Menanggapi Tuduhan Eksploitasi dan Praktik Feodalisme terhadap Santri di Pesantren

20 Oct, 2025

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ

Saya ingin memberikan penjelasan sekaligus bantahan ilmiah berdasarkan hadits-hadits Nabi ﷺ dan keterangan para ulama terkait video dari salah satu siaran televisi dalam tayangan Xpose Uncensored yang beredar di sosial media yang di dalamnya dengan jelas pihak pembuat video memframing, memfitnah dengan sangat keji, dan menjatuhkan marwah para kiyai pesantren di Indonesia.

Sebelum saya melampirkan hadits-hadits Nabi ﷺ, saya akan menjelaskan dulu apa isi yang ada di dalam video tersebut dan framing apa yang dilakukan oleh pembuat video ini yang menyebabkan luka mendalam di hati para santri, sehingga menuntut pihak penyiar untuk menghapus video dan program serupa bahkan ada yang menyerukan untuk memboikot siaran tersebut atas pertimbangan kemadaratan yang dapat ditimbulkan dari sebagian video-video yang pernah ditayangkan yang akan berdampak buruk bagi akidah dan juga akhlak masyarakat awam yang menontonnya.

Isi Video tayangan Xpose Uncensored

Berikut isi dalam videonya yang saya tulis:

“sungguh mulia ibu nyai ini ia berbaik hati membagikan susu dengan ukuran gelas plastik kecil kepada santri santrinya tapi untuk mendapatkan seteguk susu itu para santri harus dengan tabah jalan jongkok, oh mungkin lagi olah raga kali yaaa malah kelihatannya agak mirip anak anak yang lagi digembleng ama Satpol PP sih”

  1. Kiyai yang kaya raya tapi umat yang kasih amplop

“bukan hanya santri usia anak anak yang udah bapak bapakpun ketemu kiyainya masih ngesot untuk mencium tangan, dan yang mencengangkan ternyata yang ngesot itulah yang kasih amplop netizenpun curiganiii bahwa bisa jadi inilah sebabnya sebagian kiyai makin kaya raya, mobil mewah hingga harga milyaran, sarungnya ajapun merek termahal yang harganya berkisar antara 400 ribuan sampai 12 jutaan gitu deh, dan saat kumpul keluargani sanak family kecipratan duitnya, padahalkan harusnya kalau kaya rayamah umatnya yang dikasih duit ya gak siih, tapi gimana ya dengan ngasih amplop pada kiyai kan diharapkan bisa dapat berkah, kalau enggak ya ambil hikmhnya aja deh”

  1. Disuruh ngepel sampai ngelap daun

“udah kaya raya, dikasih banyak amplop, eh pekerjaan mengurus rumah yang harusnya dikerjain oleh asisten rumah tangga, dialihkan dong ke santri dan santriwati karena belakangan viral nih beberapa video para santri dan santriwati beberes rumah kiyainya mulai dari nyapu ngepel nyuci pakaian nyuci perabotan dapur bahkan ngelap daun tanaman koleksi kiyai dan kiyainya sebagian orang menganggap inituh layaknya feodalisme di zaman penjajahan namun bagi sebagian santri melakukan roan dalem atau kerja bakti di rumah kiyai itu adalah keistimewaan walau gratisan”

Uraian dari Video tersebut

Saya akan melampirkan ulang apa yang dikatakan narator dan memberikan sanggahan mendasar, setelah itu saya akan sertakan hadits-hadits Nabi ﷺ dan keterangan dari para ulama. Teks yang diberi tanda kurung, ditebalkan dan diberi warna biru itu adalah isi dari ucapan narator dalam video dan yang tidak diberi tanda kurung itu adalah sanggahan dasar dari saya pribadi selaku orang yang pernah menjadi santri.

(sungguh mulia ibu nyai ini ia berbaik hati membagikan susu dengan ukuran gelas plastik kecil kepada santri santrinya) ya, beliau memang baik hati membagikan susu. Ukuran gelas plastik kecil wajar agar jumlahnya cukup untuk semua santri dan itu bukan bukti pelecehan.

