Mukasyafatul Qulub Bab 3 | Sabar dan Sakit
| Nama kitab | : | Mukasyafatul Qulub |
| Judul kitab Arab | : | مُكَاشَفَةُ الْقُلُوْبِ |
| Judul terjemah | : | Terjemah Kitab Mukasyafatul Qulub |
| Mata Pelajaran | : | Tasawuf |
| Musonif | : | Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali |
| Nama Arab | : | أَبُوْ حَامِدٍ مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْغَزَالِيُّ |
| Lahir | : | 450 H di Tus |
| Wafat | : | 505 H di Tus |
| Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Image by © LILMUSLIMIIN
Mukasyafatul Qulub Bab 3 Tentang Sabar Dan Sakit
اَلْبَابُ الثَّالِثُ
Bab Yang Ketiga
فِي الصَّبْرِ وَالْمَرَضِ
Tentang Sabar dan Sakit
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْجُوَ مِنْ عَذَابِ اللّٰهِ وَيَنَالَ ثَوَابَهُ وَرَحْمَتَهُ وَيَدْخُلَ جَنَّتَهُ فَلْيَنْهَ نَفْسَهُ عَنْ شَهَوَاتِ الدُّنْيَا وَلْيَصْبِرْ عَلَىٰ شَدَائِدِهَا وَمَصَائِبِهَا
Barang siapa yang ingin selamat dari adzab Allāh, memperoleh pahala dan rahmat-Nya, serta masuk ke surga-Nya, maka hendaklah ia menahan dirinya dari syahwat-syahwat dunia dan hendaklah ia bersabar atas ujian-ujian dunia dan musibah-musibah dunia.
كَمَا قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى : ﴿وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ ١٤٦ ﴾
Sebagaimana Allah Ta’ala Telah berfirman: ﴾Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar ١٤٦ ﴿
Catatan Kitab Mukasyafatul Qulub Bab 3 Surat dan Ayat
1.
Q.S Ali Imran Ayat 146
وَالصَّبْرُ عَلَىٰ أَوْجُهٍ: صَبْرٌ عَلَىٰ طَاعَةِ اللّٰهِ وَصَبْرٌ عَنْ مَحَارِمِهِ وَصَبْرٌ عَلَىٰ الْمُصِيبَةِ وَعِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَىٰ.
Sabar itu terbagi menjadi beberapa bentuk: sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allāh, sabar dalam menjauhi hal-hal yang dilarangan Allah, sabar dalam menghadapi musibah, dan sabar ketika tertimpa pukulan pertama.
Catatan Kitab Mukasyafatul Qulub Bab 3
1.
Maksud tertimpa pukulan pertama yakni tertimpa musibah
فَمَنْ صَبَرَ عَلَىٰ طَاعَةِ اللّٰهِ تَعَالَىٰ أَعْطَاهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَمِائَةِ دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ كُلُّ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.
Barang siapa yang bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allāh Taʿālā, maka pada hari kiamat Allāh Taʿālā akan memberinya tiga ratus derajat di surga, setiap derajat itu jarak antara langit dan bumi.
وَمَنْ صَبَرَ عَنْ مَحَارِمِ اللّٰهِ أَعْطَاهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سِتَّمِائَةِ دَرَجَةٍكُلُّ دَرَجَةٍ مِثْلُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ وَالْأَرْضِ السَّابِعَةِ.
Dan barang siapa yang bersabar dalam menjauhi hal-hal yang dilarang Allāh, maka pada hari kiamat Allāh Taʿālā akan memberinya enam ratus derajat, setiap derajat itu seperti jarak antara langit ketujuh dan bumi ketujuh.
وَمَنْ صَبَرَ عَلَى الْمُصِيبَةِ أَعْطَاهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَبْعَمِائَةِ دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ كُلُّ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ الْعَرْشِ إِلَى الثَّرَىٰ.
Dan barang siapa yang bersabar atas musibah, maka pada hari kiamat Allāh Taʿālā akan memberinya tujuh ratus derajat di surga, setiap derajat itu seperti jarak dari ‘Arsy hingga ke tanah paling dasar.
