Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8
Nama kitab | : | Nashoihul Ibad, Terjemah kitab Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) |
Judul kitab | : | Nashaihul Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibnu Hajar Al-Asqallaani ( نصائح العباد فِى بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني) |
Versi ejaan | : | Nashoih Al-Ibad |
Mata Pelajaran | : | Tasawuf, Akhlaq |
Musonif | : | Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي) |
Nama Arab | : | محمد نووي بن عمر الجاوي |
Lahir | : | 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M |
Guru | : | 1. Khatib asy-Syambasi 2. Abdul Ghani Bima 3. Ahmad Dimyati 4. Zaini Dahlan 5. Muhammad Khatib 6. KH. Sahal al-Bantani 7. Sayyid Ahmad Nahrawi 8. Zainuddin Aceh |
Santri | : | 1. KH. Hasyim Asyari 2. KH. Ahmad Dahlan 3. KH. Khalil Bangkalan 4. KH. Asnawi Kudus 5. KH. Mas Abdurrahman 6. KH. Hasan Genggong 7. Sayid Ali bin Ali al-Habsy |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8
بَابُ الثُّمَانِيِّ
وَفِيْهِ خَمْسُ مَوَاعِظَ، وَاحِدٌ خَبَرٌ وَالْبَاقِى آثَارٌ.
Dalam bab ini ada lima nasihat, satu hadits dan sisanya atsar.
Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 1
اَلْمَقَالَةُ الْأُوْلَى (قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [ثَمَانِيةُ أَشْيَاءَ لَا تَشْبَعُ مِنْ ثَمَانِيَةٍ: اَلْعَيْنُ مِنَ النَّظَرِ، وَالْأَرْضُ مِنَ الْمَطَرِ، وَالْأُنْثَى مِنَ الذَّكَرِ، وَالْعَالِمُ مِنَ الْعِلْمِ)
Maqolah yang pertama (Telah bersabda Nabi Alaihis Salam: [Delapan perkara tidak akan merasa puas delapan perkara itu dari delapan perkara: Mata dari melihat dan bumi dari hujan dan wanita dari lelaki dan orang yang alim dari ilmu)
فَالشُّرُوْطُ الَّتِيْ يَتَوَفَّرُ بِهَا عِلْمُ الطَّالِبِ تِسْعَةٌ:
Maka syarat-syarat yang akan memenuhi dengannya ilmu seorang pelajar ada sembilan
أَحَدُهَا: اَلْعَقْلُ الَّذِيْ يُدْرِكُ بِهِ حَقَائِقَ الْأَشْيَاءِ. وَالثَّانِى: اَلْفَطَنَةُ الَّتِيْ يَتَصَوَّرُ بِهَا غَوَامِضَ الْعُلُوْمِ.
Yang pertama dari sembilan itu: Adalah akal yang bisa menangkap dengan akal itu hakikat segala sesuatu. Dan yang kedua: Adalah kecerdasan yang bisa menggambarkan dengan kecerdasan itu hal-hal yang tertutup dari ilmu pengetahuan
وَالثَّالِثُ: اَلذَّكَاءُ الَّذِيْ يَسْتَقِرُّ بِهِ حِفْظُ مَا يَتَصَوَّرُ وَفَهْمُ مَا عَلِمَهُ. وَالرَّابِعُ: اَلشَّهْوَةُ الَّتِيْ يَدُوْمُ بِهَا الطَّلَبُ وَلَا يَسْرَعُ إِلَيْهَا الْمَلَلُ.
Dan yang ketiga: Adalah kecerdasan yang dapat menetapkan dengannya perkara yang dia gambarkan dan memahami perkara yang telah ia ketahui. Dan yang keempat: Adalah keinginan kuat yang terus menerus dengan keinginan itu mencari ilmu dan tidak akan cepat karena keinginan itu merasa bosan.
وَالْخَامِسُ: اَلْاِكْتِفَاءُ بِمَادَّةٍ تُغْنِيْهِ عَنْ كُلَفِ الطَّلَبِ. وَالسَّادِسُ: اَلْفَرَاغُ الَّذِيْ يَكُوْنُ مَعَهُ التَّوَفُّرُ وَيَحْصُلُ بِهِ الْاِسْتِكْثَارُ.
Dan yang kelima: Adalah cukup dengan materi yang dapat mencukupi dia dari beban-beban mencari ilmu. Dan yang keenam: Adalah waktu luang yang ada serta waktu luang tersebut terpenuhinya ilmu dan akan bisa hasil dengan waktu luang tersebut banyak-banyak mencari ilmu
وَالسَّابِعُ: عَدَمُ الْقَوَاطِعِ الْمُذْهِلَةِ مِنْ هُمُوْمٍ وَأَمْرَاضٍ. وَالثَّامِنُ: طُوْلُ الْعُمُرِ وَاتِّسَاعُ الْمُدَّةِ لِيَنْتَهِى بِالْاِسْتِكْثَارِ إِلَى مَرَاتِبِ الْكَمَالِ.
Dan yang ketujuh: Adalah tidak ada penghalang-penghalang yang mengejutkan dari berbagai kesedihan dan berbagai penyakit. Dan yang kedelapan: Adalah panjang umur dan luasnya waktu agar dia bisa sampai dengan banyak mencari ilmu menuju berbagai tingkat kesempurnaan.
