلُهُمْ (لَخَرَبَتِ الدُّنْيَا) أَيْ لَفَسَدَتِ الْبِلَادُ وَالْمَنَازِلُ
(Dan andai tidak ada orang-orang bodoh) Maksudnya orang-orang yang rusak akalnya (Maka pasti akan menjadi rusak alam dunia) Maksudnya pasti akan rusak suatu negara dan rumh-rumah.
(وَلَوْلَا الرِّيْحُ لَأَنْتَنَّ كُلُّ شَيْءٍ) بِسَبَبِ الْجِيْفِ.
(Andai tidak ada angin pasti akan busuk segala sesuatu) Dengan sebab bangkai-bangkai
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 11
(وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ لَمْ يَخْشَ اللّٰهَ لَمْ يَنْجُ مِنْ زَلَّةِ اللِّسَانِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [طُوْبَى لِمَنْ مَلَكَ لِسَانَهُ وَوَسِعَهُ بَيْتُهُ وبَكَى عَلَى خَطِيْئَتِهِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ
Maqolah yang ke sebelas (Dari sebagian orang-orang yang bijaksana sesungguhnya mereka berkata: Barang siapa tidak takut kepada Allah maka dia tidak akan bisa selamat dari terpelesetnya lisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Keberuntungan bagi orang yang mampu mengendalikan lisannya dan terasa luas baginya rumahnya dan dia menangis atas kesalahannya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani
(وَمَنْ لَمْ يَخْشَ قُدُوْمَهُ عَلَى اللّٰهِ) أَيْ مَنْ لَمْ يَخْشَ لِقَاءَ اللّٰهِ بِالْمَوْتِ (لَمْ يَنْجُ قَلْبُهُ مِنَ الْحَرَامِ وَالشُّبْهَةِ)
(Dan barang siapa yang tidak takut akan kedatangannya kepada Allah) Maksudnya barang siapa yang tidak takut bertemu dengan Allah sebab kematian (Maka hatinya tidak akan bisa selamat dari perkara haram dan syubhat)
فَالْمُحَرَّمَاتُ قِسْمَانِ أَحَدُهُمَا شَيْءٌ مُحَرَّمٌ لِذَاتِهِ كَالْمَيِّتَةِ وَالدَّمِ وَنَحْوِ ذٰلِكَ فَهٰذَا لَا يَحِلُّ إِلَّا لِسَدِّ بَقَاءِ رُوْحِهِ. وَالثَّانِى حَلَالٌ فِى نَفْسِهِ كَالْمَاءِ الطَّاهِرِ وَالْأَرُزِ لَكِنَّهُ مَمْلُوْكٌ لِلْغَيْرِ فَيَحْرُمُ عَلَيْكَ حَتَّى يَصِيْرَ مِلْكَكَ بِوَجْهٍ جَائِزٍ فِى الشَّرْعِ.
Maka perkara yang diharamkan itu ada dua bagian salah satu dari keduanya adalah sesuatu yang diharamkan karena dzatnya seperti bangkai dan darah dan yang semisal itu dan ini tidak halal kecuali untuk mempertahankan nyawanya. Dan yang kedua adalah sesuatu yang halal pada dzatnya seperti air yang suci dan beras akan tetapi barang itu dimiliki orang lain maka haram atasmu sampai barang itu menjadi milikmu dengan cara yang sah dalam hukum Syariat.
وَالشُّبْهَاتُ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ: مَا تُيُقِّنَ تَحْرِيْمُهُ وَشَكَّ فِى حِلِّهِ، وَفِى هٰذَا حُكْمُ الْحَرَامِ. وَمَا تُيُقِّنَ حِلُّهُ وَشُكَّ فِى تَحْرِيْمِهِ، وَهٰذِهِ الشُّبْهَةُ تَرْكُهَا مِنَ الْوَرَعِ، وَمَا يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُوْنَ حَلَالًا وَحَرَامًا فَيَنْبَغِى تَرْكُهُ.
Dan perkara syubhat itu ada tiga tingkatan: Yang pertama adalah perkara syubhat yang diyakini keharamannya dan diragukan kehalalannya dan dalam hal ini adalah hukumnya haram dan yang kedua adalah perkara syubhat yang diyakini kehalalannya dan diragukan keharamannya dan perkara syubhat ini meninggalkannya termasuk dari wara' dan yang ketiga adalah perkara yang dimungkinkan kehalalannya dan dimungkinkan keharamannya maka sepatutnya meninggalkan itu
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [دَعْ مَا يُرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يُرِيْبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ والْكِذْبَ رَيْبَةٌ] رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ. وَيُرِيْبُكَ بِفَتْحِ الْيَاءِ وَضَمِّهَا.
Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu karena sesungguhnya benar itu menenangkan dan bohong itu meragukan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi. Dan lafadz يُرِيْبُكَ dengan memfathahkan huruf ي atau mendzommahkannhya
وَمَعْنَى هٰذَا الْحَدِيْثِ: اُتْرُكْ مَا تَشُكُّ فِى حِلِّهِ وَاعْدِلْ إِلَى مَا لَا تَشُكُّ فِى حِلِّهِ، كَذَا أَفَادَ الشَّيْخُ حَسَنٌ اَلْحَمْزَاوِيُّ، وَمَعْنَى الرَّيْبَةُ اِضْطِرَابُ الْقَلْبِ. اهـ.
Dan ma'na hadits ini: adalah tinggalkan olehmu sesuatu yang kamu ragu tentang kehalalannya dan berpindahlah kepada sesuatu yang kamu tidak ragu tentang kehalalannya. Demikian telah menjelaskan Syekh Hasan Al-Hamzawi dan ma'na رَيْبَةٌ adalah kebingungan hati.
(وَمَنْ لَمْ يَكُنْ آيِسًا) أَيْ قاَطِعَ الرَّجَاءِ (عَنِ الْخَلْقِ لَمْ يَنْجُ مِنَ الطَّمَعِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اِسْتَعِيْذُوْا بِاللّٰهِ مِنْ طَمَعٍ يَهْدِي إِلَى طَبْعٍ - أَيْ دَنَسٍ - وَمِنْ طَمَعٍ يَهْدِي إِلَى غَيْرِ مَظْمَعٍ، وَمِنْ طَمَعٍ حَيْثُ لَا مَظْمَعَ] رَوَاهُ الْإٍمَامُ أَحْمَدُ وَالطَّبْرَانِيُّ وَالْحَاكِمُ.