حُكِيَ أَنَّ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السَّلَامُ هَرَبَ مِنَ الْيَهُوْدِ فَقَفَّوْا أَثَرَهُ، فَلَمَّا دَنَوْا مِنْهُ رَأَى شَجَرَةً فَقَالَ لَهَا : يَا شَجَرَةُ أَدْخِلِيْنِيْ فِيْكِ . فَانْشَقَّتِ الشَّجَرَةُ فَدَخَلَ فِيْهَا، ثُمَّ الْتَأَمَتْ عَلَيْهِ،
Dihikayatkan bahwa sesungguhnya Nabi Zakaria ‘alaihis salam melarikan diri dari kaum Yahudi, lalu mereka mengikuti jejaknya, maka tatkala mereka telah dekat darinya, Nabi Zakariya melihat sebuah pohon lalu beliau berkata kepadanya: “Wahai pohon, masukkanlah aku ke dalammu”. Maka pohon itu terbelah lalu beliau masuk ke dalamnya, kemudian pohon itu merapat kembali atasnya,
فَأَشَارَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيْسُ أَنْ يَأْتُوْا بِالْمِنْشَارِ وَيَشُقُّوْهَا نِصْفَيْنِ حَتَّى يَمُوْتَ فِيْهَا . فَفَعَلُوْا كَمَا قَالَ إِبْلِيْسُ،
lalu Iblis memberi isyarat kepada mereka agar mereka mendatangkan gergaji dan membelah pohon tersebut menjadi dua bagian sehingga Nabi Zakariya mati di dalamnya. Maka mereka melakukan sebagaimana yang Iblis katakan,
وَذٰلِكَ حَيْثُ اعْتَصَمَ بِالشَّجَرَةِ ، وَلَمْ يَعْتَصِمْ بِاللّٰهِ ، فَأَوْرَثَهُ اللّٰهُ هَلَاكَ نَفْسِهِ ، فَنُشِرَ بِالْمِنْشَارِ عَلَى فِرْقَتَيْنِ.
Dan yang demikian itu pada saat beliau berlindung kepada pohon, dan tidak berlindung kepada Allah, maka Allah mewariskan kepadanya kematian dirinya, lalu beliau digergaji dengan gergaji menjadi dua bagian.
كَمَا رُوِيَ عَنِ النَبِيِ صَلَى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ أَنَّهُ قَالَ : [ يَقُولُ اللّٰهُ تَعَالَى : مَا مِنْ عَبْدٍ نَزَلَتْ بِهِ بَلِيَّةٌ فَاعْتَصَمَ بِي إِلَّا أَعْطَيْتُهُ قَبْلَ أَنْ يَسْأَلَنِيْ ، وَاسْتَجَبْتُ لَهُ قَبْلَ أَنْ يَدْعَُوَنِيْ ، وَمَا مِنْ عَبْدٍ نَزَلَتْ بِهِ بَلِيَّةٌ فَاعْتَصَمَ بِمَخْلُوقٍ دُونِيْ إِلَّا أَغْلَقْتُ أَبْوَابَ السَّمَاءِ عَلَيْهِ ] .
Sebagaimana Telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda: [Allah Ta’ala berfirman: Tidak ada seorang hamba yang musibah menimpa kepadanya lalu ia berlindung kepada-Ku, kecuali Aku akan memberinya sebelum ia meminta kepada-Ku, dan Aku akan mengabulkan doanya sebelum ia berdoa kepada-Ku. Dan tidak ada seorang hamba yang musibah menimpa kepadanya lalu ia berlindung kepada makhluk selain-Ku, kecuali Aku akan menutup pintu-pintu langit atasnya]."
فَلَمَّا بَلَغَ الْمَنَاشِرُ إِلَى دِمَاغِهِ صَاحَ ، فَقِيْلَ لَهُ : يَا زَكَرِيَّا ، إِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى يَقُوْلُ لَكَ : لِمَ لَا تَصْبِرُ لِلْبَلَاءِ تَقُوْلُ : آهْ . لَوْ قُلْتَهَا مَرَّةً ثَانِيَةً لَأَخْرَجَ اسْمَكَ مِنْ دِيْوَانِ الْأَنْبِيَاءِ . فَعَضَّ زَكَرِيَّا شَفَتَيْهِ وَصَبَرَ حَتَّى شَقُّوْهُ نِصْفَيْنِ .