وَالتَّاسِعُ: اَلظَّفَرُ بِعَالِمٍ سَمَحَ بِعِلْمِهِ مُتَأَنٍّ فِى تَعْلِيْمِهِ. فَإِذَا اسْتَكْمَلَ هٰذِهِ الشُّرُوْطَ التِّسْعَةَ فَهُوَ أَسْعَدُ طَالِبٍ وَأَنْجَحُ مُتَعَلِّمٍ.
Dan yang kesembilan: Adalah mendapatkan orang berilmu yang dermawan dengan ilmunya dan pelan-pelan dalam mengajar. Maka apabila seseorang telah menyempurnakan sembilan syarat ini, dia adalah pelajar yang paling beruntung dan murid yang paling sukses.
وَقَدْ قَالَ الْإِسْكَنْْدَرُ: يَحْتَاجُ طَالِبُ الْعِلْمِ إِلَى أَرْبَعٍ: مُدَّةٍ وَجَدَّةٍ وَقَرِيْحَةٍ وَشَهْوَةٍ وَتَمَامُهَا فِى الْخَامِسَةِ مُعَلِّمٌ نَاصِحٌ.
Dan sungguh Iskandar telah berkata: Seorang penuntut ilmu membutuhkan empat perkara: Waktu, dan bekal dan kecerdasan dan keinginan dan kesempurnaan empat perkara itu ada pada yang kelima yaitu guru yang memberi nasihat.
(وَالسَّائِلُ مِنَ الْمَسْأَلَةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ فَتَحَ بَابَ مَسْأَلَةٍ فَتَحَ اللّٰهُ لَهُ بَابَ فَقْرٍ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ فَتَحَ بَابَ عَطِيَّةٍ اِبْتِغَاءً لِوَجْهِ اللّٰهِ تَعَالَى أَعْطَاهُ اللّٰهُ خَيْرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ]. رَوَاهُ ابْنُ جَرِیْرِ.
(Dan seorang pengemis dari mengemis) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang membuka pintu pengemisan maka pasti Allah akan membuka baginya pintu kemiskinan di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang membuka pintu pemberian karena mengharap ridho Allah maka pasti Allah akan memberi kepadanya kebaikan di dunia dan di akhirat]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Jarir.
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قال: [مَا فَتَحَ رَجُلٌ عَلَى نَفْسِهِ بَابَ مَسْأَلَةٍ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلَّا فَتَحَ اللهُ عَلَيهِ بَابَ فَقْرٍ لِأَنَّ العِفَّةَ خَيْرٌ]. رَوَاهُ ابْنُ جَرِيْرِ.
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah seseorang membuka atas dirinya sendiri pada pintu mengemis yang dia meminta kepada manusia melainkan Allah akan membukakan atas orang tersebut pintu kefakiran karena sesungguhnya pantang itu lebih baik]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Jarir
(وَالْحَرِيْصُ) عَلَى الدُّنْيَا أَيْ اَلْمُجْتَهِدُ فِى طَلَبِهَا فَإِنَّهُ لَا يَشْبَعُ (مِنَ الْجَمْعِ) لَهَا. وَالدُّنْيَا عَلَى ثَلَاثِ طَبَقَاتٍ: فَدُنْيَا فِيْهَا الثَّوَابُ وَأُخْرَى فِيْهَا الْحِسَابُ وَثَالِثَةٌ فِيْهَا الْعَذَابُ،
(Dan orang yang rakus) Terhadap dunia maksudnya orang yang berusaha keras dalam mencari dunia karena sesungguhnya orang yang rakus tidak akan merasa kenyang (Dari mengumpulkan) Dunia. Dunia itu terdiri dari tiga tingkatan: Dunia yang di dalamnya pahala dan dunia yang lain yang di dalamnya hisab dan yang ketiga dunia yang di dalamnya adab
فَأَمَّا الَّتِيْ فِيْهَا الثَّوَابُ فَهِيَ الَّتِيْ تَصِلُ بِوَاسِطَتِهَا إِلَى الْخَيْرِ وَتَنْجُوْ بِهَا مِنَ الشَّرِّ وَهِيَ عَطِيَّةُ الْمُؤْمِنِ وَمَزْرَعَةُ الْآخِرَةِ وَهِيَ اَلْكَفَافُ مِنَ الْحَلَالِ،
Adapun dunia yang di dalamnya pahala merupakan dunia yang engkau akan sampai dengan perantaranya pada kebaikan dan engkau akan selamat dengan perantaranya dari keburukan. Dunia yang di dalamnya pahala adalah karunia bagi orang mu'min dan merupakan ladang akhirat dan dunia tersebut adalah kecukupan dari yang halal.