(Dan barang siapa tidak memutus harapan) Maksudnya memutus harapan (Dari sesama makhluk maka ia tidak akan bisa selamat dari sifat toma') Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Berlindunglah kalian kepada Allah dari sifat toma' yang mengajak kepada watak yang tidak baik maksudnya kotor dan dari sifat toma' yang mengajak kepada sesuatu yang tidak dapat diharapkan dan dari sifat toma' sekiranya tidak ada harapan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dan Imam Thobroni dan Imam Hakim
(ومَنْ لَمْ يَكُنْ حَافِظًا عَلَى عَمَلِهِ) مِمَّا يُفْسِدُهُ (لَمْ يَنْجُ مِنَ الرِّيَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِيَّاكُمْ أَنْ تَخْلِطُوْا طَاعَةَ اللّٰهِ بِحُبِّ ثَنَاءِ الْعِبَادِ فَتَحْبِطَ أَعْمَالُكُمْ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan barang siapa yang tidak menjaga amalnya) Dari perkara yang dapat merusaknya (Maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat riya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Berhati hatilah kalian dalam mencampur adukkan ketaatan kepada Allah dengan sifat senang terhadap pujian dari hamba-hamba sehingga menjadi sia-sia amal-amal kalian]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَمَنْ لَمْ يَسْتَعِنْ بِاللّٰهِ عَلَى اخْتِرَاسِ قَلْبِهِ لَمْ يَنْجُ مِنَ الْحَسَدِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلْحَسَدُ يُفْسِدُ الْإِيْمَانَ كَمَا يُفْسِدُ الصِّبْرُ الْعَسَلَ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan barang siapa yang tidak meminta pertolongan kepada Allah untuk menjaga hatinya maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat iri dengki) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Iri dengki itu dapat merusak keimanan sebagaimana bisa merusaknya buah mahoni pada manisnya madu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami.
(وَمَنْ لَمْ يَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْضَلُ مِنْهُ عِلْمًا وَعَمَلًا لَمْ يَنْجُ مِنَ الْعُجْبِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ حَمِدَ نَفْسَهُ عَلَى عَمَلٍ صَالِحٍ فَقَدْ ضَلَّ شُكْرُهُ وحَبِطَ عَمَلُهُ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ،
(Dan barang siapa yang tidak melihat kepada orang yang dia lebih hebat dari pada dirinnya keilmuannya dan amalnya maka dia tidak akan bisa selamat dari sifat ujub) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang memuji-muji pada dirinya sendiri atas amalnya yang sholih maka benar benar telah sia-sia syukurnya dan terhapus pahala amalnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَيْسَ بِالْخَيْرِ أَنْ يُظْهِرَ الْقَوْلَ بِلِسَانِهِ وَالْعُجْبُ فِى قَلْبِهِ] رَوَاهُ الدَّارُقُطْنِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ الْعُجْبَ لَيُحْبِطُ عَمَلَ سَبْعِينَ سَنَةً] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah baik apabila orang menampakkan ucapan dengan lisannya sementara ujub masih ada dalam hatinya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thobroni. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya sifat ujub itu benar-benar dapat menghpus amal selama tujuh puluh tahun] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 12
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ (عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى، وَهُوَ مِنْ أَكْبَرِ التَّابِعِيْنَ (أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ فَسَادَ الْقُلُوْبِ عَنْ سِتَّةِ أَشْيَاءَ أَوَّلُهَا: يُذْنِبُوْنَ بِرَجَاءِ التَّوْبَةِ) وَفِى نُسْخَةٍ بِرَجَاءِ الرَّحْمَةِ وَذٰلِكَ تَمَنٍّ
Maqolah yang ke dua belas (Dari Hasan Al-Basri) Rahimahullahu Ta'ala. Dia adalah sebagian dari pembesar tabiin (Sesungguhnya dia berkata: Sesungguhnya kerusakan hati itu sebab enam perkara yang pertama dari enam perkara itu: Adalah manusia sengaja berbuat dosa dengan mengharapkan taubat) Dan dalam suatu naskh dengan mengharapkan rahmat dari Allah dan itu adalah harapan kosong
(وَيَعْلَمُوْنَ الْعِلْمَ وَلَا يَعْمَلُوْنَ) فَلَا فَائِدَةَ فِى الْعِلْمِ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ بِهِ وَإِنَّمَا ثَمْرَةُ الْعِلْمِ الْعَمَلُ بِهِ (وَإِذَا عَمِلُوْا لَا يُخْلِصُوْنَ) وَإِذَا لَمْ يُخْلِصِ الْمَرْءُ فِى الْعِبَادَةِ لَمْ يَصْدُقْ فِيْهَا فَالصِّدْقُ أَصْلٌ وَالْإِخْلَاصُ فَرْعٌ،
(Dan mereka mengerti ilmu dan tidak mengamalkannya) Maka tidak ada manfaatnya suatu ilmu jika tidak mengamalkannya sungguh buahnya ilmu itu hanya mengamalkannya (Dan ketika mereka mengamalkan mereka tidak ikhlas) Dan ketika seseorang tidak ikhlas dalam beribadah maka tidak ada kejujuran di dalamnya maka jujur itu adalah pokok dan keikhlasan adalah cabangnya
وَمِنْ دُعَاءِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: يَا دَلِيْلَ الْحَيَارِى دُلَّنِيْ عَلَى طَرِيْقِ الصَّادِقِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ عِبَادِكَ الْمُخْلِصِيْنَ
Dan dari sebgaian doa Imam Ahmad Bin Hambal Radhiallahu Anhu : Wahai dzat yang membimbing orang orang yang kebingungan tunjukkan aku pada jalan orang orang yang jujur dan jadikanlah aku termasuk di antara hamba hambamu yang ikhlas
(وَيَأْكُلُوْنَ رِزْقَ اللّٰهِ وَلَا يَشْكُرُوْنَ) فَالشُّكْرُ إِجْرَاءُ الْأَعْضَاءِ فِى مَرْضَاةِ اللّٰهِ تَعَالَى وَإِجْرَاءُ الْأَمْوَالِ فِيْهَا
(Dan mereka memakan rizki dari Allah dan mereka tidak bersyukur) Syukur adalah menggunakan anggota badan untuk hal-hal yang diridhoi Allah Ta'ala dan menggunakan harta-harta untuk hal-hal yang diridhoi Allah
(وَمَا يَرْضَوْنَ بِقِسْمَةِ اللّٰهِ) فِى حَالَاتِهِ. قَالَ سَيِّدِيْ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِيُّ قَدَّسَ سِرَّهُ: اِرْضَ بِالدُّوْنِ وَالْزَمْهُ جِدًّا فَتُنْقَلُ إِلَى الْأَعْلَى وَالْأَنْفَسِ وَبِهِ تَهْنَأُ وَفِيْهِ تَبْقَى وَتُحْفَظُ بِلَا عَنَاءِ دُنْيَا وَأُخْرَى ثُمَّ تَتَرَقَّى مِنْ ذٰلِكَ إِلَى مَا هُوَ أَقَرُّ عَيْنًا مِنْهُ وَأَهْنَأُ.