(tapi untuk mendapatkan seteguk susu itu para santri harus dengan tabah jalan jongkok) alasan santri jalan jongkok kemungkinan karena antrean panjang atau pegal berdiri, bukan berarti dipaksa sebagai hukuman. secara etika, ketika yang muda menerima dari orang tua yang sedang duduk, penerima seharusnya duduk juga agar sopan.

(oh mungkin lagi olah raga kali ya, malah kelihatannya agak mirip anak anak yang lagi digembleng ama Satpol PP sih)” candaan narator tentang “olah raga” atau “digembleng Satpol PP” adalah hiperbola untuk efek komedi dan tidak boleh dijadikan bukti bahwa ada perlakuan tidak manusiawi. Dan tentu saja ini tidak lucu sama sekali.

(2. Kiyai yang kaya raya tapi umat yang kasih amplop)

(bukan hanya santri usia anak anak yang udah bapak bapakpun ketemu kiyainya masih ngesot) Dalam video tersebut saya tidak menemukan bapak bapak yang ngesot di hadapan kiyai, yang ada hanya santri santri muda. disinilah fitnah sang narator dimulai

(untuk mencium tangan) ya mencium tangan orang yang berilmu dan mencium tangan orang shaleh itu hukumnya sunnah, baik yang berilmu itu lebih muda dari kita atau lebih tua umurnya karena ilmu tidak ditentukan dengan umur, saya akan sertakan dalilnya di bawah,

(dan yang mencengangkan ternyata yang ngesot itulah yang kasih amplop) Di dalam video terlihat jelas para santri ngesot karena kiyai sedang dalam posisi duduk. dan tidak ada dalil yang melarang santri ngesot di depan kiyai justru dalam sebagian riwayat hadits ada dua orang yahudi mencium tangan dan kaki Rasulullah karena mengakui bahwa beliau adalah utusan Allah, dan Nabipun membiarkan hal itu. artinya tidak masalah selama itu dilakukan atas dasar keinginan dari pelaku. ada juga riwayat sayyidina Ali yang mencium tangan dan kaki Sayyidina Abbas Saya akan lampirkan dalilnya nanti di bawah

(netizenpun curiga nii bahwa bisa jadi inilah sebabnya sebagian kiyai makin kaya raya),

Kecurigaan netizen bukanlah bukti. Menyimpulkan bahwa “inilah sebabnya sebagian kiyai makin kaya raya” tanpa verifikasi keuangan atau data adalah tidak adil. Karena Kekayaan seorang kiai biasanya berasal dari sumber-sumber yang halal dan dapat dipertanggungjawabkan belum tentu kiyai yang dibicarakan oleh narator tambah kaya karena menerima amplop dari santri. misalnya harta waris, penghasilan dari usaha atau perdagangan yang dibangun sendiri, hasil investasi atau tabungan bertahun-tahun, atau pendapatan lain yang resmi.

Oleh karena itu saran saya kepada narator agar kesalahan ini tidak terulang kembali langkah yang tepat adalah meminta klarifikasi faktual dan transparansi sebelum membuat video, bukan langsung men-generalisasi berdasar prasangka.

(mobil mewah hingga harga milyaran, sarungnya ajapun merek termahal yang harganya berkisar antara 400 ribuan sampai 12 jutaan gitu deh)

Mobil mewah sarung mewah dengan harga jutaan yang dimiliki oleh seorang kiyai itu bisa jadi adalah hadiah dari alumni yang telah sukses sebagai tanda terima kasih kepada sang kiyai yang telah membimbingnya selama ini. jika ditolak tentu itu bukan perkara yang baik dan berpotensi menyakiti hati orang yang memberikan hadiah. Andai itu bukan berasal dari hadiah maka tidak ada masalah selama uang yang beliau pakai itu halal.