وَأَمَّا الَّتِيْ فِيْهَا الْحِسَابُ الطَّوِيْلُ فَهِيَ الَّتِيْ لَا تَشْتَغِلُ بِسَبَبِهَا عَنْ أَدَاءِ مَأْمُوْرٍ وَلَا تَرْتَكِبُ فِى طَلَبِهَا أَمْرًا مَحْظُوْرًا،
Dan adapun dunia yang di dalamnya hisab yang panjang adalah dunia yang engkau tidak sibuk dengan sebab dunia tersebut dari menunaikan perintah dan engkau tidak melakukan dalam mencari dunia pada perkara yang dilarang
وَأَمَّا الَّتِيْ فِيْهَا الْعَذَابُ فَهِيَ الَّتِيْ تَقْطَعُ عَنْ أَدَاءِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَتُوْقِعُ فِى ارْتِكَابِ الْمَحْظُوْرَاتِ.
Dan adapun dunia yang di dalamnya siksa adalah dunia yang membuatmu terputus dari menunaikan perintah-perintah agama dan menjerumuskanmu dalam melakukan perkara-perkara yang dilarang
وَاعْلَمْ أَنَّ طُلَّابَ الدُّنْيَا عَلَى أَنْوَاعٍ: فَمِنْهُمْ مَنْ يَطْلُبُهَا عَلَى نِيَّةِ صِلَةِ الْأَقْْرَبِيْنَ وَمُوَاسَاةِ الْمُقِلِّيْنَ وَهٰذَا يُعَدُّ مِنَ الْأَسْخِيَاءِ وَلَهُ ثَوَابٌ إِنْ وَافَقَ عَمَلُهُ نِيَّتَهُ وَلٰكِنَّهُ لَا حِكْمَةَ عِنْدَهُ لِأَنَّ الْحَكِيْمَ لَا يَطْلُبُ أَمْرًا لَا يَدْرِى مَاذَا يَكُوْنُ الْحَالُ عِنْدَ حُصُوْلِهِ،
Dan ketahuilah olehmu sesungguhnya orang-orang yang mengejar dunia itu bermacam-macam: Sebagian dari mereka adalah orang yang mengejar dunia atas niat berhubungan dengan para kerabat dan atas niat menolong orang-orang miskin. Ini dianggap dari golongan orang-orang yang dermawan dan baginya pahala jika sesuai amalnya dengan niatnya. Akan tetapi tidak ada kebijaksanaan di sisi orang itu karena sesungguhnya orang yang bijak sana tidak akan mencari sesuatu yang dia tidak tahu akan bagaimana jadinya keadaan ketika hasil sesuatu itu
وَمِنْهُمْ مَنْ يَطْلُبُهَا بِنِيَّةِ نَيْلِ الشَّهَوَاتِ وَنِيَّةِ التَّمَتُّعِ بِاللَّذَّاتِ وَهٰذَا يُعَدُّ فِى جُمْلَةِ الْبَهَائِمِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَطْلُبُهَا لِيُفَاخِرَ بِهَا وَيُكَاثِرَ بِهَا وَيُبَاهِيَ بِهَا وَهٰذَا مَعْدُوْدٌ مِنَ الْحَمْقَى الْمَغْرُوْرِيْنَ بَلْ مِنَ الْهَالِكِيْنَ. (وَالْبَحْرُ مِنْ الْمَاءِ، وَالنَّارُ مِنْ الْحَطَبِ].).
Dan sebagian dari mereka adalah orang yang mencari dunia dengan niat memperoleh syahwat dan dengan niat bersenang-senang dengan berbagai kenikmatan dan ini dianggap dalam golongan hewan. Dan sebagian dari mereka adalah orang yang mengejar dunia untuk berbangga-bangga dengan dunia dan untuk memperbanyak harta dengan dunia dan untuk pamer dengan dunia dan ini dianggap dari golongan orang-orang bodoh yang tertipu bahkan dari golongan orang-orang yang celaka. (Dan lautan dari air. Dan api dari kayu bakar])
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 2
(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةُ (قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ هُنَّ زِينَةٌ لِثَمَانِيَةِ أَشْيَاءَ: اَلْعَفَافُ) بِفَتْحِ الْعَيْنِ أَيْ اَلْاِمْتِنَاعُ عَنِ الْمَسْأَلَةِ (زِيْنَةُ الْفَقْرِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ:[تُحْفَةُ الْمُؤْمِنِ فِى الدُّنْيَا الْفَقْرُ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
Maqolah yang kedua (Telah berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu: Delapan perkara ini adalah perhiasan untuk delapan perkara: Menjaga diri dari mengemis) Lafadz العفاف dengan memfathahkan huru ع maksudnya menahan diri dari meminta (Adalah perhiasan bagi kemiskinan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Hadiah orang mukmin di dunia adalah kemiskinan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَالشُّكْرُ زِيْنَةُ النِّعْمَةِ) وَهُوَ سَبَبٌ لِإِبْقَاءِ النِّعَمِ الْمَوْجُوْدَةِ وَوَسِيلَةٌ إِلَى حُصُولِ النِّعَمِ الْمَفْقُوْدَةِ
(Dan rasa syukur adalah perhiasan bagi kenikmatan) Syukur adalah sebab untuk mempertahankan berbagai kenikmatan yang ada dan syukur menjadi perantara menuju hasilnya berbagai kenikmatan yang hilang.
(وَالصَّبْرُ زِينَةُ الْبَلَاءِ) رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ:[اَلصَّبْرُ سَتْرٌ مِنَ الْكُرُوْبِ وَعَوْنٌ عَلَى الْخُطُوْبِ] وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ: الصَّبْرُ مَطِيَّةٌ لَا تَكْبُوْ وَالْقَنَاعَةُ سَيْفٌ لَا يَنْبُوْ.