Maka tatkala gergaji-gergaji itu sampai ke otaknya, maka beliau berteriak, maka dikatakan kepadanya: Wahai Zakaria, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman kepadamu: Mengapa engkau tidak bersabar atas cobaan? Engkau berucap: Ah. Seandainya engkau mengucapkannya sekali lagi, niscaya Allah akan mengeluarkan namamu dari catatan para Nabi. Maka Nabi Zakaria menggigit kedua bibirnya dan ia bersabar hingga mereka membelahnya menjadi dua bagian.
فَيَجِبُ عَلَى الْعَاقِلِ أَنْ يَصْبِرَ لِلْبَلَاءِ وَلَا يَشْكُو ، فَيَنْجُو مِنْ عَذَابِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، لِأَنَّ أَشَدَّ الْبَلَاءِ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ .
Maka wajib bagi orang yang berakal untuk bersabar terhadap cobaan dan tidak mengeluh, sehingga ia akan selamat dari azab dunia dan akhirat, karena sesungguhnya cobaan yang paling berat adalah pada para Nabi dan para Wali.
قَالَ الْجُنَيْدُ الْبَغْدَادِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ : اَلْبَلَاءُ سِرَاجُ الْعَارِفِيْنَ، وَيَقَظَةُ الْمُرِيْدِيْنَ، وَصَلَاحُ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَهَلَاكُ الْغَافِلِيْنَ، لَا يَجِدُ أَحَدٌ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْبَلَاءُ وَيَرْضَى وَيَصْبِرَ .
Telah berkata Al-Junaid Al-Baghdadi semoga Allah merahmatinya: Cobaan adalah pelita bagi orang-orang yang makrifat, kesadaran bagi para murid, kebaikan bagi orang-orang mukmin, dan kebinasaan bagi orang-orang yang lalai, tidaklah seseorang mendapati manisnya iman hingga datang kepadanya cobaan lalu ia ridha dan bersabar.
قَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : [ مَنْ مَرِضَ لَيْلَةً فَصَبَرَ وَرَضِيَ عَنِ اللّٰهِ تَعَالَى خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ ؛ فَإِذَا مَرِضْتُمْ فَلَا تَتَمَنَّوُا الْعَافِيَةَ ].
Telah bersabda Nabi ﷺ: [Barangsiapa yang sakit satu malam lalu ia bersabar dan ridha terhadap Allah Ta’ala, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari saat ibunya melahirkannya. Apabila kalian sakit maka janganlah kalian mengharapkan kesembuhan].
Catatan
1.
Kalimat "janganlah kalian mengharapkan kesembuhan" bukan berarti Nabi melarang berdoa untuk sehat.
2.
Maksudnya: jangan terburu-buru ingin sembuh hingga kehilangan kesempatan pahala besar dari kesabaran dalam sakit.
3.
Sakit bisa menjadi jalan penghapus dosa dan peningkatan derajat, sehingga seorang mukmin diajarkan untuk melihat hikmah di baliknya.
قَالَ الضَّحَّاكُ : مَنْ لَمْ يُبْتَلَ بَيْنَ كُلِّ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً بِبَلِيَّةٍ أَوْ هَمٍّ أَوْ مُصِيْبَةٍ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ.
Telah berkata Ad-Dhahhak: Barangsiapa yang tidak diuji di antara setiap empat puluh malam dengan suatu cobaan atau kesedihan atau musibah, maka tidak ada baginya kebaikan di sisi Allah.
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ : إِذَا ابْتُلِيَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ بِالسُّقْمِ قَالَ لِصَاحِبِ الشِّمَالِ : اِرْفَعِ الْقَلَمَ عَنْهُ . وَقَالَ لِصَاحِبِ الْيَمِيْنِ : اُكْتُبْ لِعَبْدِيْ أَحْسَنَ مَا كَانَ يَعْمَلُ .