(dan saat kumpul keluarga niii sanak family kecipratan duitnya, padahalkan harusnya kalau kaya rayamah umatnya yang dikasih duit ya gak siih)

Di sini narator berusaha membangun framing seolah-olah amplop atau rezeki yang diterima kiai hanya dinikmati oleh sanak familinya saja. Padahal, dalam kenyataannya, banyak kiai yang justru menyalurkan sebagian besar rezekinya untuk kepentingan pesantren, kegiatan sosial, pembangunan fasilitas umum, atau membantu santri yang kurang mampu.

Framing semacam ini menyesatkan karena mengabaikan sisi pengabdian dan pengorbanan para kiai terhadap umat. Kalaupun keluarga ikut menerima manfaat, itu pun wajar karena mereka juga ikut berkhidmah dan mendukung perjuangan dakwah kiai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Pernyataan ini menunjukkan ketidaktahuan narator tentang bagaimana pesantren dan kehidupan para kiai sebenarnya berjalan. Justru banyak pesantren yang berdiri berawal dari harta pribadi kiai, baik berupa tanah, bangunan, maupun modal awal kegiatan pendidikan, kemudian berkembang berkat dukungan masyarakat sekitar.

Jadi, tidak tepat bila dikatakan kiai “harusnya memberi uang kepada umat,” karena pada kenyataannya kiai telah memberikan sesuatu yang jauh lebih besar yakni: ilmu, waktu, tenaga, dan bahkan hartanya sendiri demi kemaslahatan umat dan keberlangsungan pesantren.

(tapi gimana ya dengan ngasih amplop pada kiyai kan diharapkan bisa dapat berkah)

Ungkapan ‘tapi gimana ya…’ terdengar seperti candaan atau sindiran, tetapi dalam konteks ini menimbulkan penafsiran negatif seolah-olah pemberi amplop terpaksa memberi demi mendapatkan berkah dari kiai, padahal kenyataannya pemberian dilakukan dengan sukarela dan niat baik

(kalau enggak ya ambil hikmhnya aja deh)"

Kalimat ini terdengar seperti menutup pembahasan dengan santai, tetapi sayangnya memberi kesan seolah-olah pemberian amplop kepada kiai adalah sesuatu yang dipaksakan atau bermasalah. Padahal kenyataannya pemberian dilakukan dengan ikhlas, sesuai budaya dan niat baik. Sebaiknya, penonton diajak memahami konteks dan niat di balik pemberian, bukan hanya disuruh “ambil hikmahnya” tanpa penjelasan.

  1. Disuruh ngepel sampai ngelap daun

(udah kaya raya, dikasih banyak amplop,eh pekerjaan mengurus rumah yang harusnya dikerjain oleh asisten rumah tangga, dialihkan dong ke santri dan santriwati)

Jika jumlah santri mencapai ribuan atau bahkan puluhan ribu, justru ada sebagian santri yang tidak mendapatkan jadwal untuk ikut membantu, dan mereka merasa sedih karena kehilangan kesempatan berkontribusi serta meraih pahala dari amal jariyah.

Hal ini menunjukkan bahwa kerja bakti di rumah kiai bukan bentuk pemaksaan atau eksploitatif, melainkan kesempatan berharga yang harus dibagi secara bergiliran karena keterbatasan kapasitas, sambil tetap menekankan niat baik dan pembelajaran bagi santri.

(karena belakangan viral nih beberapa video para santri dan santriwati beberes rumah kiyainya mulai dari nyapu ngepel nyuci pakaian nyuci perabotan dapur bahkan ngelap daun tanaman koleksi kiyai dan kiyainya)

Video-video yang beredar menunjukkan santri melakukan berbagai pekerjaan rumah, tetapi konteksnya adalah bagian dari pendidikan dan pembiasaan disiplin. Kegiatan ini dilakukan dengan pengawasan dan kesepakatan, memberi kesempatan belajar tanggung jawab, gotong-royong, dan menghargai kerja nyata. Viral-nya video tidak berarti ada perlakuan tidak adil, melainkan menyoroti kegiatan rutin yang sebenarnya mendidik dan bermanfaat bagi santri.

