Mukasyafatul Qulub Bab 4 | Latihan Jiwa dan Syahwat-Syahwat Nafsu
| Nama kitab | : | Mukasyafatul Qulub |
| Judul kitab Arab | : | مُكَاشَفَةُ الْقُلُوْبِ |
| Judul terjemah | : | Terjemah Kitab Mukasyafatul Qulub |
| Mata Pelajaran | : | Tasawuf |
| Musonif | : | Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali |
| Nama Arab | : | أَبُوْ حَامِدٍ مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْغَزَالِيُّ |
| Lahir | : | 450 H di Tus |
| Wafat | : | 505 H di Tus |
| Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Mukasyafatul Qulub Bab 4 Tentang Latihan Jiwa dan Syahwat-Syahwat Nafsu
Image by © LILMUSLIMIIN
اَلْبَابُ الرَّابِعُ
Bab yang Keempat
فِي الرِّيَاضَةِ وَالشَّهْوَةِ النَّفْسَانِيَّةِ
Tentang Latihan Jiwa dan Syahwat-Syahwat Nafsu
أَوْحَى اللّٰهُ إِلَىٰ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ : يَا مُوْسَى إِنْ أَرَدْتَ أَنْ أَكُوْنَ أَقْرَبَ إِلَيْكَ مِنْ كَلَامِكَ إِلَىٰ لِسَانِكَ، وَمِنْ وَسْوَسَةِ قَلْبِكَ إِلَىٰ قَلْبِكَ، وَمِنْ رُوْحِكَ إِلَى بَدَنِكَ، وَمِنْ نُوْرِ بَصَرِكَ إِلَىٰ عَيْنَيْكَ، وَمِنْ سَمْعِكَ إِلَىٰ أُذُنِكَ، فَأَكْثِرْ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Allah telah mewahyukan kepada Nabi Musa alaihis salam: Wahai Musa, jika engkau ingin agar Aku menjadi lebih dekat kepadamu daripada perkataanmu kepada lidahmu, dan dari bisikan hatimu kepada hatimu, dan dari ruhmu kepada badanmu, dan dari cahaya penglihatanmu kepada kedua matamu, dan dari pendengaranmu kepada telingamu, maka perbanyaklah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
قَالَ تَعَالَى : ﴿وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ﴾ يَعْنِي مَا عَمِلَتْ فِي يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Allah Ta’ala berfirman: ﴾Dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)﴿ yakni, apa yang telah ia lakukan untuk hari kiamat.
Catatan Kitab Mukasyafatul Qulub Bab 4
1.
Q.S Al-Hasyr: Ayat 18
اِعْلَمْ أَيُّهَا الْإِنْسَانُ : أَنَّ النَّفْسَ الْأَمَّارَةَ بِالسُّوْءِ هِيَ أَعْدَى لَكَ مِنْ إِبْلِيْسَ، وَإِنَّمَا يَتَقَوَّى عَلَيْكَ الشَّيْطَانُ بِهَوَى النَّفْسِ وَشَهَوَاتِهَا، فَلَا تَغُرَّنَّكَ نَفْسُكَ بِالْأَمَانِيِّ وَالْغُرُوْرِ،
Ketahuilah Wahai manusia: Sesungguhnya nafsu ammarah yang memerintahkan pada keburukan itu lebih memusuhimu daripada Iblis, dan sesungguhnya setan menjadi kuat atas dirimu itu hanya dengan perantara hawa nafsu dan syahwat-syahwatnya, maka janganlah sekali-kali nafsumu menipumu dengan angan-angan dan tipu daya,
لِأَنَّ مِنْ طَبْعِ النَّفْسِ الْأَمْنَ وَالْغَفْلَةَ وَالرَّاحَةَ وَالْفَتْرَةَ وَالْكَسَلَ ، فَدَعْوَاهَا بَاطِلٌ، وَكُلُّ شَيْءٍ مِنْهَا غُرُوْرٌ،
karena sesungguhnya sebagian dari watak nafsu adalah merasa aman, lalai, santai, lesu, dan malas, maka ajakan-ajakan nafsu adalah batil, dan segala sesuatu darinya adalah tipu daya,
وَإِنْ رَضِيْتَ عَنْهَا وَاتَّبَعْتَ أَمْرَهَا هَلَكْتَ، وَإِنْ غَفَلْتَ عَنْ مُحَاسَبَتِهَا غَرِقْتَ ، وَإِنْ عَجَزْتَ عَنْ مُخَالَفَتِهَا وَاتَّبَعْتَ هَوَاهَا قَادَتْكَ إِلَى النَّارِ.
