Terjemah Kitab Tanqihul Qoul
Nama kitab | : | Tanqihul Qoul |
Judul kitab Arab | : | تنقيح القول الحثيث |
Judul terjemah | : | Terjemah Kitab Tanqihul Qoul |
Mata Pelajaran | : | Hadits, Keutamaan Amal |
Musonif | : | Syekh Nawawi al-Bantani |
Nama Arab | : | الشيخ محمد بن عمر النووي البنتني |
Lahir | : | 813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H / 22 Februari 1274 M |
Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |

Muqaddimah Pengarang Kitab Tanqihul Qoul
بِسْمِ اللّٰهِ االرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي جَعَلَ أَحَادِيثَ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى فِي الْاِهْتِدَاءِ مِثْلَ النُّجُوْمِ،
Segala puji adalah milik Allah Dzat yang telah menjadikan hadits-hadits nabi musthofa menjadi petunjuk seperti bintang-bintang
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُهُ الَّذِي أَعْطَاهُ أَسْرَارَ الْعُلُومِ
Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah yang Allah telah berikan kepadanya rahasia-rahasia dari berbagai ilmu.
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَفْضَلِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ الْمَبْعُوثِ بِالْمُعْجِزَاتِ، وَعَلَى آلِهِ مَصَابِيحِ الدَّلَالَاتِ، وَأَصْحَابِهِ أَنْجُمِ الْهِدَايَاتِ.
Semoga tambahan rahmat dan salam tetap tercurah kepada paling utamanya makhluk Allah yakni Nabi Muhammad yang diutus dengan berbagai mu’jizat dan kepada keluarganya yang menjadi pelita-pelita petunjuk dan kepada para sahabatnya yang menjadi bintang-bintang hidayah.
أَمَّا بَعْدُ: فَهٰذَا شَرْحٌ عَلَى (لُبَابِ الْحَدِيثِ) لِلشَّيْخِ العَلَّامَةِ الفَهَامَةِ جَلَالِ الدِّينِ السِّيُوطِيِّ ابْنِ العَلَّامَةِ كَمَالٍ تَغَمَّدَهُ اللّٰهُ بِرَحْمَتِهِ وَأَسْكَنَهُ فَسِيْحَ جَنَّتِهِ. سَمَّيْتُهُ: ((تَنْقِيحُ القَوْلِ الحَثِيثِ فِي شَرْحِ لُبَابِ الْحَدِيثِ))
Adapun setelah membaca basmalah hamdalah sholawat dan salam: Ini adalah penjelasan atas kitab Lubab al-Hadith karya Sheikh yang sangat alim yang penuh pemahaman yakni Jalaluddin as-Suyuti, putra orang yang sangat alim Kamal, semoga Allah meliputinya dengan rahmatnya dan menempatkannya di dalam kelapangan surga-Nya. Saya menamai syarah Ini: (Tanqihul Qoulil Hatsīts fi Syarḥi Lubabil Hadith).
وَاللّٰهَ أَسْأَلُ أَنْ يَجْعَلَهُ خَالِصًا لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَسَبَبًا لِلْفَوْزِ بِجَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَأَنْ يَخْتِمَ لِكَاتِبِهِ بِخَيْرٍ آمِينَ آمِينَ.
Kepada Allahlah aku meminta semoga Allah menjadikan syarah Ini menjadi murni karena Dzat Allah yang mulia, dan menjadi sebab untuk memperoleh surga kenikmatan, serta mengakhiri amal penulisnya dengan kebaikan. āmīn, āmīn.
وَاعْلَمْ أَنَّ الْبَاعِثَ فِي كِتَابَةِ هٰذَا الشَّرْحِ حَاجَةُ الْمُحْتَاجِيْنَ إِلَيْهِ، فَإِنَّ هٰذَا الْكِتَابَ كَثِيْرُ التَّحْرِيْفِ وَالتَّصْرِيْفِ لِعَدَمِ الشَّرْحِ عَلَيْهِ، وَمَعَ ذٰلِكَ كَثُرَ تَدَاوُلُ النَّاسِ مِنْ أَهْلِ الْجَاوَةِ عَلَيْهِ.
Dan ketahuilah olehmu sesungguhnya pendorong dalam penulisan syarah ini adalah kebutuhan orang-orang yang memerlukan padanya, karena sesungguhnya kitab ini itu banyak mengalami tahrif dan tashrif, karena tidak adanya syarah atasnya. Dan beserta hal itu , banyak yang mengambil di kalangan manusia dari kalangan masyarakat jawa pada kitab ini.
Catatan Kitab Tanqihul Qoul1.Tahrif artinya adalah penyelewengan teks
2.Tashrif artinya adalah perubahan teks
3.Syekh Nawawi menulis syarah dari kitab lubabul hadits bertujuan untuk menjaga kitab lubabul hadits dari penyelewengan teks dan perubahan-perubahan teks yang terkandung di dalam kitab ini. Dan disisi lain banyak dari kalangan orang jawa yang mempelajari kitab ini.
وَإِنِّي لَمْ أَجِدْ نُسْخَةً صَحِيْحَةً فِيْهِ، وَلَمْ أَقْدِرْ عَلَى تَصْحِيْحِهِ، وَاسْتِيْفَاءِ مُرَادِهِ لِقُصُوْرِي، إِلَّا أَنَّ بَعْضَ الشَّرِّ أَهْوَنُ مِنْ بَعْضٍ.