(Dan mereka tidak ridho dengan ketentuan dari Allah) Dalam berbagai keadaannya. Telah berkata: Tuanku Abdul Qodir Al-Jailani Qoddasa Sirrohu: Ridholah kamu dengan yang rendah dan peganglah ia dengan sungguh-sungguh sehingga kamu dipindahkan pada maqom yang lebih tinggi dan lebih berharga. Dan sebab ridho itulah kamu akan nyaman dan sebab ridho itu kamu akan kekal dan kamu akan dijaga tanpa bersusah payah di dunia dan akhirat kemudian kamu akan terus naik dari hal itu kepada maqom yang mana maqom itu lebih menyenangkan mata dari pada yang rendah dan lebih nikmat.
(وَيُدْفِنُوْنَ مَوْتَاهُمْ وَلَا يَعْتَبِرُوْنَ) أَيْ لَا يَتَذَكَّرُوْنَ لِلْمَوْتِ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ القَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ] رَوَاهُ التُّرْمُذِيُّ وَابْنُ مَاجَه وَالْحَاكِمُ.
(Dan mereka mengubur mayit-mayit mereka namu mereka tidak mengambil pelajaran) Maksudnya mereka tidak mengingat pada kematian. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sungguh kuburan itu adalah yang pertama dari tahapan-tahapan akhirat jika seseorang selamat dari alam kubur maka tahapan-tahapan setelah alam kubur lebih mudah dari pada alam kubur dan jika seseorang tidak selamat dari alam kubur maka tahapan-tahapan setelah alam kubur akan lebih sulit dari pada alam kubur].
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ للمَوْتِ فَزْعًا فَإِذَا أَتَى أَحَدَكُمْ وَفَاةُ أَخِيْهِ فَلْيَقُلْ إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِليْهِ رَاجِعُوْنَ وَإنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ اَللَٰهُمَّ اكْتُبْهُ عِنْدَكَ فِى المُحْسِنِيْنَ واجْعَلْ كِتَابَهُ فِى عِلِّيِّيْنَ واخْلُفْ عَقِبَهُ فِى الْآخِرِيْنَ، اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya kematian itu mengejutkan. Ketika datang kepada salah seorang dari kalian kematian saudaranya maka hendaklah ia berkata: Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan sesungguhnya kita semua kepada Allah akan kembali dan sesungguhnya kita semua hanya kepada Allah pasti akan kembali Ya Allah semoga Engkau mencatatnya di sisimu dalam golongan orang-orang yang baik dan semoga Engkau menjadikan kitabnya dalam Iliyyin dan semoga Engkau mengganti anak keturunannya di antara orang orang yang terakhir Ya Allah semoga Engkau tidak mengharamkan kami pada pahalanya dan semoga engkau tidak menguji kami setelahnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thabrani
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ سَمِعَ بِمَوْتِ مُسْلِمٍ فَدَعَا لَهُ بِخَيْرٍ كَتَبَ اللّٰهُ لَهُ أَجْرَ مَنْ عَادَهُ حَيًّا وَشَيَّعَهُ مَيِّنًا] رَوَاهُ الدَّارُ قُطْنِى
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang mendengar tentang kematian seorang muslim kemudia ia berdoa untuknya dengan kebaikan maka pasti Allah akan menulis baginya dengan pahala orang yang menjenguknya ketika masih hidup dan yang mengantarnya ketika sudah mati]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Daruqutni
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 13
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قَالَ أَيْضًا: مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا وَاخْتَارَهَا عَلَى الْآخِرَةِ عَاقَبَهُ اللّٰهُ بِسِتِّ عُقُوْبَاتٍ ثَلَاثٌ فِى الدُّنْيَا وَثَلَاثٌ فِى الْآخِرَةِ، أَمَّا الثَّلَاثُ الَّتِيْ هِيَ فِى الدُّنْيَا: فَأَمَلٌ لَيْسَ لَهُ مُنْتَهَى)
Maqolah yang ke tiga belas (Imam Hasan Basri telah berkata juga: Barang siapa yang mengharapkan dunia dan lebih memilihnya diatas akhirat maka Allah akan memberikan sangsi padanya dengan enam sangsi. Tiga sangsi itu di dunia dan tiga sangsi itu di akhirat. Adapun tiga sangsi yang di dunia: Adalah lamunan-lamunan kosong yang tidak ada habisnya)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ [مَثَّلَ الْإِنْسَانَ وَالْأَمَلَ وَالْأَجَلَ فَمَثَّلَ الْأَجَلَ إِلَى جَانِبِهِ وَالْأَمَلَ أَمَامَهُ فَبَيْنَمَا هُوَ يَطْلُبُ الْأَمَلَ أَمَامَهُ إِذْ أَتَاهُ الْأَجَلُ فَاخْتَلَجَهُ] أَيْ اِنْتَزَعَهُ، رَوَاهُ ابْنُ أَبِى الدُّنْيَا.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ [Membuat perumpamaan terhadap manusia dan lamunan-lamunan kosong dan ajal Maka Nabi membuat perumpamaan terhadap ajal berada di sampingnya dan lamunan-lamunan kosong berada di depannya ketika manusia mengejar lamunan kosong di depannya tiba-tiba datang kepadanya ajal kemudian ajal mencabut nyawanya ]. Maksudnya mencabut nyawanya. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Abi Dunia
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [كَمْ مِنْ مُسْتَفْبِلٍ يَوْمًا لَا يَسْتَكْمِلُهُ وَمُنْتَظِرٍ غَدًا لَا يَبْلُغُهُ لَوْ نَظَرْتُمْ إِلَى الْأَجَلِ وَمَسِيْرِهِ لَأَبْغَضْتُمُ الْأَمَلَ وَغُرُوْرَهُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ .
Dan diriwaayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Berapa banyak orang yang menghadapi suatu hari namun dia tidak dapat menyempurnakannya, dan berapa banyak orang yang menantikan hari esok namun dia tidak sampai padanya. Jika kalian melihat ajal dan tempat perjalanannya maka pasti kalian akan membenci pada lamunan-lamunan kosong dan tipu dayanya.]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَحِرْصٌ غَالِبٌ لَيْسَ لَهُ قَنَاعَةٌ) فَالْحِرْصُ يَسْلُبُ فَضَائِلَ النَّفْسِ وَيَمْنَعُ مِنَ التَّوَفُّرِ عَلَى الْعِبَادَةِ وَيَبْعَثُ عَلَى التَّوَرُطِ فِى الشُّبُهَاتِ،
(Dan keserakahan yang mendominasi tidak ada baginya kepuasan) Maka sifat rakus itu mencabut keutamaan-keutamaan diri dan menghalangi dari menyempurnakan ibadah dan mendorong agar terjerumus ke dalam perkara-perkara syubhat
وَلَيْسَ لِلْحَرِيْصِ غَايَةٌ مَقْصُوْدَةٌ يَقِفُ عِنْدَهَا وَلَا نِهَايَةٌ مَحْدُوْدَةٌ يَقْنَعُ بِهَا لِأَنَّهُ إِذَا وَصَلَ بِالْحِرْصِ إِلَى مَا أَمَّلَ أَغْرَاهُ ذٰلِكَ بِزِيَادَةِ الْحِرْصِ وَالْأَمَلِ وَإِنْ لَمْ يَصِلْ رَأَى إِضَاعَةَ الْغِنَى لَوْمًا وَصَارَ بِمَا سَلَفَ مِنْ رَجَائِهِ أَبْسَطَ أَمَلًا
Dan tidak ada bagi orang yang serakah batas akhir yang dituju yang dia akan berhenti pada tujuan akhir itu dan tidak ada batas akhir yang dibatasi yang ia akan menerima pada batas akhir itu. Karena sesungguhnya ketika dia bisa mencapai dengan sifat serakahnya pada perkara yang ia angan-angankan maka akan menggoda kepadanya keberhasilan itu dengan bertambahnya keserakahan dan bertambahnya angan-angan dan jika ia tidak bisa mencapai maka ia melihat pada sia-sianya kekayaan dengan celaan dan jadilah dia dengan harta yang telah lalu dari harapannya menjadi lebih luas angan-angannya
(وَأُخِذَ مِنْهُ حَلَاوَةُ الْعِبَادَةِ) بِتَشَاغُلِهِ عَنْهَا
(Dan diambil darinya kenikmatan ibadah) Karena kesibukkannya menjauhi ibadah
(وَأَمَّا الثَّلَاثُ الَّتِي هِيَ فِى الْآخِرَةِ: فَهَوْلٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) أَيْ فَهِيَ أُمُوْرٌ مُخَوِّفَةٌ وَمُفْزِعَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (وَالْحِسَابُ الشَّدِيْدُ) وَهُوَ حِسَابُ الْمُنَاقِشَةِ (وَالْحَسْرَةُ الطَّوِيْلَةُ) أَيْ اَلْحُزْنُ الْمَدِيْدُ بِسَبَبِ التَّعَبِ الشَّدِيْدِ.
(Dan adapun tiga sangsi yang di akhirat: Adalah keributan pada hari kiamat) Maksudnya akhirat adalah perkara-perkara yang menakutkan dan mengagetkan pada hari kiamat (Dan hisab yang sangat berat) Dan hisab yang sangat berat adalah hisab didebat (Dan penyesalan yang panjang) Maksudnya kesedihan yang panjang karena rasa lelah yang sangat
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 14
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (قَالَ أَحْنَفُ بْنُ قَيْسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: لَا رَاحَةَ لِلْحَسُوْدِ) قَالَ عَبْدُ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيُّ نَقْلًا عَنْ شَيْخِهِ الْبَدْرِ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى : يُبْلَى الْحَسُوْدُ بِخَمْسَةٍ : حُصُوْلُ الذَّمِّ لَهُ وَحُزْنٌ دَاءِمٌ وَغَلْقُ بَابِ التَّوْفِيقِ عَلَيْهِ وَمُصِيبَةٌ دَاءِمَةٌ لَا أَجْرَ فِيهَا. وَالْغَضَبُ الشَّدِيْدُ عَلَيْهِ مِنْ اللّٰهِ تَعَالِيَ.
Maqolah yang ke empat belas (Telah berkata Ahnaf Bin Qois Radhiallahu Anhu: Tidak ada ketenangan bagi orang yang iri dengki) Telah berkata Abdul Mu'ti As-Samlawi dengan menukil dari gurunya Al-Badr Rahimahullah Ta'ala: Akan diberi ujian orang yang iri dengki dengan lima musibah: Hasilnya cacian bagi dirinya dan kesedihan yang terus menerus dan dikunci pintu taufiq atas dirinya dan musibah yang terus menerus tidak ada pahala di dalamnya. Dan murka yang sangat besar kepada dirinya dari Allah Ta'ala.
قَالَ عَلِيٌّ الْمَاوَرْدِيُّ: وَحَقِيْقَةُ الْحَسَدِ شِدَّةُ الْحُزْنِ عَلَى الْخَيْرَاتِ الَّتِي تَكُوْنُ لِلنَّاسِ الْأَفَاضِلِ. أَمَّا الْمُنَافَسَةُ فَهِيَ طَلَبُ التَّشَبُّهِ بِالْأَفَاضِلِ مِنْ غَيْرِ إِدْخَالِ ضَرَرٍ عَلَيْهِمْ. وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [الْمُؤْمِنُ يَغْبِطُ وَالْمُنَافِقُ يَحْسُدُ].
Telah berkata Ali Al-Mawardi: Hakikat dari sifat iri dengki adalah sangat bersedih atas kebaikan-kebaikan yang ada pada manusia yang lebih utama. Adapun bersaing maka itu adalah mengejar kesamaan dengan orang-orang yang lebih utama dengan tanpa memasukkan kemadaratan kepada orang yang lebih utama. Dan benar-benar telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ bersabda: [Orang mu'min itu cemburu dan orang munafik itu iri dengki].
(وَلَا مُرُوْءَةَ لِلْكَذُوْبِ) فَالْمُرُوْءَةُ مُرَاعَاةُ الْأَحْوَالِ الَّتِي تَكُوْنُ عَلَى أَفْضَلِهَا حَتَّي لَا يَظْهَرَ مِنْهَا قَبِيْحٌ عَنْ قَصِّهِ وَلَا يَتَوَجَّهُ إِلَيْهَا ذَمٌّ بِاسْتِحْقَاقٍ.
(Tidak ada martabat bagi pembohong) Muru'ah adalah menjaga kehormatan dari keadaan-keadaan yang ada pada keadaan yang lebih utama hingga tidak tampak dari keadaan-keadaan itu prilaku yang buruk dari kisahnya dan tidak menghadap pada keadaan-keadaan itu sebuah celaam dengan sebenarnya
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَنْ عَامَلَ النَّاسَ فَلَمْ يَظْلِمْهُمْ وَحَدَّثَهُمْ فَلَمْ يَكْذِبْهُمْ وَوَعَدَهُمْ فَلَمْ يُخْلِفْهُمْ فَهُوَ مِمَّنْ كَمُلَتْ مُرُوْءَتُهُ وَظَهَرَتْ عَدَالَتُهُ وَوَجَبَتْ أُخُوَّتُهُ ].