Dan jika engkau ridha kepadanya dan mengikuti perintahnya maka engkau akan binasa, dan jika engkau lalai dari menghisabnya (mengevaluasinya) maka engkau akan tenggelam, dan jika engkau lemah dari menyelisihinya dan engkau mengikuti kemauannya maka ia akan menuntunmu ke neraka.
وَلَيْسَ لِلنَّفْسِ مَرْجُوْعٌ إِلَى الْخَيْرِ ، وَهِيَ رَأْسُ الْبَلَايَا ، وَمَعْدِنُ الْفَضِيْحَةِ وَهِيَ خَزَانَةُ إِبْلِيْسَ، وَمأْوَى كُلِّ شَرٍّ، لَا يَعْرِفُهَا إِلَّا خَالِقُهَا. ﴿وَاتَّقُوا اللّٰهَ إِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ﴾ يَعْنِي مِنَ الْخَيْرِ وَالشَّرِّ .
Dan tidak ada bagi nafsu tempat kembali menuju kebaikan, dan ia adalah pangkal segala bencana, dan sumber aib, dan ia adalah gudang Iblis, serta tempat bernaung segala keburukan, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Penciptanya. ﴾Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kalian kerjakan﴿ yakni, dari kebaikan dan keburukan.
Catatan Kitab Mukasyafatul Qulub Bab 4
1.
Q.S Al-Hasyr: Ayat 18
وَإِذَا تَفَكَّرَ الْعَبْدُ فِيْمَا مَضَى مِنْ عُمْرِهِ فِي طَلَبِ آخِرَتِهِ كَانَ هَذَا التَّفَكُّرُ غُسْلَ الْقَلْبِ
Dan apabila seorang hamba bertafakkur tentang apa yang telah berlalu dari umurnya dalam mencari akhiratnya, maka tafakkur ini akan menjadi pencucian hati
كَمَا قَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : [تَفَكُّرُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ] كَذَا فِي تَفْسِيْرِ أَبِي اللَّيْثِ .
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: [Tafakkur sesaat itu lebih baik daripada ibadah setahun] demikianlah yang disebutkan di dalam Kitab Tafsir Imam Abi al-Laits.
فَيَنْبَغِيْ لِلْعَاقِلِ أَنْ يَتُوْبَ مِنَ الذُّنُوْبِ الْمَاضِيَةِ، وَيَتَفَكَّرَ فِيْمَا يُقَرِّبُهُ وَيَنْجُوْ بِهِ فِيْ الدَّارِ الْآخِرَةِ، وَيَقْصُرَ الْأَمَلَ، وَيُعَجِّلَ التَّوْبَةَ، وَيَذْكُرَ اللّٰهَ تَعَالَى، وَيَتْرُكَ الْمَنَاهِيَ، وَيُصَبِّرَ نَفْسَهُ، وَلَا يَتَّبِعَ الشَّهَوَاتِ النَّفْسَانِيَّةَ.
Maka seyogyanya bagi orang yang berakal agar bertaubat dari dosa-dosa yang telah lalu, dan bertafakkur tentang sesuatu yand dapat mendekatkan dirinya (kepada Allah) dan yang dapat menyelamatkannya di negeri akhirat, dan memendekkan angan-angan, dan menyegerakan taubat, dan mengingat Allah Ta’ala, dan meninggalkan hal hal yang dilarang, dan menyabarkan dirinya, dan tidak mengikuti syahwat-syahwat nafsu.