(sebagian orang menganggap inituh layaknya feodalisme di zaman penjajahan) Saya tidak tahu secara pasti maksud kata feodalisme yang digunakan narator dalam konteks ini, karena istilah tersebut memiliki banyak arti dan tafsiran, bisa bernilai negatif, tetapi dalam konteks tertentu juga bisa dimaknai secara netral atau bahkan positif.

Sebelum menyimpulkan sesuatu, seharusnya ada kesepakatan makna lebih dulu agar arah pembicaraan jelas dan tidak menimbulkan perdebatan yang tak berujung.

Sebagai analogi, bayangkan kata “gedang”. Bagi orang Sunda, gedang berarti pepaya, sedangkan bagi orang Jawa Timur, gedang justru berarti pisang.

Ketika dua orang ini berbicara tanpa menyamakan terlebih dahulu makna kata gedang, lalu salah satunya bertanya, “Gedang itu kalau sudah matang warnanya apa?” maka tentu akan terjadi salah paham, sebab keduanya berbicara tentang hal yang berbeda tanpa disadari.

namun jika yang dimaksud Feodalisme oleh narator dalam konteks ini adalah sistem sosial dan ekonomi di mana pekerja atau rakyat dipaksa melayani tuan tanah atau penguasa tanpa hak atau imbalan yang adil, disertai penindasan dan subordinasi struktural. maka Anggapan ini sangat keliru karena menggunakan istilah yang berat dan tidak sesuai konteks.

Mari kita bandingkan dengan kata “kerja bakti” yang saya kira ini lebih cocok dinisbatkan daripada kata feodalisme : Berbeda dengan Feodalisme, kerja bakti adalah kegiatan gotong-royong di mana sekelompok orang secara sukarela bergotong-royong membersihkan, merapikan, merawat, atau membangun suatu lingkungan, fasilitas, atau tempat tertentu. Tujuannya biasanya bersifat kolektif dan edukatif, menumbuhkan rasa tanggung jawab, kedisiplinan, solidaritas, dan kebersamaan antar anggota kelompok.

Kegiatan santri di rumah kiai bersifat edukatif, sukarela, dan diawasi, dengan tujuan mendidik tanggung jawab, disiplin, dan menghargai kerja nyata dan ini masuk pada kategori kerja bakti. Tuduhan “feodalisme” mengabaikan niat baik dan manfaat yang diterima santri dari pengalaman tersebut.

(namun bagi sebagian santri melakukan roan dalem atau kerja bakti di rumah kiyai itu adalah keistimewaan walau gratisan) Bagian ini benar bahwa melakukan kerja bakti di rumah kiai adalah keistimewaan dan mendatangkan pahala.

Kata “walau gratisan” seolah memberi kesan merendahkan, padahal sesungguhnya kegiatan ini bukan soal uang, melainkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh santri sebagai timbal balik. Ada santri yang berkesempatan ikut, ada juga yang tidak karena jumlahnya mencapai puluhan ribu, sehingga kesempatan dibagi secara adil.

Narator tampaknya menilai ilmu agama tidak sebanding dengan uang, itulah sebabnya muncul frasa “walau gratisan,” padahal nilai ilmu dan pendidikan jauh lebih besar daripada kompensasi materi.

Sampai sinilah Ucapan Narator dan sanggahan dasar dari saya berkahir.

Hadits Nabi ﷺ dan keterangan dari para ulama

Berikut hadits nabi ﷺ serta keterangan dari para ulama tentang hal hal yang berhubungan dengan masalah ini:

1. Mencium Tangan Kiyai

Di dalam video terlihat jelas ada yang berjongkok bahkan ada juga yang ngesot untuk bersalaman dengan kiyai apakah hal ini diperbolehkan dalam syari’at? berikut dalil yang saya lampirkan untuk menjawabnya:

a. Abdullah bin Umar dan beberapa shahabat Nabi Mencium Tangan Nabi.