(Dan sabar adalah perhiasan bagi hasab) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sabar adalah penutup dari kesusahan dan pertolongan dalam menghadapi kesulitan]. Dan Telah berkata Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah: Sabar adalah tunggangan yang tidak pernah tersandung dan qona'ah adalah pedang yang tidak pernah tumpul
(وَالتَّوَاضُعُ زِيْنَةُ الْحَسَبِ) وَهُوَ مَا يَعُدُّهُ الْإِنْسَانُ مِنْ مَفَاخِرِ آبَائِهِ أَوْ مِنْ مَنَاقِبِ نَفْسِهِ مِنْ دِيْنِهِ وَمَالِهِ وَجُوْدِهِ وَشَجَاعَتِهِ، فَمِنْ أَمَارَاتِ التَّوَاضُعِ حُبُّ الْخُمُوْلِ وَقَبُوْلُ الْحَقِّ مِمَّنْ جَاءَ بِهِ مِنْ شَرِيْفٍ أَوْ وَضِيْعٍ
(Dan tawadu adalah perhiasan bagi hasab) Hasab adalah sesuatu yang manusia menganggapnya sebagai kebanggaan dari leluhurnya atau dari prestasi dirinya sendiri dari agamanya dan dari hartanya dan dari kemurahan hatinya dan dari keberaniannya. Dari sebagian tanda-tanda tawadu adalah cinta terhadap tidak terkenal dan menerima kebenaran dari orang yang datang dengannya dari orang yang mulia maupun orang yang rendah.
(وَالْحِلْمُ زِينَةُ الْعِلْمِ) رُوِيَ [أَنَّهُ كَلَمَتْ رَسُوْلَ اللّٰهِ جَارِيَةٌ مِنَ السَّبْيِ فَقَالَ لَهَا: مَنْ أَنْتِ ؟ فَقَالَتْ: بِنْتُ الرَّجُلِ الْجَوَادِ حَاتِمٍ، فَقَالَ ﷺ: اِرْحَمُوْا عَزِيْزَ قَوْمٍ ذَلَّ ارْحَمُوْا غَنِيًّا اِفْتَقَرَ، اِرْحَمُوْا عَالِمًا ضَاعَ بَيْنَ الْجُهَّالِ].
(Dan kemurahan hati adalah perhiasan bagi ilmu) Diriwayatkan [Sesungguhnya telah berbicara kepada Rasulullah seorang budak perempuan dari sebagian tawanan perang kemudian Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya: Siapa kamu ? Kemudian budak itu berkata: Saya adalah putri dari seorang lelaki yang sangat dermawan, Hatim. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: Sayangilah oleh kalian orang yang mulia dari suatu kaum yang menjadi rendah. Sayangilah oleh kalian orang kaya yang jatuh miskin. Sayangilah oleh kalian orang alim yang tersesat di antara orang-orang bodoh].
(وَالتَّذَلُّلُ زِيْنَةُ الْمُتَعَلِّمِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ خَرَجَ يُرِيْدُ عِلْمًا يَتَعَلَّمُهُ فَتَحَ اللّٰهُ لَهُ بَابًا إلَى الْجَنَّةِ وَفَرَشَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ أَكْنَافَهَا وَصَلَّتْ عَلَيْهِ مَلَائِكَةُ السَّمَاوَاتِ وَحِيْتَانُ الْبَحْرِ] رَوَاهُ أَبُوْ يَعْلَى.
(Dan kerendahan hati adalah perhiasan bagi penuntut ilmu) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang keluar mencari ilmu yang dia ingin mempelajarinya, Maka pasti Allah akan membukakan baginya pintu menuju surga, dan akan menghamparkan untuknya para malaikat dengan sayap-sayapnya, dan pasti akan mendoakan kepadanya para malaikat langit dan hewan-hewan lautan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Ya'la
(وَتَرْكُ الْمِنَّةِ) أَيْ تَرْكُ تِعْدَادِ الصَّنَائِعِ (زِيْنَةُ الْإِحْسَانِ) أَيْ فِعْلُ الْحَسَنِ
(Dan meninggalkan sikap merasa berjasa) Maksudnya meninggalkan kebiasaan menghitung-hitung perbuatan baik (Adalah perhiasan bagi kebaikan) Maksudnya perbuatan baik.
(وَالْخُشُوْعُ) وَهُوَ الْخَوْفُ الدَّائِمُ فِى الْقَلْبِ (زِيْنَةُ الصَّلَاةِ).
(Dan khusyu) Yaitu rasa takut yang terus-menerus dalam hati (Adalah perhiasan bagi sholat).
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 3
(و) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةُ (قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: مَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ الْكَلَامِ مُنِحَ الْحِكْمَةَ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَا تَدْخُلُ حَلَاوَةُ الْإِيمَانِ قَلْبَ امْرِئٍ حَتَّى يَتْرُكَ بَعْضَ الْحَدِيثِ خَوْفَ الْكَذِبِ وَإِنْ كَانَ صَادِقًا، وَيَتْرُكَ بَعْضَ الْمِرَاءِ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا] رَوَاهُ الدَّيْلِمِيُّ.