فَالنَّفْسُ صَنَمٌ، فَمَنْ عَبَدَ النَّفْسَ فَهُوَ يَعْبُدُ الصَّنَمَ، وَمَنْ عَبَدَ اللّٰهَ بِالْإِخْلَاصِ فَهُوَ الَّذِيْ قَهَرَ نَفْسَهُ.
Nafsu itu adalah berhala, barangsiapa menyembah nafsu maka dia menyembah berhala, dan barangsiapa menyembah Allah dengan ikhlas maka dialah orang yang telah menaklukkan nafsunya.
وَرُوِيَ أَنَّ مَالِكَ بْنَ دِيْنَارٍ كَانَ يَمْشِيْ فِيْ سُوْقِ الْبَصْرَةِ ، فَرَأَى التِّيْنَ فَاشْتَهَاهُ ، فَخَلَعَ نَعْلَهُ وَأَعْطَاهُ إِلَى الْبَقَّالِ
Dan diriwayatkan bahwa Malik bin Dinar pernah berjalan di pasar Bashrah, lalu beliau melihat buah tin dan menginginkannya, maka beliau melepas sandalnya dan memberikannya kepada penjual
وَقَالَ : أَعْطِنِيْ التِّيْنَ . فَرَأَى الْبَقَّالُ النَّعْلَ . وَقَالَ : لَا يُسَاوِيْ شَيْئًا . فَمَضَى مَالِكٌ . فَقِيْلَ لِلْبَقَّالِ : أَلَيْسَ تَعْرِفُ مَنْ هٰذَا قَالَ : لَا . قِيْلَ : هُوَ مَالِكُ بْنُ دِيْنَارٍ.
Dan beliau berkata: “Berikanlah kepadaku buah tin”. Lalu penjual itu melihat sandal tersebut. Dan dia berkata: “Ini tidak berharga sedikitpun”. Maka Malik pun berlalu. Lalu dikatakan kepada penjual sayur itu: “Tidakkah engkau mengetahui siapa orang ini?” Dia menjawab: “Tidak”. Dikatakan: “Dia adalah Malik bin Dinar”.
فَحَمَلَ الْبَقَّالُ الطَّبَقَ عَلَى رَأْسِ غُلَامِهِ وَقَالَ لَهُ : إِنْ قَبِلَ هٰذَا مِنْكَ فَأَنْتَ حُرٌّ . فَعَدَا الْغُلَامُ خَلْفَ مَالِكِ بْنِ دِيْنَارٍ وَقَالَ لَهُ : اِقْبَلْ هٰذَا مِنِّيْ . فَأَبَى .
Maka penjual itu membawa nampan (berisi tin) di atas kepala budaknya dan dia berkata kepada budaknya: “Jika dia menerima ini darimu maka engkau merdeka”. Maka budak itu berlari di belakang Malik bin Dinar dan budak itu berkata kepadanya: “Terimalah ini dariku”. Namun beliau menolak.
فَقَالَ : اِقْبَلْ فَإِنَّ فِيْهِ تَحْرِيْرِيْ . فَقَالَ لَهُ مَالِكُ بْنُ دِيْنَارٍ : إِنْ كَانَ فِيْهِ تَحْرِيْرُكَ فَفِيْهِ تَعْذِيْبِيْ . فَأَلَحَّ الْغُلَامُ عَلَيْهِ ، فَقَالَ مَالِكُ بْنُ دِيْنَارٍ : حَلَفْتُ أَنْ لَا أَبِيْعَ الدِّيْنَ بِالتِّيْنِ . وَلَا آكُلَ التِّيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ .
Maka budak itu berkata: “Terimalah, karena sesungguhnya di dalamnya terdapat kemerdekaanku”. Maka Malik bin Dinar berkata kepadanya: “Jika di dalamnya terdapat kemerdekaanmu, maka di dalamnya terdapat siksaku (di akhirat)”. Lalu budak itu terus mendesak beliau, maka Malik bin Dinar berkata: “Aku telah bersumpah bahwa aku tidak akan menjual agama dengan buah tin. Dan aku tidak akan memakan buah tin sampai hari pembalasan (kiamat).”