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiallahu Anhu Beliau berkata: Apabila seorang hamba yang mukmin diuji dengan penyakit maka Allah berfirman kepada malaikat pencatat amal buruk: Angkatlah pena darinya. Dan Allah berfirman kepada malaikat pencatat amal baik: Tulislah untuk hamba-Ku amal terbaik yang dahulu ia kerjakan.
وَجَاءَ فِي الْخَبَرِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : [إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ بَعَثَ اللّٰهُ إِلَيْهِ مَلَكَيْنِ فَقَالَ : انْظُرَا مَا يَقُوْلُ عَبْدِيْ،
Dan telah datang di dalam sebuah khabar dari Nabi ﷺ: [Apabila seorang hamba sakit, maka Allah mengutus kepadanya dua malaikat, lalu Allah berfirman: Lihatlah kalian berdua apa yang sedang hambaku ucapkan,
فَإِنْ هُوَ قَالَ : الْحَمْدُ لِلّٰهِ ، رَفَعَ ذٰلِكَ إِلَى اللّٰهِ ، وَهُوَ أَعْلَمُ ، فَيَقُوْلُ : لِعَبْدِيْ عَلَيَّ إِنْ أَنَا تَوَفَّيْتُهُ أَنْ أُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ،
Maka jika dia (hamba) mengucapkan: Alhamdulillah, maka (malaikat) mengangkat hal itu kepada Allah, dan Dia Maha Mengetahui, lalu Dia berfirman: Bagi hamba-Ku menjadi kewajiban-Ku jika Aku mewafatkannya maka aku akan memasukkannya ke dalam surga,
وَإِنْ أَنَا شَفَيْتُهُ أَنْ أُبْدِلَهُ لَحْمًا خَيْرًا مِنْ لَحْمِهِ، وَدَمًا خَيْرًا مِنْ دَمِهِ، وَأَنْ أُكَفِّرَ عَنْهُ سَيِّآتِهِ].
Dan jika Aku menyembuhkannya, maka Aku akan menggantikannya dengan daging yang lebih baik dari dagingnya, dan darah yang lebih baik dari darahnya, dan Aku akan menghapuskan darinya keburukan-keburukannya].
حُكِيَ أَنَّهُ كَانَ فِي بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ رَجُلٌ فَاسِقٌ وَكَانَ لَا يَمْتَنِعُ عَنِ الْفِسْقِ حَتَّى ضَجَّ أَهْلُ بَلَدِهِ وَعَجَزُوْا عَنْ مَنْعِهِ عَنْ فِسْقِهِ، فَتَضَرَّعُوْا إِلَى اللّٰهِ تَعَالَى ،
Dihikayatkan bahwasanya dahulu ada di kalangan Bani Israil seorang laki-laki yang fasik, dan dia terbukti tidak mau berhenti dari kefasikannya sehingga penduduk negerinya gaduh dan mereka tidak mampu untuk mencegahnya dari kefasikannya, maka mereka memohon dengan sangat kepada Allah Ta’ala,
فَأَوْحَى اللّٰهُ تَعَالَى إِلَى مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ أَنَّ فِي بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ شَابًّا فَاسِقًا ، فَأَخْرِجْهُ مِنْ بَلَدِهِمْ حَتَّى لَا تَقَعَ عَلَيْهِمُ النَّارُ بِسَبَبِ فِسْقِهِ ،
lalu Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa ‘alaihis salam bahwa sesungguhnya di kalangan Bani Israil ada seorang pemuda yang fasik, maka keluarkanlah dia dari negeri mereka agar api (adzab) tidak menimpa mereka disebabkan kefasikannya,
فَجَاءَ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ فَأَخْرَجَهُ ، فَذَهَبَ الشَّابُّ إِلَى قَرْيَةٍ مِنَ الْقُرَى ، فَأَمَرَ اللّٰهُ مُوْسَى أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ تِلْكَ الْقَرْيَةِ ، فَأَخْرَجَهُ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ .
maka Nabi Musa ‘alaihis salam datang lalu mengeluarkannya, kemudian pemuda itu pergi ke salah satu desa dari berbagai desa, lalu Allah memerintahkan Nabi Musa agar mengeluarkannya dari desa tersebut, maka Nabi Musa ‘alaihis salam pun mengeluarkannya.