Maqolah yang ketiga (Telah berkata Umar Radhiallahu Anhu: Barang siapa meninggalkan perkataan yang tidak berguna maka pasti diberi kebijaksanaan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidak akan masuk kenikmatan iman pada hati seseorang hingga dia meninggalkan sebagian pembicaraan karena takut berbohong walaupun adanya pembicaraan itu adalah benar dan meninggalkan sebagian debat meskipun adanya dia adalah sebagai orang yang benar]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَمَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ النَّظَرِ مُنِحَ خُشُوْعَ الْقَلْبِ) وَمِنْ عَلَامَاتِ الْخُشُوْعِ أَنَّ الْعَبْدَ إذَا غَضِبَ أَوْ خُوْلِفَ أَوْ رُدَّ عَلَيْهِ اِسْتَقْبَلَ ذٰلِكَ بِالْقَبُوْلِ
(Dan barang siapa yang meninggalkan pandangan yang tidak berguna maka pasti diberi kekhusyuan hati) Dan sebagian dari tanda-tanda kekhusyuan sesungguhnya seorang hamba ketika dia marah atau ditentang atau ditolak atas dirinya maka dia menyambut hal itu dengan penerimaan.
(وَمَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ الطَّعَامِ مُنِحَ لَذَّةَ الْعِبَادَةِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَنْ صَبَرَ عَلَى الْقُوْتِ الشَّدِيْدِ صَبْرًا جَمِيلًا أَسْكَنَهُ اللّٰهُ مِنَ الْفِرْدَوْسِ حَيْثُ شَاءَ] رَوَاهُ أَبُو الشَّيْخِ.
(Dan barang siapa meninggalkan makanan-makanan yang lebih dari keperluan maka dia akan diberi kelezatan ibadah) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Barang siapa yang sabar atas makanan yang keras dengan kesabaran yang indah maka pasti Allah akan menempatkannya di surga Firdaus sesuai kehendaknya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Syeikh
وَرُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [أَيُّمَا امْرِئٍ اِشْتَهَى شَهْوَةً فَرَدَّ شَهْوَتَهُ وَآثَرَ عَلَى نَفْسِهِ غُفِرَ لَهُ]. رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ
Dan diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Siapa saja orang yang menginginkan suatu keinginan kemudian dia meolak keinginannya dan mengalah pada dirinya maka pasti dia akan diampuni]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Daruqutni
(وَمَنْ تَرَكَ فُضُوْلَ الضَّحِكِ مُنِحَ الْهَيْبَةَ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ الْعَبْدَ لَيَقُوْلُ الْكَلِمَةَ لَا يَقُوْلُهَا إِلَّا لِيُضْحِكَ بِهَا النَّاسَ يَهْوِى أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَإِنَّهُ لَيَزِلَّ عَنْ لِسَانِهِ أَشَدَّ مِمًّا يَزِلُّ عَنْ قَدَمَيْهِ] رَوَاهُ الْخَرَائِطِىُّ.
(Dan barang siapa yang meninggalkan berlebihan dalam tertawa maka pasti dia akan diberikan wibawa) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan sebuah kata yang dia tidak mengucapkannya kecuali untuk menjadikan manusia tertawa dengan kalimat itu dengan keinginannya maka dia jauh dari jarak antara langit dan bumi dan sungguh, tergelincir karena lisannya itu lebih berbahaya dari pada tergelincir karena kakinya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Kharaithi
(وَمَنْ تَرَكَ الْمِزَاحَ مُنِحَ الْبَهَاءَ) أَيْ حَسُنَ الْهَيْبَةَ. رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [الصَّمْتُ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ مَنْ مَزِحَ اُسْتُخِفَّ بِهِ] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan barang siapa yang meninggalkan bercanda maka pasti dia akan diberikan keanggunan) Maksudnya keindahan wibawa. Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Diama adalah pemimpin akhlak barang siapa yang suka bercanda maka dia akan diremehkan karenanya]. Telah meriwayatkan pada hadit ini Imam Ad-Dailami
فَالْعَاقِلُ يَتَوَخَّى بِمِزَاحِهِ إحْدَى حَالَتَيْنِ: إحْدَاهُمَا إيْنَاسُ الْمُصَاحِبِيْنَ وَالتَّوَدُّدُ إلَى الْمُخَالِطِيْنَ. وَالثَّانِيَةُ: أَنْ يُنْفَى بِالْمِزَاحِ مَا طَرَأَ عَلَيْهِ مِنْ سَأْمٍ وَمَا حَدَثَ بِهِ مِنْ هَمٍّ.
Orang yang berakal akan menyengaja dengan candaannya pada salah satu dari dua keadaan: Salah satu dari keduanya adalah menghibur para sahabat dan menunjukkan kasih sayang kepada orang-orang yang digauli. Yang kedua adalah dihilangkannya dengan sebab candaan perkara yang muncul kepadanya dari kebosanan dan perkara yang muncul padanya dari kesedihan.