حُكِيَ أَنَّ مَالِكَ بْنَ دِيْنَارٍ مَرِضَ مَرَضَهُ الَّذِيْ مَاتَ فِيْهِ ، فَاشْتَهَى قَدَحًا مِنَ الْعَسَلِ وَاللَّبَنِ لِيَثْرُدَ فِيْهِ رَغِيْفًا حَارًّا، فَمَضَى الْخَادِمُ وَحَمَلَهُ إِلَيْهِ ، فَأَخَذَهُ مَالِكُ بْنُ دِيْنَارٍ وَنَظَرَ فِيْهِ سَاعَةً
Dihikayatkan bahwa sesungguhnya Malik bin Dinar sakit dengan sakitnya yang ia wafat karena penyakit tersebut, lalu ia menginginkan segelas madu dan susu agar ia dapat mencelupkan roti yang panas ke dalamnya, lalu sang pelayan pergi dan membawanya kepada Malik bin Dinar, lalu Malik bin Dinar mengambilnya dan melihat padanya sesaat.
وَقَالَ : يَا نَفْسُ قَدْ صَبَرْتِ ثَلَاثِيْنَ سَنَةً وَقَدْ بَقِيَ مِنْ عُمْرِكِ سَاعَةٌ، وَرَمَى الْقَدَحَ مِنْ يَدَيْهِ وَصَبَّرَ نَفْسَهُ وَمَاتَ. وَهَكَذَا أَحْوَالُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ، وَالصَّادِقِيْنَ، وَالْعَاشِقِيْنَ، وَالزَّاهِدِيْنَ .
Dan ia berkata: Wahai nafsu, sungguh engkau telah bersabar selama tiga puluh tahun. Dan sungguh telah tersisa dari umurmu sesaat. Lalu Malik bin DInar melemparkan gelas itu dari kedua tangannya dan menyabarkan dirinya lalu ia wafat. Dan begitulah keadaan para Nabi, para Wali, orang-orang yang benar, orang-orang yang rindu (kepada Allah), dan orang-orang yang zuhud.
قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : إِنَّ الْقَاهِرَ لِنَفْسِهِ أَشَدُّ مِمَّنْ يَفْتَحُ الْمَدِيْنَةَ وَحْدَهُ .
Nabi Sulaiman bin Dawud ‘alaihis salam berkata: Sesungguhnya orang yang menaklukkan nafsunya itu lebih kuat daripada orang yang menaklukkan sebuah kota sendirian.
وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ : مَا أَنَا وَنَفْسِيْ إِلَّا كَرَاعِيْ غَنَمٍ، كُلَّمَا ضَمَّهَا مِنْ جَانِبٍ انْتَشَرَتْ مِنْ جَانِبٍ آخَرَ.
Dan Ali bin Abi Thalib karramallāhu wajhah berkata: Tidaklah aku dan nafsuku melainkan seperti penggembala kambing, setiap kali pengembala mengumpulkan kambing dari satu sisi, maka kambing terpencar dari sisi yang lain.
مَنْ أَمَاتَ نَفْسَهُ يُلَفُّ فِيْ كَفَنِ الرَّحْمَةِ ، وَيُدْفَنُ فِيْ أَرْضِ الْكَرَامَةِ ، وَمَنْ أَمَاتَ قَلْبَهُ يُلَفُّ فِيْ كَفَنِ اللَّعْنَةِ ، وَيُدْفَنُ فِيْ أَرْضِ الْعُقُوْبَةِ .
Barangsiapa yang mematikan nafsunya maka ia akan dibungkus dalam kain kafan kasih sayang, dan akan dikuburkan dalam tanah kemuliaan, dan barangsiapa yang mematikan hatinya maka ia akan dibungkus dengan kain kafan laknat, dan akan dikuburkan dalam tanah siksaan.