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Barang siapa yang bermuamalah dengan manusia kemudian dia tidak berbuat dzolim kepada mereka dan dia berkata pada mereka kemudian dia tidak berbohong pada mereka dan dia berjanji pada mereka kemudian dia tidak ingkar pada mereka maka dia adalah termasuk dari sebagian orang yang telah sempurna kehormatannya dan nampak keadilannya dan wajib berukhuwah dengannya].
(وَلَا حِيْلَةَ لِلْبَخِيْلِ) وَحَدُّ السَّخَاءِ بَذْلُ مَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ عِنْدَ الْحَاجَةِ وَأَنْ يُوْصِلَهُ إلَى مُسْتَحِقِّهِ بِقَدْرِ الطَّاعَةِ،
(Dan tidak ada jalan keluar bagi orang yang pelit) Definisi dermawan adalah memberikan sesuatu yang ia butuh padanya ketika butuh dan menyalurkan sesuatu itu kepada orang yang berhak dengan ukuran keta'atan
وَإِذَا كَانَ السَّخَاءُ مَحْدُودًا، فَمَنْ وَقَفَ عَلَى حَدِّهِ سُمِيَ كَرِيمًا وَكَانَ لِلْحَمْدِ مُسْتَحِقًّا،وَمَنْ قَصَرَ عَنْهُ كَانَ بَخِيلًا وَكَانَ لِلذَّمِّ مُسْتَوْجِبًا.
Dan jika ada sifat dermawan itu terbatas maka barang siapa yang berhenti pada batas kedermawanan maka dia dinamakan sebagai orang yang mulia dan ada baginya atas pujian sebagai orang yang berhak. Dan barang siapa yang mengurangi dari batasan kedermawanan maka ia ada sebagai orang yang pelit dan ada baginya atas hinaan sebagai orang yang berhak
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [طَعَامُ الْجَوَادِ دَوَاءٌ وَطَعَامُ الْبَخِيلِ دَاءٌ]،وَقَالَ بَعْضُ الْأُدَبَاءِ: اَلْبَخِيْلُ لَيْسَ لَهُ خَلِيْلٌ.
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Makanan dari orang dermawan itu jadi obat dan makanan dari orang pelit itu jadi penyakit]. Dan telah berkata sebagian dari orang-orang yang beradab: Orang yang pelit itu tidak ada baginya kekasih.
وَقَالَ صَالِحُ بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوْسِ مِنْ بَحْرِ الطَّوِيْلِ:
Telah berkata Sholeh Bin Abdul Quddus dari bahar towil:
وَيَسْتُرُهُ عَنْهُمْ جَمِيْعًا سَخَاؤُهُ | * | وَيُظْهِرُ عَيْبَ الْمَرْْءِ فِى النَّاسِ بُخْلُهُ |
Akan menampakan aib seseorang di antara manusia sifat pelitnya | * | Dan akan menutupi aib dari semua manusia sifat dermawannya |
أَرَى كُلَّ عَيْبٍ فَالسَّخَاءُ غِطَاؤُهُ | * | تَغَطَّ بِأَثْوَابِ السَّخَاءِ فَإِنَّنِيْ |
Maka tutupilah oleh kalian dengan baju-baju kedermawanan karena sesungguhnya | * | Aku telah melihat setiap aib maka sifat dermawanlah yang menjadi penutupnya |
(وَلَا وَفَاءَ لِلْمُلُوْكِ) لِأَنَّهُ لَا يَسْتَحْيِ وَلَا يَخَافُ مِنْ آحَادِ الرَّعِيَّةِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ:[صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِيْ إِنْ صَلَحُوْا صَلَحَتِ الْأُمَّةُ: اَلْأُمَرَاءُ وَالْفُقَهَاءُ] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ.
(Dan tidak ada kesetiaan bagi raja-raja) karena sesungguhnya raja-raja tidak akan malu dan takut kepada salah seorang dari rakyat. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Ada dua golongan dari umatku jika keadaan mereka baik maka pasti akan baik keadaan suatu umat: Yaitu para pemimpin dan para fuqoha].
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَنْ تَهْلِكَ الرَّعِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ ظَالِمَةً مُسِيْئَةً إِذَا كَانَتِ الْوُلَاةُ هَادِيَةً مَهْدِيَّةً وَلٰكِنْ تَهْلِكُ الرَّعِيَّةُ وَإِنْ كَانَتْ هَادِيَةٌ مَهْدِيَّةً إِذَا كَانَتِ الوُلَاةُ ظَالِمَةً مُسِيْئةً] رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Rakyat tidak akan binasa meskipun terbukti mereka dzolim dan buruk ketika ada para penguasa yang memberi petunjuk dan diberi hidayah akan tetapi rakyat akan binasa meskipun terbukti mereka memberi petunjuk dan diberi hidayah ketika ada para penguasa yang dzolim dan buruk]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Abu Nu'aim
وَرُوِيَ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ أَنْشَدَ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:
Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Abu Bakar telah melantunkan sya'ir dari bahar basith:
فَانْظُرْ إِلَى مَلِكٍ فِي زِيِّ مِسْكِيْنِ | * | إِذَا أَرَدْتَ شَرِيْفَ النَّاسِ كُلِّهِمِ |
Jika kamu ingin menjadi manusia mulia di antara manusia seluruhnya | * | Maka lihatlah raja yang menggunakan pakaian orang miskin |
وَذَاكَ يَصْلُحُ لِلدُّنْيَا وَلِلدِّيْنِ | * | ذَاكَ الَّذِيْ حَسُنَتْ فِى النَّاسِ سِيْرَتُهُ |
Itulah orang yang bagus akhlaknya di antara manusia | * | Dan itulah orang yang layak untuk memimpin dunia dan agama |
(وَلَا سُؤْدَدَ لِسَيِّئِ الْخُلُقِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [سُوْءُ الْخُلُقِ شُؤْمٌ وشِرَارُكُمْ أَسْوَأُكُمْ خُلُقًا] رَوَاهُ الْخَطِيْبُ، وَرُوِيَ أَنَّهُ َﷺ قَالَ: [إِنَّ الْخُلُقَ السَّيِّئَ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ] رَوَاهُ الْعَسْكَرِيُّ،
(Tidak ada kemuliaan bagi orang yang buruk akhlaknya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Akhlak yang buruk itu adalah kesialan dan yang paling buruk di antara kalian adalah yang paling buruk di antara kalian akhlaknya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Khotib. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya akhlak yang buruk itu dapat merusak amal sebagaimana merusaknya cuka pada madu]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Askari
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ عِبَادِ اللّٰهِ تَعَالَى إِلَى اللّٰهِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ. وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَكَارِمُ الْأَخْلَاقِ مِنْ أَعْمَالِ الجَنَّةِ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ.
Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Yang paling dicintai dari hamba-hamba Allah oleh Allah adalah yang paling baik di antara mereka akhlaknya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Akhlak-akhlak yang mulia itu termasuk dari amalan-amalan ahli surga]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni.
وَأَنْشَدَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:
Dan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu Anhu telah melantunkan sya'ir dari bahar basit:
فَالْعَقْلُ أَوَّلُهَا وَالدِّيْنُ ثَانِيْهَا | * | إنَّ الْمَكَارِمَ أَخْلَاقٌ مُطَهِّرَةٌ |
Sesungguhnya kemuliaan itu adalah akhlak yang disucikan | * | Maka akal adalah yang pertama dari akhlak yang disucikan dan agama adalah yang kedua |
وَالْجُوْدُ خَامِسُهَا وَالْعُرْفُ سَادِسُهَا | * | وَالْعِلْمُ ثَالِثُهَا وَالْحِلْمُ رَابِعُهَا |
Dan ilmu adalah yang ketiganya dan rendah hati adalah yang keempatnya | * | Dan dermawan adalah yang kelimanya dan adat adalah yang keenamnya |
وَالشُّكْرُ تَاسِعُهَا وَاللَّيِنُ عَاشِرُهَا | * | وَالْبِرُّ سَابِعُهَا وَالصَّبْرُ ثَامِنُهَا |
Dan berbakti pada kedua orang tua adalah yang ketujuhnya dan sabar adalah yang ke delapannya | * | Dan syukur adalah yang kesembilannya dan lemah lembut adalah yang kesepuluhnya |
وَالْمُرَادُ بِالْعَقْلِ كَمَا فِى الْحَدِيْثِ اِجْتِنَابُ مَحَارِمِ اللّٰهِ وَأَدَاءُ فَرَائِضِ اللّٰهِ
Dan yang dimaksud dengan akal sebagimana dalam hadits adalah menjauhi perkara-perkara yang diharamkan Allah dan menunaikan perintah-perintah dari Allah.
(وَلَا رَادَّ لِقَضَاءِ اللّٰهِ) أَيْ لِتَقْدِيْرِهِ الْأَشْيَاءَ وَإِرَادَتِهِ لَهَا كَمَا قَالَهُ الشَّيْخُ الْحِفْنِيُ.
(Dan tidak ada penangkal terhadap qodho Allah) Maksudnya terhadap takdirnya pada segala sesuatu dan kehendak Allah pada segala sesuatu sebagaimana telah berkata tentang keterangan itu Syeikh Al-Hifni.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 14
Akan datang ....
(وَ)الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ (سُئِلَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الَّذِيْنَ جَرَّبُوْا الْأُمُوْرَ(هَلْ يَعْرِفُ الْعَبْدُ إِذَا تَابَ أَنَّ تَوْبَتَهُ قُبِلَتْ أَمْ رُدَّتْ، قَالَ: لَا أَحْكُمُ فِى ذٰلِكَ) أَيْ فِى كَوْنِ تَوْبَةِ الْعَبْدِ مَقْبُوْلَةً أَوْ مَرْدُودَةً (وَلٰكِنْ لِذٰلِكَ) أَيْ لِقَبُوْلِ التَّوْبَةِ (عَلَامَاتٌ) سِتَّةٌ
Maqolah yang ke lima belas (Telah ditanya sebagian dari orang-orang yang bijaksana) Maksudnya orang-orang yang telah membuktikan berbagai hal (Apakah seorang hamba dapat mengetahui ketika bertaubat bahwa sesungguhnya taubatnya telah diterima atau ditolak? Maka sebagian dari orang-orang bijak itu berkata: Saya tidak bisa memastikan tentang hal itu) Maksudnya tentang keadaan taubatnya seorang hamba diterima atau ditolak (Akan tetapi bagi hal itu) Maksudnya bagi diterimanya taubat (Ada tanda-tanda) yang enam
إِحْدَاهَا (أَنْ يَرَى) أَنْ يَعْرِفَ (نَفْسَهُ غَيْرَ مَعْصُوْمَةٍ مِنَ الْمَعْصِيَةِ) فَيُجَوِّزُ وُقُوْعُهَا فِيهَا. (وَ) الثَّانِيَةُ (يَرَى فِى قَلْبِهِ الْفَرَحَ غَائِبًا) أَيْ بَعِيدًا عَنْهُ (وَالْحُزْنَ شَاهِدًا) أَيْ حَاضِرًا عِنْدَهُ.
Salah satu dari yang enam itu (Hendaknya ia mengetahui) Hendaknya ia mengetahui (Pada dirinya sendiri tidak dima'sum dari kemaksiatan) Sehingga memperkenankan dirinya terjerumus ke dalam kemaksiatan (Dan) Yang kedua (Dia melihat dalam dirinya terhadap rasa bahagia tidak ada) Maksudnya jauh dari kebahagiaan (Dan terhadap rasa sedih hadir) Maksudnya hadir di dalam hatinya.
(وَ)الثَّالِثَةُ (يَقْرُبُ أَهْلَ الْخَيْرِ وَيُبَاعِدُ أَهْلَ الشَّرِّ) خَوْفًا مِنَ الْوُقُوْعِ فِى الْمَعْصِيَةِ. (وَ) الرَّابِعَةُ (يَرَى الْقَلِيْلَ مِنَ الدُّنْيَا كَثِيرًا) فَيَأْخُذُ مِنْهَا بِقَدْرِ ضَرُوْرَتِهِ (وَيَرَى الْكَثِيْرَ مِنْ عَمَلِ الْآخِرَةِ قَلِيلًا) فَيَطْلُبُ الزِّيَادَةَ عَلَيْهِ
(Dan) Yang ke tiga (Dia mendekati orang yang baik dan menjauhi orang yang buruk) Karena takut terjerumus ke dalam kemaksiatan (Dan) Yang ke empat (Dia melihat sedikit dari dunia sebagai banyak) Sehingga dia mengambil dari dunia itu dengan ukuran kebutuhannya (Dan dia melihat banyak dari amal akhirat sebagai sedikit) Sehingga ia mencari tambahan atas amalnya.