فَخَرَجَ إِلَى مَفَازَةٍ لَيْسَ فِيْهَا خَلْقٌ وَلَا زَرْعٌ وَلَا وُحُوْشٌ وَلَا طُيُوْرٌ ، فَمَرِضَ فِيْ تِلْكَ الْمَفَازَةِ وَلَيْسَ عِنْدَهُ مُعِيْنٌ يُعِيْنُهُ
Maka ia keluar menuju padang pasir yang tidak ada di dalamnya makhluk, tidak ada tanaman, tidak ada binatang buas, dan tidak ada burung-burung, lalu ia jatuh sakit di padang pasir tersebut Dan tidak ada di sisinya seorang penolong pun yang menolongnya
فَوَقَعَ عَلَى التُّرَابِ وَوَضَعَ رَأْسَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ : لَوْ كَانَتْ وَالِدَتِيْ عِنْدَ رَأْسِيْ لَرَحِمَتْنِيْ ، وَلَبَكَتْ عَلَى مَذَلَّتِيْ ، وَلَوْ كَانَ وَالِدِيْ حَاضِرًا لَأَعَانَنِيْ وَتَوَلَّى أَمْرِيْ ، وَلَوْ كَانَتْ زَوْجَتِيْ حَاضِرَةً لَبَكَتْ عَلَى فِرَاقِيْ،وَلَوْ كَانَ أَوْلَادِيْ حَاضِرِيْنَ عِنْدِيْ لَبَكَوْا خَلْفَ جَنَازَتِيْ وَلَقَالُوْا:
lalu ia jatuh ke atas tanah dan meletakkan kepalanya di atasnya dan ia berkata: “Seandainya ibuku ada di sisi kepalaku niscaya ia akan mengasihaniku, dan niscaya ia akan menangisi kehinaanku, dan seandainya ayahku hadir niscaya ia akan menolongku dan mengurusi urusanku, dan seandainya istriku hadir niscaya ia akan menangisi perpisahanku, dan seandainya anak-anakku hadir di sisiku niscaya mereka akan menangis di belakang jenazahku dan niscaya mereka akan berkata:
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِوَالِدِنَا الْغَرِيْبِ الضَّعِيْفِ الْعَاصِي الْفَاسِقِ الْمَطْرُوْدِ مِنْ بَلَدِهِ إِلَى قَرْيَةٍ وَمِنَ الْقَرْيَةِ إِلَى مَفَازَةٍ ، وَمِنَ الْمَفَازَةِ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا إِلَى الْآخِرَةِ آيِسًا مِنْ كُلِّ الْأَشْيَاءِ .
Ya Allah ampunilah ayah kami yang asing, yang lemah, yang bermaksiat, yang fasik, yang terusir dari negerinya ke suatu desa dan dari desa ke padang pasir, dan dari padang pasir ia keluar dari dunia menuju akhirat dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu.
اَللّٰهُمَّ قَطَعْتَنِيْ عَنْ وَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَزَوْجَتِيْ فَلَا تَقْطَعْنِيْ مِنْ رَحْمَتِكَ
Ya Allah, Engkau telah memutusku dari kedua orang tuaku, anak-anakku, dan istriku, maka janganlah Engkau memutusku dari rahmat-Mu”
فَإِنَّكَ أَحْرَقْتَ قَلْبِيْ بِفِرَاقِهِمْ ، فَلَا تُحْرِقْنِيْ بِنَارِكَ لِأَجْلِ مَعْصِيَتِيْ .
Karena sesungguhnya Engkau telah membakar hatiku dengan perpisahan mereka, maka janganlah Engkau membakarku dengan api-Mu karena kemaksiatanku.