قَالَ يَحْيَى بْنُ مُعَاذٍ الرَّازِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى : جَاهِدْ نَفْسَكَ بِالطَّاعَةِ وَالرِّيَاضَةِ ، فَالرِّيَاضَةُ هَجْرُ الْمَنَامِ ، وَقِلَّةُ الْكَلَامِ ، وَحَمْلُ الْأَذَى مِنَ الْأَنَامِ ، وَالْقِلَّةُ مِنَ الطَّعَامِ ،
Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullāhu ta’ala berkata: Jihadlah melawan nafsumu dengan ketaatan dan riyadhah (latihan jiwa), maka riyadhah itu adalah meninggalkan tidur , sedikit bicara, menanggung gangguan dari manusia, dan sedikit makan,
Catatan Kitab Mukasyafatul Qulub Bab 4
1.
Meninggalkan tidur yakni tidur seperlunya
فَيَتَوَلَّدُ مِنْ قِلَّةِ الْمَنَامِ صَفْوُ الْإِرَادَاتِ ، وَمِنْ قِلَّةِ الْكَلَامِ السَّلَامَةُ مِنَ الْآفَاتِ ، وَمِنْ احْتِمَالِ الْأَذَى الْبُلُوْغُ إِلَى الْغَايَاتِ ،
Maka akan lahir dari sedikit tidur kejernihan berbagai kehendak, dan dari sedikit bicara keselamatan dari berbagai bahaya, dan dari menanggung gangguan sampainya pada berbagai tujuan,
وَمِنْ قِلَّةِ الطَّعَامِ مَوْتُ الشَّهَوَاتِ ، لِأَنَّ فِيْ كَثْرَةِ الْأَكْلِ قَسْوَةَ الْقَلْبِ وَذَهَابَ نُوْرِهِ . نُوْرُ الْحِكْمَةِ الْجُوْعُ، وَالشِّبَعُ يُبْعِدُ مِنَ اللّٰهِ .
dan dari sedikit makan matinya berbagai syahwat, karena sesungguhnya di dalam banyaknya makan terdapat kerasnya hati dan hilangnya cahaya hati. Cahaya hikmah adalah lapar, dan kenyang itu dapat menjauhkan dari Allah.
كَمَا قَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : [نَوِّرُوْا قُلُوْبَكُمْ بِالْجُوْعِ ، وَجَاهِدُوْا أَنْفُسَكُمْ بِالْجُوْعِ وَالْعَطَشِ ، وَأَدِيْمُوْا قَرْعَ بَابِ الْجَنَّةِ بِالْجُوْعِ،
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: [Sinarilah hati-hati kalian dengan rasa lapar, dan berjihadlah melawan nafsu kalian dengan rasa lapar dan dahaga, dan dawamkanlah (rutinkanlah) mengetuk pintu surga dengan rasa lapar,
فَإِنَّ الْأَجْرَ فِيْ ذٰلِكَ كَأَجْرِ الْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ، وَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَمَلٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ تَعَالَى مِنْ جُوْعٍ وَعَطَشٍ ، وَلَنْ يَلِجَ مَلَكُوْتَ السَّمَاءِ مَنْ مَلَأَ بَطْنَهُ ، وَمَنْ مَلَأَ بَطْنَهُ فَقَدَ حَلَاوَةَ الْعِبَادَاتِ].
Maka sesungguhnya pahala dalam hal itu seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah, dan sesungguhnya tidak ada dari amal yang lebih dicintai Allah Ta’ala daripada rasa lapar dan dahaga, dan tidak akan masuk pada kerajaan langit orang yang memenuhi perutnya, dan barangsiapa yang memenuhi perutnya maka ia telah kehilangan manisnya ibadah-ibadah].
قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ : مَا شَبِعْتُ مُنْذُ أَسْلَمْتُ لِأَجِدَ حَلَاوَةَ عِبَادَةِ رَبِّيْ ، وَمَا رَوِيْتُ مُنْذُ أَسْلَمْتُ اشْتِيَاقًا إِلَى لِقَاءِ رَبِّيْ، لِأَنَّ فِيْ كَثْرَةِ الْأَكْلِ قِلَّةَ الْعِبَادَةِ،
Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu telah berkata: Aku tidak pernah kenyang semenjak aku masuk Islam agar aku dapat menemukan manisnya beribadah kepada Tuhanku, dan aku tidak pernah merasa palum semenjak aku masuk Islam karena rindu untuk bertemu Tuhanku, karena sesungguhnya di dalam banyaknya makan terdapat sedikitnya ibadah,
Catatan Tentang Istilah Palum
1.