Dalam Kitab Sunan Abi Dawud, 3/46:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ بْنِ أَبِي لَيْلَىٰ، أَنَّ عَبْدَ اللّٰهِ بْنَ عُمَرَ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ كَانَ فِي سَرِيَّةٍ مِنْ سَرَايَا رَسُولِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَحَاصَ النَّاسُ حَيْصَةً…قَالَ: فَدَنَوْنَا فَقَبَّلْنَا يَدَهُ، فَقَالَ: “إِنَّا فِئَةُ الْمُسْلِمِينَ”.

Dari Abdurrahman bin Abi Laila, sesungguhnya Abdullah bin Umar telah menceritakan kepadanya, bahwa ia pernah berada dalam salah satu pasukan dari pasukan-pasukan perang Rasulullah ﷺ, ia berkata: “Lalu orang-orang melarikan diri dengan satu kali pelarian…Ia berkata: “Lalu kami mendekat dan mencium tangan Rasulullah ﷺ, kemudian beliau bersabda: ‘Kami adalah golongan kaum muslimin’.

b. Zaid bin Tsabit Mencium Tangan Ibnu Abbas

Dalam Kitab Tarikh Dimasyqi Libni Asakir Jilid 19 halaman 326:

عَنْ عَمَّارِ بْنِ أَبِي عَمَّارٍ أَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ رَكِبَ يَوْمًا فَأَخَذَ ابْنُ عَبَّاسٍ بِرِكَابِهِ. فَقَالَ: تَنَحَّ يَا ابْنَ عَمِّ رَسُولِ اللّٰهِ ﷺ.

Dari Ammar bin Abi Ammar, sesungguhnya Zaid bin Tsabit pada suatu hari berkendara, lalu Ibnu Abbas memegang tali kekang kendaraannya. Lalu ia berkata: “Menyingkirlah wahai putra paman Rasulullah ﷺ.”

فَقَالَ: هَكَذَا أُمِرْنَا أَنْ نَفْعَلَ بِعُلَمَائِنَا وَكُبَرَائِنَا. فَقَالَ زَيْدٌ: أَرِنِي يَدَكَ. فَأَخْرَجَ يَدَهُ فَقَبَّلَهَا. فَقَالَ: هَكَذَا أُمِرْنَا أَنْ نَفْعَلَ بِأَهْلِ بَيْتِ نَبِيِّنَا.

Lalu ia berkata: “Beginilah kami diperintahkan untuk berbuat terhadap para ulama dan para pembesar kami.” Lalu Zaid berkata: “Perlihatkan tanganmu kepadaku.” Lalu ia mengeluarkan tangannya dan Zaid pun menciumnya. Lalu ia berkata: “Beginilah kami diperintahkan untuk berbuat terhadap keluarga Nabi kami.”

c. Dua orang yahudi Mencium Tangan dan Kaki Nabi

Dalam Kitab Riyadush Sholihin pada bab:

بَابُ اسْتِحْبَابِ الْمُصَافَحَةِ عِنْدَ اللِّقَاءِ وَبَشَاشَةِ الْوَجْهِ وَتَقْبِيلِ يَدِ الرَّجُلِ الصَّالِحِ وَتَقْبِيلِ وَلَدِهِ شَفَقَةً وَمُعَانَقَةِ الْقَادِمِ مِنْ سَفَرٍ وَكَرَاهِيَةِ الْاِنْحِنَاءِ.