فَأَرْسَلَ اللّٰهُ تَعَالَى لَهُ حَوْرَاءَ عَلَى صِفَةِ أُمِّهِ ، وَحَوْرَاءَ عَلَى صِفَةِ زَوْجَتِهِ ، وَغِلْمَانًا عَلَى صِفَةِ أَوْلَادِهِ ، وَمَلَكًا عَلَى صِفَةِ وَالِدِهِ فَجَلَسُوْا عِنْدَهُ وَبَكَوْا عَلَيْهِ
Maka Allah Ta’ala mengutus kepadanya seorang bidadari atas rupa ibunya, dan seorang bidadari atas rupa istrinya, dan pelayan-pelayan muda atas rupa anak-anaknya, dan seorang malaikat atas rupa ayahnya, lalu mereka duduk di sisinya dan menangisinya,
فَقَالَ: إِنَّ هٰذَا وَالِدِيْ وَوَالِدَتِيْ وَزَوْجَتِيْ وَأَوْلَادِيْ حَضَرُوْا عِنْدِيْ وَطَابَ قَلْبُهُ وَوَصَلَ إِلَى رَحْمَةِ اللّٰهِ تَعَالَى طَاهِرًا مَغْفُوْرًا لَهُ،
maka ia berkata: “Sesungguhnya ini adalah ayahku, ibuku, istriku, dan anak-anakku mereka telah hadir di sisiku,” dan hatinya pun menjadi tenang, lalu ia sampai (wafat) menuju rahmat Allah Ta’ala dalam keadaan suci lagi diampuni baginya.
فَأَوْحَى اللّٰهُ تَعَالَى إِلَى مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ : اِذْهَبْ إِلَى مَفَازَةِ كَذَا وَمَوْضِعِ كَذَا فَإِنَّهُ مَاتَ فِيْهَا وَلِيٌّ مِنَ الْأَوْلِيَاءِ ، فَأَحْضِرْهُ وَتَوَلَّ أَمْرَهُ وَوَارِهِ .
Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam: “Pergilah ke padang pasir anu dan tempat anu, karena sesungguhnya telah wafat di sana seorang wali di antara para wali, maka hadirilah dia, uruslah urusannya (jenazahnya), dan makamkanlah dia.”
فَلَمَّا حَضَرَ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ ذٰلِكَ الْمَوْضِعَ رَأَى الشَّابَّ الَّذِيْ كَانَ أَخْرَجَهُ مِنَ الْبَلَدِ، وَمِنَ الْقَرْيَةِ بِأَمْرِ اللّٰهِ تَعَالَى، وَرَأَى الْحُوْرَ الْعِيْنَ حَوَالَيْهِ ،
Maka tatkala Nabi Musa alaihis salam mendatangi tempat tersebut, beliau melihat pemuda yang dulu ia keluarkan pemuda tersebut dari negeri itu, dan dari desa itu dengan perintah Allah Ta’ala, dan beliau melihat bidadari-bidadari di sekelilingnya,
فَقَالَ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ : يَا رَبِّ أَمَّا هٰذَا الشَّابُّ الَّذِيْ أَخْرَجْتَهُ مِنَ الْبَلَدِ وَمِنَ الْقَرْيَةِ بِأَمْرِكَ فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى : يَا مُوْسَى إِنِّيْ رَحِمْتُهُ وَتَجَاوَزْتُ عَنْهُ بِأَنِيْنِهِ فِيْ مَوْضِعِهِ وَفِرَاقِهِ وَطَنَهُ وَوَالِدَتَهُ وَوَالِدَهُ وَأَوْلَادَهُ وَزَوْجَتَهُ،
lalu Nabi Musa alaihis salam berkata: “Wahai Tuhanku: Bukankah pemuda ini adalah yang Engkau keluarkan dari negeri dan dari desa dengan perintah-Mu?” kemudian Allah Ta’ala berfirman: “Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah merahmatinya dan aku memaafkannya karena rintihannya di tempatnya, serta karena perpisahannya dengan tanah airnya, ibunya, ayahnya, anak-anaknya, dan istrinya.