Palum adalah istilah resmi yang baru ditambahkan pada KBBI yakni kebalikan dari haus
لِأَنَّهُ إِذَا أَكْثَرَ الْإِنْسَانُ الْأَكْلَ ثَقُلَ بَدَنُهُ وَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ وَفَتَرَتْ أَعْضَاؤُهُ فَلَا يَجِيْءُ مِنْهُ شَيْءٌ وَإِنِ اجْتَهَدَ إِلَّا النَّوْمُ، فَيَكُوْنُ كَالْجِيْفَةِ الْمُلْقَاةِ. كَذَا فِيْ مِنْهَاجِ الْعَابِدِيْنَ.
karena sesungguhnya apabila manusia memperbanyak makan maka akan berat badannya dan kedua matanya akan mengalahkannya (mengantuk) serta anggota tubuhnya menjadi lemas, maka tidak akan datang darinya sesuatupun (amal) walaupun ia bersungguh-sungguh kecuali tidur, maka ia menjadi seperti bangkai yang tergeletak. Demikianlah di dalam kitab Minhajul ‘Abidin.
عَنْ لُقْمَانَ الْحَكِيْمِ أَنَّهُ قَالَ لِابْنِهِ : لَا تُكْثِرِ النَّوْمَ وَالْأَكْلَ فَإِنَّ مَنْ أَكْثَرَ مِنْهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُفْلِسًا مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ . كَذَا فِيْ ( مُنْيَةِ الْفَتَى ) .
Dari Luqman Al-Hakim bahwasanya ia berkata kepada putranya: Janganlah engkau memperbanyak tidur dan makan, karena sesungguhnya barangsiapa yang memperbanyak keduanya maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bangkrut dari amal-amal shalih. Demikianlah di dalam kitab Munyatul Fata.
وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : [لَا تُمِيْتُوا الْقُلُوْبَ بِكَثْرَةِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ ، فَإِنَّ الْقَلْبَ يَمُوْتُ كَالزَّرْعِ إِذَا كَثُرَ عَلَيْهِ الْمَاءُ].
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: [Janganlah kalian mematikan hati dengan banyaknya makanan dan minuman, karena sesungguhnya hati itu akan mati seperti tanaman apabila terlalu banyak air baginya].
وَلَقَدْ شَبَّهَ ذٰلِكَ بَعْضُ الصَّالِحِيْنَ بِأَنَّ الْمَعِدَةَ كَالْقِدْرِ تَحْتَ الْقَلْبِ تَغْلِيْ وَالْبُخَارُ يَصِلُ إِلَيْهِ، فَكَثْرَةُ الْبُخَارِ تُكَدِّرُهُ وَتُسَوِّدُهُ، وَفِيْ كَثْرَةِ الْأَكْلِ قِلَّةُ الْفَهْمِ وَالْعِلْمِ، فَإِنَّ الْبِطْنَةَ تُذْهِبُ الْفِطْنَةَ.