(وَ) الْخَامِسَةُ (يَرَى قَلْبَهُ مُشْتَغِلًا بِمَا ضُمِنَ) أَيْ اُلْتُزِمَ (مِنَ اللّٰهِ تَعَالِيَ) مِنْ أَنْوَاعِ التَّكَالِيْفِ (فَارِغًا) أَيْ خَالِيًا (عَمَّا ضَمِنَ) أَيْ كَفَلَ (اللّٰهُ) تَعَالَى (مِنْهُ) أَيْ لَهُ بِهِ مِنَ الرِّزْقِ.
(Dan) Yang ke lima (Dia melihat hatinya sibuk dengan sesuatu yang diwajibkan) Maksudnya di wajibkan (Dari Allah Ta'ala) Dari segala macam kewajiban-kewajiban. (Hatinya kosong) Maksudnya kosong (Dari sesuatu yang telah menjamin) Maksudnya memastikan (Allah) Ta'ala (Padanya) Maksudnya menjamin padanya dengan sesuatu itu dari rizki.
(وَ) السَّادِسَةُ (يَكُوْنُ حَافِظَ اللِّسَانِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللّٰهِ حِفْظُ اللِّسَانِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ ذُنُوْبًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ كَلَامًا فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ] رَوَاهُ ابْنُ نَصْرٍ
(Dan) Yang keenam (Terbukti dia menjaga lisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi bersabda: [Amalan-amalan yang paling dicintai Allah adalah menjaga lisan] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya manusia yang paling banyak dosanya pada hari kiamat adalah yang paling banyak diantara mereka berbicara dalam perkara yang tidak bermanfaat untuknya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Nasr
(دَاءِمَ الْفِكْرَةِ)فِي عَظَمَةِ اللّٰهِ وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ، وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [اَلتَّفَكُّرُ فِى عَظَمَةِ اللّٰهِ وَجَنَّتِهِ وَنَارِهِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ] وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [تَفَكَّرُوْا فِى خَلْقِ اللّٰهِ وَلَا تَفَكَّرُوْا فِى اللّٰهِ فَتَهْلَكُوْا]، (لَازِمَ الْغَمِّ وَالنَّدَامَةِ) عَلَى مَا فَعَلَ مِنَ الْمَعَاصِيْ.
(Kekalnya pemikiran) Dalam memikirkan keagungan Allah dan surganya Allah dan nerakanya Allah. Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tafakur dalam memikirkan keagungan Allah dan surganya dan nerakanya satu waktu itu lebih baik daripada mendirikan sholat malam]. Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Bertafakurlah kalian semua dalam memikirkan ciptaan Allah dan janganlah bertafakur kalian semua dalam memikirkan dzatnya Allah sehingga kalian binasa]. (Senantiasa bingung dan sedih) Atas perkara yang telah dia lakukan dari kemaksiatan.
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 16
(و) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةَ عَشْرَةَ (قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ رَحِمَهُ اللّٰهُ: مِنْ أَعْظَمِ الْاِغْتِرَارِ) أَيْ اَلْاِجْتِرَاءِ عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى (عِنْدِيْ اَلتَّمَادِي) أَيْ اَلْمُلَازَمَةُ (فِى الذُّنُوْبِ عَلَى رَجَاءِ الْعَفْوِ) أَيْ مَعَ رَجَاءِ مَحْوِ ذُنُوبِهِ (مِنْ غَيْرِ نَدَامَةٍ) أَيْ تَوْبَةٍ مِنْهَا
Maqolah yang ke enam belas (Telah berkata Yahya Bin Mu'adz Rahimahullah: Dari sebagian penipuan terbesar) Maksudnya lancang kepada Allah Ta'ala (Menurut saya adalah terus menerus) Maksudnya terus menerus (Dalam dosa-dosa dengan harapan dima'afkan) Maksudnya dengan harapan dihapus dosa-dosanya (Tanpa menyesal) Maksudnya tanpa taubat dari dosa-dosa
(وَتَوَقُّعُ الْقُرْبِ) أَيْ اِنْتِظَارُ حُصُوْلِ الْمَرْتَبَةِ (مِنَ اللّٰهِ تَعَالى بِغَيْرِ طَاعَةٍ) بَلْ بِالتَّعْطِيْلِ (وَانْتِظَارُ زَرْعِ الْجَنَّةِ بِبَذْرِ النَّارِ) أَيْ اِنْتِظَارُ نَعِيْمِ الْجَنَّةِ بِفِعْلِ الْمَعَاصِي
(Dan mengharapkan kedekatan) Maksudnya menunggu hasilnya martabat (Dari Allah Ta'ala tanpa melakukan keta'atan) Bahkan dengan menganggur (Dan menunggu tanaman surga dengan menabur benih neraka) Maksudnya menunggu kenikmatan-kenikmatan surga dengan melakukan kemaksiatan.
(وَطَلَبُ دَارِ الْمُطِيْعِيْنَ بِالْمَعَاصِي) أَيْ طَلَبُ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ مِنْ غَيْرِ طَرِيقِهَا بَلْ بِمُخَالَفَةِ أَمْرِ اللّٰهِ تَعَالَى قَالَ تَعَالَى [اِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ]
(Dan mencari tempat orang-orang yang ta'at dengan kemaksiatan) Maksudnya menuntut masuk surga tanpa menempuh jalan menuju surga bahkan dengan menyelisihi perintah dari Allah Ta'ala. Allah ta'ala berfirman: [Sesungguhnya kalian hanya dibalas dengan sesuatu yang telah kalian kerjakan].
(وَانْتِظَارُ الْجَزَاءِ) بِالْخِصَالِ الَّتِي تُؤَدِّي إلَى الرَّاحَةِ (بِغَيْرِ عَمَلٍ) صَالِحٍ يُوْصِلُ إِلَى ذٰلِكَ
(Dan menunggu balasan) dengan perkara-perkara yang mendatangkan ketenangan (Tanpa beramal) Sholih yang bisa menyampaikan dia pada perkara itu
(وَالتَّمَنِّى عَلَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ مَعَ الِْافْرَاطِ) أَيْ مُجَاوَزَةِ حَدِّ الِاعْتِدَالِ (قَالَ الشَّاعِرُ) مِنْ بَحْرِ الْبَسِيْطِ:
(Dan berangan-angan kepada Allah Azza Wajalla serta melewati batas) Maksudnya melewati batas kewajaran (Telah berkata seorang penya'ir) Dari Bahar Basit:
اِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِى عَلَى الْيَبِسِ) | * | (يَرْجُو النَّجَاةَ وَلَا يَسْلُكْ مَسَالِكَهَا |
(Dia mengharapkan keselamatan sedangkan dia tidak mau menempuh jalan-jalan menuju keselamatan | * | Sesungguhnya perahu itu tidak akan melewat di atas daratan yang kering) |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 6 Maqolah 17
(و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةَ عَشْرَةَ ( قَالَ أَحْنَفُ بْنُ قَيْسٍ) رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى (حِيْنَ سُئِلَ مَا خَيْرُ مَا يُعْطَى الْعَبْدُ) قَالَ هُو(عَقْلٌ غَرِيْزِيٌ) أَى طَبِيْعِيٌ.