(وَمَنْ تَرَكَ حُبَّ الدُّنْيَا مُنِحَ حُبَّ الْآخِرَةِ) فَإِنَّ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ طَالِبَتَانِ وَمَطْلُوبَتَانِ فَطَالِبُ الْآخِرَةِ تَطْلُبُهُ الدُّنْيَا حَتَّى يَسْتَوْفِيَ رِزْقًهُ وَطَالِبُ الدُّنْيَا تَطْلُبُهُ الْآخِرَةُ حَتَّى يَأْخُذَ الْمَوْتُ بِعُنُقِهِ
(Dan barang siapa meninggalkan cinta dunia maka pasti dia akan diberikan cinta akhirat) Karena sesungguhnya dunia dan akhirat keduanya pencari dan keduanya dicari. Orang yang mencari akhirat akan mencari kepadanya dunia hingga tercukupi rizkinya dan orang yang mencari dunia akan mencari kepadanya akhirat hingga kematian mengambil lehernya.
(وَمَنْ تَرَكَ الْاِشْتِغَالَ بِعُيُوْبِ غَيْرِهِ مُنِحَ الْإِصْلَاحَ بِعُيُوْبِ نَفْسِهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [سِتَّةُ أَشْيَاءَ تُحْبِطُ الْأَعْمَالَ: الْإِشْتِغَالُ بِعُيُوْبِ الْخَلْقِ وَقَسْوَةُ الْقَلْبِ وَحُبُّ الدُّنْيَا وَقِلَّةُ الْحَيَاءِ وَطُوْلُ الْأَمَلِ وَظُلْمٌ لَا يَنْتَهِى] رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ.
(Dan barang siapa yang meninggalkan kesibukan dengan aib-aib orang lain maka pasti dia akan diberi kemampuan memperbaiki aib dirinya sendiri) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Enam perkara yang dapat menggugurkan berbagai amal: Sibuk dengan aib-aib makhluk dan keras hati dan cinta dunia dan sedikit rasa malu dan panjang angan-angan dan kedzoliman yang tiada henti]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Dailami
(وَمَنْ تَرَكَ التَّجَسُّسَ فِى كَيْفِيَّةِ اللّٰهِ تَعَالَى مُنِحَ الْبَرَاءَةَ مِنَ النِّفَاقِ) أَيْ نِفَاقِ الْاِعْتِقَادِ، قَوْلُهُ: مُنِحَ بِالْبِنَاءِ لِلْمَجْهُوْلِ بِمَعْنَى أُعْطِيَ وَنَائِبُ فَاعِلِهِ هُوَ الْمَفْعُوْلُ الْأَوَّلُ وَمَا بَعْدَهُ هُوَ الْمَفْعُوْلُ الثَّانِى.
(Dan barang siapa meninggalkan mencari kesalahan dalam kaifiyah Allah maka pasti dia akan diberi kebebasan dari sifat munafik) Maksudnya munafik dalam keyakinan. Perkataan Umar Radhiallahu Anhu: Lafadz مُنِحَ dengan bina majhul dengan ma'na أُعْطِيَ dan naibul pailnya yaitu maf'ul pertama dan lafadz sesudahnya yaitu maf'ul kedua.
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 4
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: عَلَامَةُ الْعَارِفِيْنَ ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ: قَلْبُهُ) أَيْ الْعَارِفُ (مَعَ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ)
Maqolah yang ke empat (Dari Utsman Radhiallahu Anhu sesungguhnya dia berkata: Tanda-tanda orang-orang yang ma'rifat itu ada delapan perkara: Hatinya) Maksudnya hati orang ma'rifat (Itu disertai rasa khouf dan roja)
وَأَصْلُ الْخَوْفِ مَعْرِفَةُ الْقَلْبِ بِجَلَالِ اللّٰهِ تَعَالَى وَقَهْرِهِ وَغِنَاهُ عَنْ جَمَيْعِ خَلْقِهِ وَشَدِيْدِ عِقَابِهِ لِمَنْ عَصَاهُ فَنَشَأَ مِنْ هٰذِهِ الْمَعْرِفَةِ حَالَةُ وَجَلٍ تُسَمَّى الْخَوْفَ وَثَمْرَتُهُ الْمَقْصُودَةُ مِنْهُ تَرْكُ الْمَعَاصِى،
Dan asal dari rasa khouf adalah mengertinya hati tentang keagungan Allah Ta'ala dan mengertinya hati tentang kekuasaan Allah dan mengertinya hati tentang tidak butuhnya Allah dari semua makhluknya dan mengertinya hati tentang kerasnya siksaan dari Allah kepada orang yang durhaka kepadanya sehingga muncul dari pengetahuan ini suatu keadaan takut yang diberi nama khouf dan buahnya khouf yang diharapkan darinya adalah meninggalkan kemaksiatan
وَأَصْلُ الرَّجَاءِ مَعْرِفَةُ الْقَلْبِ سَعَةَ رَحْمَةِ اللّٰهِ وَعَظِيْمَ فَضْلِهِ وَجَمِيْلَ وَعْدِهِ لِمَنْ أَطَاعَهُ فَيَنْشَأُ مِنْ هٰذِهِ الْمَعْرِفَةِ حَالَةُ فَرَحٍ تُسَمَّى الرَّجَاءَ وَثَمْرَتُهُ الْمَقْصُودَةُ مِنْهُ الْمُسَارَعَةُ فِى الْخَيْرَاتِ.