Bab Disunnahkannya Berjabat Tangan Ketika Bertemu, Wajah yang Berseri-seri, Mencium Tangan Orang Saleh, Mencium Anak Karena Kasih Sayang, Memeluk Orang yang Datang dari Perjalanan, dan kemakruhan Membungkuk:

وَعَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَسَّالٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ يَهُودِيٌّ لِصَاحِبِهِ اذْهَبْ بِنَا إِلَى هَذَا النَّبِيِّ فَأَتَيَا رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَاهُ عَنْ تِسْعِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ

Dan dari Shafwan bin ‘Assal Radhiallahu Anhu ia berkata: Seorang Yahudi berkata kepada temannya: “Mari kita pergi kepada Nabi ini.” Lalu keduanya mendatangi Rasulullah ﷺ dan bertanya kepada beliau tentang sembilan ayat yang nyata.

فَذَكَرَ الْحَدِيثَ إِلَى قَوْلِهِ: فَقَبَّلَا يَدَهُ وَرِجْلَهُ وَقَالَا: نَشْهَدُ أَنَّكَ نَبِيٌّ. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُ بِأَسَانِيدَ صَحِيحَةٍ.

Lalu ia menyebutkan hadits tersebut hingga perkataannya: Maka keduanya mencium tangan dan kaki beliau dan berkata: “Kami bersaksi bahwa engkau adalah seorang Nabi.” Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi dan selainnya dengan sanad-sanad yang shahih.

d. Sayyidina Ali Mencium Tangan Dan Kaki Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib

Dalam Kitab Adabul Mufrad Bab 445 (تقبيل الرجل):

عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: رَأَيْتُ عَلِيًّا يُقَبِّلُ يَدَ الْعَبَّاسِ وَرِجْلَيْهِ.

Dari Shuhaib, ia berkata: “Aku melihat Ali mencium tangan dan kedua kaki Abbas.”

e. Imam Muslim Meminta Izin Untuk Mencium Kaki Imam Bukhari

قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ حَمْدُونَ بْنِ رُسْتُمَ: سَمِعْتُ مُسْلِمَ بْنَ الْحَجَّاجِ، وَجَاءَ إِلَى الْبُخَارِيِّ فَقَالَ:

Telah berkata Muhammad bin Hamdun bin Rustum: “Aku mendengar Muslim bin Hajjaj, dan ia datang kepada Imam Bukhari lalu berkata:

«دَعْنِي أُقَبِّلْ رِجْلَيْكَ يَا أُسْتَاذَ الْأُسْتَاذِينَ، وَسَيِّدَ الْمُحَدِّثِينَ، وَطَبِيبَ الْحَدِيثِ فِي عِلَلِهِ». (سير أعلام النبلاء ط الحديث، شمس الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي (10/ 100)

‘Biarkan aku mencium kedua kakimu, wahai guru dari para guru, pemimpin para ahli hadits, dan dokter hadits dalam penyakit-penyakitnya’.” (Siyar A’lam an-Nubala’ th al-Hadits, Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaymaz adz-Dzahabi (10/100)

f. Penjelasan Utsaimin tentang dua orang yahudi yang mencium tangan dan kaki nabi

اَلْمُهِمُّ أَنَّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ قَبَّلَا يَدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ، فَأَقَرَّهُمَا عَلَىٰ ذَلِكَ.

Yang penting adalah bahwa kedua orang ini mencium tangan dan kaki Nabi ﷺ, lalu beliau membenarkan perbuatan keduanya.

وَفِي هَذَا جَوَازُ تَقْبِيلِ الْيَدِ وَالرِّجْلِ لِلْإِنْسَانِ الْكَبِيرِ الشَّرَفِ وَالْعِلْمِ،

Dan dalam hal ini terdapat kebolehan mencium tangan dan kaki bagi orang yang memiliki kemuliaan dan ilmu yang besar,

كَذَلِكَ تَقْبِيلُ الْيَدِ وَالرِّجْلِ مِنَ الْأَبِ وَالْأُمِّ وَمَا أَشْبَهَ ذٰلِكَ، لِأَنَّ لَهُمَا حَقًّا وَهٰذَا مِنَ التَّوَاضُعِ. (شرح رياض الصالحين، محمد بن صالح بن محمد العثيمين (4/ 451)

demikian pula mencium tangan dan kaki ayah dan ibu serta yang semisalnya, karena keduanya memiliki hak dan ini termasuk dari bentuk kerendahan hati. (Syarah Riyadh as-Shalihin, Muhammad bin Shalih bin Muhammad al-Utsaimin (4/451)

(Utsaimin, Syarah Riyadh as-Shalihin, h. 4/ 451).