وَأَرْسَلْتُ إِلَيْهِ حَوْرَاءَ عَلَى صِفَةِ وَالِدَتِهِ، وَمَلَكًا عَلَى صِفَةِ وَالِدِهِ وَحَوْرَاءَ عَلَى صِفَةِ زَوْجَتِهِ يَتَرَحَّمُوْنَ عَلَى مَذَلَّتِهِ فِيْ غُرْبَتِهِ ،
Dan Aku telah mengutus kepadanya bidadari atas rupa ibunya, malaikat atas rupa ayahnya, dan bidadari atas rupa istrinya, mereka semua mengasihani atas kehinaannya di dalam keterasingannya,”
فَإِنَّهُ إِذَا مَاتَ الْغَرِيْبُ بَكَى عَلَيْهِ أَهْلُ السَّمَاوَاتِ وَأَهْلُ الْأَرْضِ رَحْمَةً لَهُ ، فَكَيْفَ لَا أَرْحَمُهُ وَأَنَا أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ.
karena sesungguhnya apabila orang asing (perantau) meninggal dunia, maka penduduk langit dan penduduk bumi pasti akan menangisinya karena kasihan kepadanya, maka bagaimana mungkin Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah Dzat Yang Paling Maha Pengasih di antara para pengasih."
إِذَا وَقَعَ الْغَرِيْبُ فِي النَّزْعِ يَقُوْلُ اللّٰهُ تَعَالَى : يَا مَلَائِكَتِيْ هٰذَا غَرِيْبٌ مُسَافِرٌ تَرَكَ أَوْلَادَهُ وَعِيَالَهُ وَوَالِدَيْهِ ، وَإِذَا مَاتَ لَا يَبْكِيْ عَلَيْهِ أَحَدٌ وَلَا يَحْزَنُ .
Apabila orang yang asing telah jatuh di dalam pencabutan nyawa, maka Allah Ta’ala berfirman: Wahai para malaikat-Ku, ini adalah orang asing yang sedang bepergian, ia telah meninggalkan anak-anaknya, keluarganya, dan kedua orang tuanya, dan apabila ia mati maka tidak ada seorang pun yang menangisinya dan tidak ada yang bersedih.
ثُمَّ يَجْعَلُ اللّٰهُ وَاحِدًا مِنَ الْمَلَائِكَةِ عَلَى صُوْرَةِ أَبِيْهِ، وَوَاحِدًا عَلَى صُوْرَةِ أُمِّهِ، وَوَاحِدًا عَلَى صُوْرَةِ وَلَدِهِ، وَوَاحِدًا عَلَى صُوْرَةِ وَاحِدٍ مِنْ أَقَارِبِهِ، فَيَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِ فَيَفْتَحُ عَيْنَيْهِ فَيَرَى وَالِدَيْهِ وَعِيَالَهُ فَيَطِيْبُ قَلْبُهُ ، وَتَخْرُجُ رُوْحُهُ بِالْفَرَحِ وَالسُّرُوْرِ ،
Kemudian Allah menjadikan satu dari para malaikat atas rupa ayahnya, dan satu (lagi) atas rupa ibunya, dan satu (lagi) atas rupa anaknya, dan satu (lagi) atas rupa salah satu dari kerabatnya, kemudian mereka masuk menemuinya lalu ia membuka kedua matanya kemudian ia melihat kedua orang tuanya dan keluarganya kemudian hatinya menjadi tenang, dan ruhnya keluar dengan kegembiraan dan kesenangan,—
ثُمَّ إِذَا خَرَجَتْ جَنَازَتُهُ يُشَيِّعُوْنَهَا وَيَدْعُوْنَ لَهُ عَلَى قَبْرِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَذٰلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى :﴿اللّٰهُ لَطِيْفٌ بِعِبَادِهِ﴾.
Kemudian apabila jenazahnya telah keluar, maka mereka (para malaikat) mengiringinya dan mereka mendoakan baginya di atas kuburnya sampai hari kiamat, maka yang demikian itu adalah firman Allah Ta’ala: ﴾Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya﴿
Catatan Mukasyafatul Qulub Bab 3
1.