Dan asal dari rasa roja adalah mengertinya hati tentang luasnya rahmat Allah dan mengertinya hati tentang agungnya anugrah dari Allah dan mengertinya hati tentang indahnya janji Allah untuk orang-orang yang taat kepadanya sehingga muncul dari pengetahuan ini suatu keadaan bahagia yang diberi nama raja dan buahnya raja yang diharapkan darinya adalah bersegera dalam berbagai kebaikan.
رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا اجْتَمَعَ الرَّجَاءُ وَالْخَوْفُ فِى قَلْبِ مُؤْمِنٍ إلَّا أَعْطَاهُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ الرَّجَاءَ وَأَمَّنَهُ مِنَ الْخَوْفِ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ.
Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah berkumpul sifat raja dan khouf di dalam hati seorang mu'min melainkan Allah Azza Wajalla pasti akan memberikan kepadanya harapan dan memberikan rasa aman kepadanya dari rasa takut]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni
(وَلِسَانُهُ مَعَ الْحَمْدِ وَالثَّنَاءِ) عَلَى اللَّهِ تَعَالَى (وَعَيْنَاهُ مَعَ الْحَيَاءِ وَالْبُكَاءِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [لَوْ أَنَّ بُكَاءَ دَاوُدَ وَبُكَاءَ أَهْلِ الْأَرْضِ يَعْدِلُ بُكَاءَ آدَمَ مَا عَدَلَهُ] رَوَاهُ ابْنُ عَسَاكِرَ.
(Dan lisan orang ma'rifat itu disertai memuji dan menyanjung) Kepada Allah Ta'ala (Dan kedua mata orang ma'rifat itu disertai rasa malu dan tangisan) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Andai sesungguhnya tangisan Nabi Daud dan tangisan penduduk bumi membandingi keduanya pada tangisan Nabi Adam maka tidak akan bisa membandingi tangisan keduanya pada tangisan Nabi Adam] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Asakir
(وَإِرَادَتُهُ) أَيْ الْعَارِفُ (مَعَ التَّرْكِ وَالرِّضَا) أَيْ مَعَ تَرْكِ إرَادَةِ نَفْسِهِ وَمَعَ الرِّضَا لِإِرَادَتِهِ تَعَالَى لِنَفْسِ الْعَارِفِ فَالْعَارِفُ مُرَادٌ لَا مُرِيْدٌ (يَعْنِى) بِذٰلِكَ (تَرْكَ الدُّنْيَا وَطَلَبَ رِضَا مَوْلَاهُ).
(Dan kehendaknya) Maksudnya orang ma'rifat (Itu disertai meninggalkan dan ridho) Maksudnya disertai meninggalkan keinginan dirinya sendiri dan disertai ridho pada kehendak Allah Ta'ala untuk diri orang yang ma'rifat. Maka orang yang ma'rifat itu dikehendaki bukan menghendaki (Utsman Radhiallahu Anhu bermaksud) Dengan ucapan itu (Meninggalkan dunia dan mencari ridho tuhannya)
[nextpage]Terjemah Kitab Nashoihul Ibad Bab 8 Maqolah 5
(وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ (لَا خَيْرَ فِى صَلَاةٍ لَا خُشُوْعَ فِيْهَا) فَالْخُشُوْعُ فِى جُزْءٍ مِنَ الصَّلَاةِ وَاجِبٍ لَيْسَ بِشَرْطٍ كَمَا قَالَهُ شَيْخُنَا أَحْمَدُ النَّحْرَاوِيُّ.
Maqolah yang kelima (Dari Ali Radhiallahu Anhu) Wakarrama Wajhahu (Tidak ada kebaikan dalam sholat yang tidak ada khusyu di dalamnya) Khusyu pada bagian dari sholat wajib bukan termasuk syarat sebagaimana telah berkata pada ucapan itu Syekh Ahmad An-Nahrawi.
أَوْحَى اللّٰهُ إلَى بَعْضِ أَنْبِيَائِهِ: [عَبْدِيْ هَبْ لِيْ مِنْ عَيْنِكَ الدُّمُوْعَ وَمِنْ قَلْبِكَ الْخُشُوْعَ ثُمَّ ادْعُ فَإِنِّيْ أَسْتَجِيْبُ لَكَ وَأَنَا الْقَرِيْبُ الْمُجِيْبُ.]
Allah telah mewahyukan kepada sebagian dari Nabi-Nabinya: [Hambaku berikanlah kepadaku dari kedua matamu air mata dan dari hatimu khusyu kemudian berdoalah karena sesungguhnya aku akan mengabulkan untuk mu dan aku adalah yang maha dekat, maha mengabulkan].