Berdasarkan hadits dan atsar di atas, dapat disimpulkan bahwa mencium kaki orang alim diperbolehkan. Maka, jika mencium kaki saja diperbolehkan, apalagi hanya sekadar bersimpuh di hadapan kiyai atau mencium tangannya dengan penuh hormat.

g. Dalil larangan menunduk yang sering disalah artikan

وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللّٰهِ، الرَّجُلُ مِنَّا يَلْقَى أَخَاهُ أَوْ صَدِيقَهُ أَيَنْحَنِي لَهُ؟ قَالَ: “لَا” قَالَ: أَفَيَلْتَزِمُهُ وَيُقَبِّلُهُ؟ قَالَ: “لَا” قَالَ: فَيَأْخُذُ بِيَدِهِ وَيُصَافِحُهُ؟ قَالَ: “نَعَمْ” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ.

Dan dari Anas Radhiallahu Anhu ia berkata: Seorang laki-laki bertanya: “Wahai Rasulullah, seseorang dari kami bertemu saudaranya atau temannya, apakah ia harus membungkuk untuknya?” Nabi bersabda: “Tidak.” Ia bertanya lagi: “Apakah ia boleh memeluk dan menciumnya?” Nabi bersabda: “Tidak.” Ia bertanya lagi: “Apakah ia boleh mengambil tangannya dan menjabatnya?” Nabi bersabda: “Ya.” Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi dan ia berkata: Hadits ini hasan.

Berdasarkan hadits ini, larangan menunduk tidak berlaku secara umum kepada semua orang, melainkan khusus dalam konteks pertemuan antar teman atau sesama. Adapun kepada orang tua, guru, atau kiyai, bentuk penghormatan seperti menunduk ringan, bersimpuh, atau mencium tangan termasuk dalam adab dan bukan perbuatan tercela, selama tidak ada unsur pengagungan dengan niat menyembah.

2. Berdiri Untuk Menyambut Alim Yang Datang

Dalam Kitab Fatawal imam an-Nawawi terbitan darul fikr halaman 49

اَلْجَوَابُ: اَلْقِيَامُ لِأَهْلِ الْفَضْلِ وَذَوِي الْحُقُوقِ فَضِيلَةٌ عَلَىٰ سَبِيلِ الْإِكْرَامِ، وَقَدْ جَاءَتْ بِهِ أَحَادِيثُ صَحِيحَةٌ، وَقَدْ جَمَعْتُهَا

Jawabannya: Berdiri untuk orang-orang yang memiliki keutamaan dan hak-hak adalah suatu keutamaan sebagai bentuk penghormatan, dan telah datang hadits-hadits shahih tentangnya, dan sungguh aku telah mengumpulkannya

مِنْ آثَارِ السَّلَفِ وَأَقَاوِيلِ الْعُلَمَاءِ فِي ذَٰلِكَ، وَالْجَوَابُ عَمَّا جَاءَ مِمَّا يُوهِمُ مُعَارَضَتَهَا وَلَيْسَ مُعَارِضًا، وَقَدْ أَوْضَحْتُ كُلَّ ذَٰلِكَ فِي جُزْءٍ مَعْرُوفٍ،

dari atsar-atsar para salaf dan perkataan-perkataan para ulama dalam hal itu, dan jawaban atas apa yang datang yang seolah-olah menentangnya padahal tidak menentang, dan sungguh aku telah menjelaskan semua hal itu dalam satu juz yang dikenal,