Dan sungguh sebagian orang-orang shalih telah menyerupakan hal itu bahwa perut itu seperti kuali di bawah hati yang mendidih dan uapnya sampai kepada kuali, maka banyaknya uap itu dapat mengeruhkan kuali dan menghitamkannya, dan di dalam banyaknya makan terdapat sedikitnya pemahaman dan ilmu, Karena sesungguhnya kekenyangan itu dapat menghilangkan kecerdasan.—
حُكِيَ عَنْ يَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السَّلَامُ : أَنَّ إِبْلِيْسَ بَدَا لَهُ وَعَلَيْهِ مَغَالِيْقُ . فَقَالَ لَهُ يَحْيَى : مَا هٰذِهِ قَالَ الشَّهَوَاتُ الَّتِيْ أَصِيْدُ بِهَا بَنِيْ آدَمَ . قَالَ يَحْيَى : هَلْ تَجِدُ لِيْ فِيْهَا شَيْئًا ؟
Dihikayatkan dari Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihissalam: Bahwasanya Iblis menampakkan diri kepadanya dan padanya terdapat kunci-kunci (pengait). kemudian Nabi Yahya bertanya kepadanya: Apa ini? Iblis menjawab: Ini adalah syahwat-syahwat yang aku gunakan untuk memburu anak cucu Adam. Nabi Yahya bertanya: Apakah engkau mendapati untukku sesuatu darinya?—
قَالَ : لَا، إِلَّا أَنَّكَ شَبِعْتَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَثَقَّلْنَاكَ عَنِ الصَّلَاةِ . قَالَ يَحْيَى عَلَيْهِ السَّلَامُ : لَا جَرَمَ أَنِّيْ لَا أَشْبَعُ بَعْدَهَا أَبَدًا . فَقَالَ إِبْلِيْسُ : لَا جَرَمَ أَنِّيْ لَا أَنْصَحُ أَحَدًا أَبَدًا.
Iblis menjawab: Tidak, kecuali bahwasanya engkau pernah kenyang pada suatu malam lalu kami memberatkanmu dari shalat. Nabi Yahya ‘alaihissalam berkata: Benar-benar aku tidak akan kenyang setelahnya selamanya. kemudian Iblis berkata: Benar-benar aku tidak akan memberi nasihat kepada siapapun selamanya.
فَهٰذِهِ فِيْمَنْ لَمْ يَشْبَعْ فِيْ عُمْرِهِ إِلَّا لَيْلَةً ، فَكَيْفَ بِمَنْ لَا يَجُوْعُ فِيْ عُمْرِهِ لَيْلَةً ثُمَّ يَطْمَعُ فِي الْعِبَادَةِ.
Maka ini terjadi pada orang yang tidak pernah kenyang dalam umurnya kecuali satu malam, maka bagaimana dengan orang yang tidak pernah lapar dalam umurnya walau satu malam kemudian ia mengharapkan (lezatnya) dalam ibadah?
حُكِيَ أَيْضًا عَنْ يَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السَّلَامُ : أَنَّهُ شَبِعَ مَرَّةً مِنْ خُبْزِ شَعِيْرٍ، فَنَامَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ عَنْ وِرْدِهِ ، فَأَوْحَى اللّٰهُ تَعَالَى إِلَيْهِ :
Dihikayatkan juga dari Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihissalam: Bahwasanya ia pernah kenyang sekali dari roti gandum, lalu ia tertidur pada malam itu dari wiridnya, maka Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya:
يَا يَحْيَى هَلْ وَجَدْتَ دَارًا هِيَ خَيْرًا لَكَ مِنْ دَارِيْ أوْ وَجَدْتَ جِوَارًا هُوَ خَيْرًا لَكَ مِنْ جِوَارِيْ وَعِزَّتِيْ وَجَلَالِيْ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَى الْفِرْدَوْسِ، وَاطَّلَعْتَ عَلَى جَهَنَّمَ لَبَكَيْتَ الصَّدِيْدَ بَدَلَ الدُّمُوْعِ ، وَلَلَبِسْتَ الْحَدِيْدَ بَدَلَ الْمُسُوْحِ .
Wahai Yahya apakah engkau mendapati negeri yang lebih baik bagimu daripada negeri-Ku? Atau apakah engkau mendapati ketetanggaan yang lebih baik bagimu daripada ketetanggaan-Ku? Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, sekiranya engkau melihat kepada surga Firdaus, dan melihat kepada neraka Jahanam, niscaya engkau akan menangis mengeluarkan nanah sebagai ganti air mata, dan niscaya engkau akan memakai besi sebagai ganti kain wol kasar.
Tinggalkan Komentar
Bagikan pemikiran dan pendapat Anda
Komentar Pembaca
Diskusi dan tanggapan dari pembaca lain
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!