Maqolah yang ke tujuh belas: (Telah berkata Ahnaf Bin Qois) Rahimahullhahu Ta'ala (Ketika dia ditanya: Apa sebaik-baiknya anugrah yang diberikan kepada seorang hamba?) Ahnaf menjawab (Akal Ghorizi) Maksudnya watak.
رُوِيَ عَنِ النَّبِىِّ ﷺ أَنَّهُ قَال: [مَا اكْتَسَبَ الْمَرْءُ مِثْلَ عَقْلٍ يَهْدِى صَاحِبَهُ إلَى هُدًى أَوْ يَرَدُّهُ عَنْ رَدًى]
Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Tidaklah seseorang dapat berusaha seperti akal yang akan memnunjukkan kepada pemiliknnya petunjuk atau akan menolak kepada pemiliknya dari perkara yang buruk]
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ)أَى لَمْ يُوجَدِ الْعَقْلُ (قَالَ أَدَبٌ صَالِحٌ) وَهُوَ مَعْرِفَةُ مَا يَحْتَرِزُ بِهِ عَنْ جَمِيْعِ أَنْوَاعِ الْخَطَأِ
(Dikatakan maka jika tidak ada) Maksudnya jika tidak ditemukan akal (Maka Ahnaf menjawab: Adab yang sholih) Yaitu mengetahui sesuatu yang dapat menjaganya sebab perkara itu dari berbagai macam kesalahan.
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) أَى لَمْ يُوْجَدْ ذٰلِكَ الْأَدَبُ (قَالَ صَاحِبٌ مُوَفِّقٌ)
(Dikatakan maka jika tidak ada) Maksudnya jika tidak ditemukan adzab yang sholih itu (Maka Ahnaf menjawab: Sahabat yang setia)
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [رَأْسُ الْعَقْلِ بَعْدَ الْإِيْمَانِ التَّوَدُّدُ إلَى النَّاسِ وَمَا يَسْتَغْنِى رَجُلٌ عَنْ مَشُوْرَةٍ وَإِنَّ أَهْلَ الْمَعْرُوْفِ فَى الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمَعْرُوْفِ فِى الْآخِرَةِ وَأَهْلَ الْمُنْكَرِ فِى الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمُنْكَرِ فِى الْآخِرَةِ] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُ
Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Pangkalnya akal sesudah iman adalah sayang kepada manusia. Dan tidaklah seseorang kaya dari pepatah dan sesungguhnya orang yang ahli dalam kebaikan di dunia mereka adalah orang yang ahli dalam kebaikan di akhirat dan orang yang ahli munkar di dunia mereka adalah orang yang ahli munkar di akhirat]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) أَى لَمْ يُوْجَدْ ذٰلِكَ الصَّاحِبُ (قَالَ قَلْبٌ مُرَابِطٌ) أَى صَابِرٌ عَلَى أَذِيَّةِ الْخَلْقِ، رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَوْ كَانَ الْمُؤْمِنُ عَلَى قَصَبَةٍ فِى الْبَحْرِ لَقَيَّضَى اللّٰهُ لَهُ مَنْ يُؤْذِيْهِ] رَوَاهُ ابْنُ أَبِى شَيْبَةَ
(Dikatakan maka jika tidak ada)Maksudnya jika tidak ditemukan sahabat yang setia itu (Maka Ahnaf menjawab: Hati yang teguh) Maksudnya sabar terhadap gangguan makhluk. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Seandainya seorang mukmin berada di atas rakit bambu di lautan, niscaya Allah akan menyiapkan baginya seseorang yang akan mengganggunya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Abi Syaibah
Catatan!
Maksud dari kalimat "Niscaya Allah akan menyiapkan baginya seseorang yang akan mengganggunya" adalah Untuk melipat gandakan pahalanya dan menaikan derajatnya
(فَاِنْ لَمْ يَكُنْ)بِأَنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى الصَّبْرِ (قَالَ طُوْلُ الصُّمْتِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ [لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ حَقِيْقَةَ الْإِيْمَانِ حَتَّى يَخْزُنَ لِسَانَهُ] رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ،
(Maka jika tidak ada) Karena tidak mampu untuk bersabar (Maka Ahnaf menjawab: Panjangnya diam) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidak akan sampai seorang hamba pada hakikat keimanan sampai dia menjaga lisannya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Thobroni
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَال: [رَحِمَ اللّٰهُ مَنْ حَفِظَ لِسَانَهُ وَعَرَفَ زَمَانَهُ وَاسْتَقَامَتْ طَرِيقَتُهُ] رَوَاهُ أَبُو نُعَيْمٍ
Dan telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Allah merahmati orang yang menjaga lisannya dan mengetahui zamannya dan lurus jalannya] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu'aim
(قِيْلَ فَاِنْ لَمْ يَكُنْ) بِأَنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى الصَّمْتِ وَلَمْ يُوجَدْ مِنْهُ وَاحِدٌ مِنْ تِلْكَ الْخَمْسَةِ (قَالَ مَوْتٌ حَاضِرٌ) أَى مَوْتًا خَيْرٌ مِنْ حَيَاتِهِ.
(Dikatakan maka jika tidak ada) Karena dia tidak mampu untuk diam dan tidak ditemukan dalam dirinya satupun dari kelima perkara itu (Maka Ahnaf menjawab: Mati yang hadir) Maksudnya kematian itu lebih baik dibandingkan hidupnya.
Catatan!
Maksud dari pernyataan "kematian lebih baik dibandingkan hidupnya" adalah untuk menegaskan bahwa nilai kehidupan seseorang yang tidak menemukan satupun dari lima perkara tersebut dianggap kurang berharga dibandingkan kematian, namun bukan berarti dianjurkan untuk mengambil tindakan bunuh diri ketika tidak menemukan satupun dari lima perkara itu karena bunuh diri merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.
Kami menunggu kelanjutannya pada Bab 7 dst nya.jazakallohu Khoiron Amiin.
Bismillah, Izin mengCopy, untuk diajarkan dan diamalkan bersama para mta'allimin. semoga berkah dan berbuah Jannah. Aamiin
Aamiin. Silahkan semoga bermanfaat
Ahsantum.. Semoga berkah, ustadz...
Aamiin
Trimksh
Sama sama. Semoga bermanfaat