فَالَّذِي نَخْتَارُهُ وَنَعْمَلُ بِهِ وَاشْتَهَرَ عَنِ السَّلَفِ مِنْ أَقْوَالِهِمْ وَأَفْعَالِهِمْ، جَوَازُ الْقِيَامِ وَاسْتِحْبَابُهُ فِي الْوَجْهِ الَّذِي ذَكَرْنَاهُ، وَاللّٰهُ تَعَالَىٰ أَعْلَمُ.

maka yang kami pilih dan kami amalkan dan yang telah masyhur dari para salaf dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan mereka, adalah bolehnya berdiri dan disunnahkannya dalam sisi yang telah kami sebutkan, dan Allah Ta’ala Maha Mengetahui.

3. Berkhidmah Kepada Orang Alim

Di dalam kitab Tanqihul Qoul Bab 1 Tentang Keutamaan Ilmu Dan Ulama pada hadits ke satu tertulis:

(قَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ) وَاسْمُهُ عَبْدُاللّٰهِ وَكَانَ صَاحِبَ سِرِّ رَسُولِ اللّٰهِ وَوِسَادِهِ وَنَعْلَيْهِ وَطَهُورِهِ فِى السَّفَرِ وَكَانَ خَفِيفَ اللَّحْمِ قَصِيرًا جِدًّا نَحْوَ ذِرَاعٍ شَدِيدَ الْأُدْمَةِ

(Telah bersabda Nabi ﷺ kepada Ibnu Mas'ud radhiyallāhu 'anhu) dan namanya adalah Abdullah, dan terbukti dia adalah sahabat rahasia Rasulullāh, sahabat bantalnya, sahabat kedua sandalnya, dan sahabat alat bersucinya saat bepergian, dan dia adalah orang yang kurus, sangat pendek sekitar satu hasta, dan kulitnya sangat sawo matang.

Catatan Kitab Tanqihul Qoul Tentang Keutamaan Ilmu dan Ulama
    
1.

Yakni Ibnu Mas'ud adalah sahabat yang dipercaya untuk memegang rahasia Rasulullah. dan ia adalah sahabat yang menyediakan bantalnya rasulullah, menyediakan kedua sendalnya dan menyediakan alat bersuci Rasulullah saat bepergian.

4. Dalil Sedekah kepada orang alim

Dalam Kitab Nashoihul Ibad Bab 10 Maqolah 23 disana ada penjelasan dari Imam As-Suyuti sebagai berikut:

ذَكَرَ السُّيُوطِيُّ أَنَّ ثَوَابَ الصَّدَقَةِ خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ: وَاحِدَةٌ بِعَشَرَةٍ وَهِيَ عَلَى صَحِيحِ الْجِسْمِ وَوَاحِدَةٌ بِتِسْعِينَ وَهِيَ عَلَى الْأَعْمَى وَالْمُبْتَلَى وَوَاحِدَةٌ بِتِسْعِمِائَةٍ وَهِيَ عَلَى ذِي قَرَابَةٍ مُحْتَاجٍ وَوَاحِدَةٌ بِمِائَةِ أَلْفٍ وَهِيَ عَلَى الْأَبَوَيْنِ وَوَاحِدَةٌ بِتِسْعِمِائَةِ أَلْفٍ وَهِيَ عَلَى عَالِمٍ أَوْ فَقِيهٍ.

Telah menyebutkan Imam As-Suyuti bahwa pahala sedekah itu ada lima macam: Satu sedekah banding sepuluh yaitu sedekah kepada orang yang sehat jasmani, satu sedekah banding sembilan puluh yaitu sedekah kepada orang yang buta dan orang yang sedang diuji, satu sedekah banding sembilan ratus yaitu sedekah kepada kerabat yang membutuhkan, satu sedekah banding seratus ribu yaitu sedekah kepada kedua orang tua dan satu sedekah banding sembilan ratus ribu yaitu sedekah kepada orang yang berilmu atau kepada ahli fiqih