(وَلَا خَيْرَ فِى صَوْمٍ لَا امْتِنَاعَ فِيْهِ عَنِ اللَّغْوِ) أَيْ الْكَلَامِ الَّذِيْ لَا فَائِدَةَ فِيْهِ
(Dan tidak ada kebaikan dalam puasa yang tidak mencegah di dalamnya dari perbuatan yang sia-sia) Maksudnya perkataan yang tidak ada manfaat di dalamnya
(وَلَا خَيْرَ فِى قِرَاءَةٍ) لِلْقُرْآنِ (لَا تَدَبُّرَ فِيْهَا) أَيْ لَا نَظَرَ فِى أَحْكَامِهَا
(Dan tidak ada kebaikan di dalam membaca) Al-Qur'an (Yang tidak ada tadabbur di dalamnya) Maksudnya tidak memperhatikan pada hukum-hukumnya
(وَلَا خَيْرَ فِى عِلْمٍ لَا وَرَعَ) عَنِ الشُّبُهَاتِ وَالْمُحَرَّمَاتِ (فِيْهِ) أَيْ مَعَ الْعِلْمِ.
(Tidak ada kebaikan dalam ilmu yang tidak ada wara') Dari perkara-perkara syubhat dan perkara-perkara yang diharamkan (Di dalamnya) Maksudnya disertai ilmu
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: [مَنِ اتَّقٰى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبَرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ]
Telah bersabda Nabi ﷺ: [Barang siapa menghindari perkara-perkara syubhat maka benar-benar dia telah membersihkan agamanya dan kehormatannya dan barang siapa terjerumus dalam perkara-perkara syubhat maka dia terjerumus dalam perkara-perkara haram].
(وَلَا خَيْرَ فِى مَالٍ لَا سَخَاوَةَ فِيْهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [مَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ عَطِيَّةٍ بِصَدَقَةٍ أَوْ صِلَةٍ إلَّا زَادَهُ اللّٰهُ بِهَا كَثْرَةً، وَمَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ يُرِيْدُ بِهَا كَثْرَةً إلَّا زَادَهُ اللّٰهُ بِهَا قِلَّةً] رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ.
(Dan tidak ada kebaikan dalam harta yang tidak ada kedermawanan di dalamnya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Tidaklah membuka seseorang pada pintu memberi dengan bersedekah atau dengan bersilatur rahmi melainkan Allah akan menambah kepadanya dengan sebab sedekah atau silaturahmi itu kemakmuran dan tidaklah membuka seseorang pada pintu mengemis yang dia ingin dengan sebab mengemis itu menjadi makmur melainkan Allah akan menambah kepadanya dengan sebab mengemis itu ketidak cukupan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi
(وَلَا خَيْرَ فِى أُخُوَّةٍ لَا حِفْظَ فِيْهَا) رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [عَلَيْكُمْ بِإِخْوَانِ الصَّفَا فَإِنَّهُمْ زِيْنَةٌ فِى الرَّخَاءِ وَعَضْمَةٌ فِى الْبَلَاءِ].
(Dan tidak ada kebaikan dalam persaudaraan yang tidak menjaga di dalamnya) Diriwayatkan dari Nabi ﷺ sesungguhnya Nabi bersabda: [Wajib atas kalian menjalin persaudaraan yang tulus karena sesungguhnya persaudaraan yang tulus itu adalah perhiasan di saat lapang dan penjaga di saat ada musibah ].
وَرَوَى أَبُوْ الزُّبَيْرِ عَنْ سَهْلٍ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: [اَلْمَرْءُ كَثِيْرٌ بِأَخِيْهِ وَلَا خَيْرَ فِى صُحْبَةِ مَنْ لَا يَرَى لَكَ مِنَ الْحَقِّ مِثْلَ مَا تَرَى لَهُ].
Abu Zubair telah meriwayatkan dari Sahl bin Sa'd sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Seseorang itu makmur karena saudaranya dan tidak ada kebaikan dalam menemani orang yang tidak melihat pada mu dari hak-hak sebagaimana engkau melihat pada haknya].
(وَلَا خَيْرَ فِي نِعْمَةٍ لَا بَقَاءَ فِيْهَا) وَكَانَ بَعْضُهُمْ دَعَا بِهٰذَا الدُّعَاءِ: اَللّٰهُمَّ لَا تَسْلِبْ مِنِّيْ نِعْمَةً أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ
(Dan tidak ada kebaikan dalam nikmat yang tidak kekal di dalamnya) Dan ada sebagian ulama berdoa dengan doa ini: Ya Allah semoga engkau tidak mencabut dariku kenikmatan yang telah engkau berikan kenikmatan itu kepadaku
(وَلَا خَيْرَ فِى دُعَاءٍ لَا إخْلَاصَ فِيْهِ) رُوِيَ أَنَّهُ ﷺ قَالَ: [إنَّ هٰذِهِ الْقُلُوْبَ أَوْعِيَةٌ فَخَيْرُهَا أَوْعَاهَا فَإِذَا سَأَلْتُمْ اللّٰهَ فَاسْأَلُوْهُ وَأَنْتُمْ وَاثِقُوْنَ بِالْإِجَابَةِ فَإِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءَ مَنْ دَعَا مِنْ ظَهْرِ قَلْبٍ غَافِلٍ] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ.
(Dan tidak ada kebaikan dalam doa yang tidak ada keikhlasan di dalamnya) Diriwayatkan sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: [Sesungguhnya berbagai hati ini adalah wadah maka yang paling baik darinya adalah yang paling banyak menampung. Maka ketika kalian meminta kepada Allah mintalah kepadanya dan kalian yakin akan dikabulkan karena sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa orang yang berdoa dari luar hati yang lalai] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam At-Thobroni