Q.S Asy-Syura: Ayat 19
وَقَالَ ابْنُ عَطَاءٍ : يَتَبَيَّنُ صِدْقُ الْعَبْدِ مِنْ كَذِبِهِ فِيْ أَوْقَاتِ الْبَلَاءِ وَالرَّخَاءِ . فَمَنْ شَكَرَ فِيْ أَيَّامِ الرَّخَاءِ ، وَجَزِعَ فِيْ أَيَّامِ الْبَلَاءِ فَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِيْنَ.
Dan Ibnu ‘Atha’ telah berkata: Menjadi jelas kejujuran seorang hamba dari kedustaannya di waktu-waktu ujian dan kelapangan. Maka barangsiapa yang bersyukur di dalam hari-hari kelapangan, dan ia mengeluh di hari-hari ujian maka ia termasuk dari orang-orang yang berdusta.—
وَلَوِ اجْتَمَعَ فِيْ رَجُلٍ عِلْمُ الثَّقَلَيْنِ، ثُمَّ هَاجَتْ عَلَيْهِ رِيَاحُ الْبَلَاءِ فَأَظْهَرَ الشَّكْوَى لِمَا نَزَلَ بِهِ لَا يَنْفَعُهُ عِلْمُهُ وَلَا عَمَلُهُ.
Dan andaikan ilmu ats-tsaqalain berkumpul pada diri seorang laki-laki, kemudian angin-angin ujian berhembus kepadanya lalu ia menampakkan keluhan terhadap apa yang turun kepadanya, maka tidak akan bermanfaat baginya ilmunya dan tidak pula amalnya.
كَمَا جَاءَ فِي الْحَدِيْثِ الْقُدْسِيِّ يَقُوْلُ اللّٰهُ تَعَالَى : [مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِيْ، وَلَمْ يَشْكُرْ لِعَطَائِيْ فَلْيَطْلُبْ رَبًّا سِوَائِيْ].
Sebagaimana telah datang di dalam Hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman: [Barangsiapa yang tidak ridha dengan ketetapan-Ku, dan tidak bersyukur atas pemberian-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain-Ku].
حَكَى وَهْبُ بْنُ مُنَبِّهٍ : أَنَّ نَبِيًّا عَبَدَ اللّٰهَ خَمْسِيْنَ عَامًا، فَأَوْحَى اللّٰهُ إِلَيْهِ : أَنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَكَ ، فَقَالَ : يَا رَبِّ لِمَاذَا تَغْفِرُ لِيْ وَلَمْ أُذْنِبْ قَطُّ فَأَمَرَ اللّٰهُ عِرْقَهُ فَضُرِبَ عَلَيْهِ وَلَمْ يَنَمْ تِلْكَ اللَّيْلَةَ،
Wahb bin Munabbih telah menceritakan: Bahwasanya seorang Nabi telah menyembah Allah selama lima puluh tahun, lalu Allah mewahyukan kepadanya: Sesungguhnya Aku telah mengampunimu, maka ia berkata: Wahai Tuhanku, mengapa Engkau mengampuniku padahal aku tidak pernah berbuat dosa sama sekali? Maka Allah memerintahkan keringat Nabi tersebut lalu ia tersiksa sebab keringatnya dan ia tidak bisa tidur pada malam itu,
فَجَاءَ مَلَكُ الصُّبْحِ فَشَكَا إِلَيْهِ مَا لَقِيَ مِنْ ضَرَبَانِ الْعِرْقِ فَقَالَ : إِنَّ رَبَّكَ يَقُوْلُ لَكَ : عِبَادَةُ خَمْسِيْنَ عَامًا مَا تَعْدِلُ شَكْوَى هٰذَا الْعِرْقِ .
kemudian datanglah malaikat subuh lalu ia mengadu kepadanya apa yang ia temui dari siksaan keringat tersebut, maka malaikat itu berkata: Sesungguhnya Tuhanmu berfirman kepadamu: Ibadah lima puluh tahun tidaklah sebanding dengan keluhan terhadap keringat.
Tinggalkan Komentar
Bagikan pemikiran dan pendapat Anda
Komentar Pembaca
Diskusi dan tanggapan dari pembaca lain
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!