Dan sesungguhnya aku tidak menemukan satu naskah pun yang sahih pada kitab ini, dan aku tidak mampu untuk membenarkan kitab ini serta menyempurnakan maksud penyusunnya karena keterbatasanku, tetapi sesungguhnya sebagian keburukan itu lebih ringan dari sebagian yang lain.
وَهٰذَا الْكِتَابُ إِنْ كَانَ فِيْهِ حَدِيْثٌ ضَعِيْفٌ لَا يَنْبَغِيْ أَنْ يُهْمَلَ، لِأَنَّ الْحَدِيْثَ الضَّعِيْفَ يُعْمَلُ بِهِ فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ كَمَا قَالَ ابْنُ حَجَرٍ فِي تَنْبِيْهِ الْأَخْيَارِ، وَالضَّعِيْفُ حُجَّةٌ فِي الْفَضَائِلِ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ، كَمَا فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَغَيْرِهِ.
Dan kitab ini, jika ada di dalam kitab ini hadits yang dha’if, maka tidak sepantasnya untuk diabaikan, karena sesungguhnya hadits yang dha’if itu masih bisa diamalkan dengannya dalam keutamaan-keutamaan amal sebagaimana telah berkata Imam Ibnu Hajar dalam kitab Tanbīhul Akhyār, dan hadits dha’if adalah hujjah dalam masalah keutamaan amal berdasarkan kesepakatan para ulama, sebagaimana dalam kitab Syarḥul Muhadzdzab dan kitab selainnya.
وَاللّٰهُ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْهِ التُّكْلَانُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.
Allah adalah tempat meminta pertolongan dan hanya kepada-Nya berserah diri, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Muqaddimah Pengarang Kitab Lubabul Hadits
نَضَّرَ اللّٰهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِيْ فَوَعَاهَا فَأَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا. (حديث شريف)
Semoga Allah menjadikan cemerlang seseorang yang mendengar perkataanku lalu dia memahami perkataanku, kemudian dia menyampaikannya sebagaimana dia mendengarnya. (Ini adalah hadits yang mulia)
بِسْمِ اللّٰهِ االرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang
أَيْ أُؤَلِّفُ،فَالْبَاءُ بَارِئُ الْبَرَايَا، وَالسِّيْنُ سَتَّارُ الْخَطَايَا، وَالْمِيْمُ الْمَنَّانُ بِالْعَطَايَا
Yakni aku menyusun. Huruf bā’ adalah بَارِئُ الْبَرَايَا , huruf sīn adalah سَتَّارُ الْخَطَايَا, dan huruf mīm adalah الْمَنَّانُ بِالْعَطَايَا.
Catatan Kitab Tanqihul Qoul1.أؤلف maksudnya adalah aku menyusun kitab lubabul hadits dengan menyebut nama Allah
2.Huruf ب dalam lafadz بِسْمِ bermakna بَارِئُ الْبَرَايَا artinya adalah Dzat yang maha menciptakan segala makhluk
3.Huruf س dalam lafadz بِسْمِ bermakna سَتَّارُ الْخَطَايَا artinya adalah Dzat yang maha menutup segala kesalahan
4.Huruf م dalam lafadz بِسْمِ bermakna الْمَنَّانُ بِالْعَطَايَا artinya adalah Dzat yang maha memberi karunia dengan berbagai pemberian
وَقِيْلَ: اَللّٰهُ كَاشِفُ الْبَلَايَا، وَالرَّحْمٰنُ مُعْطِي الْعَطَايَا، وَالرَّحِيْمُ غَافِرُ الْخَطَايَا.
Dan dikatakan: Allah adalah Dzat yang Maha menghilankan segala bencana, Ar-Rahmān adalah Dzat yang Maha memberikan segala pemberian, dan Ar-Rahīm adalah Dzat yang maha mengampuni segala kesalahan.
.(الْـحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ) فَالْـحَمْدُ لُغَةً: الثَّنَاءُ بِاللِّسَانِ عَلَى الْجَمِيْلِ الْاِخْتِيَارِيِّ عَلَى جِهَةِ التَّعْظِيْمِ، سَوَاءٌ كَانَ فِي مُقَابَلَةِ نِعْمَةٍ أَمْ لَا فَدَخَلَ فِي الثَّنَاءِ الْـحَمْدُ وَغَيْرُهُ
(Segala Puji adalah milik Allah Dzat yang mengurus dan mengatur seluruh alam) Lafadz الحمد menurut bahasa adalah sanjungan dengan lisan atas keindahan yang bersifat sukarela dalam rangka pengagungan, baik terbukti sanjungan tersebut sebagai balasan atas nikmat maupun bukan. Maka lafadz الحمد dan selainnya termasuk ke dalam sanjungan.
وَخَرَجَ بِاللِّسَانِ الثَّنَاءُ بِغَيْرِهِ كَالْـحَمْدِ النَّفْسِيِّ، وَخَرَجَ بِالِاخْتِيَارِيِّ الْمَدْحُ، فَإِنَّهُ يَعُمُّ الْاِخْتِيَارِيَّ وَغَيْرَهُ.
Dan tidak termasuk dengan lisān adalah sanjungan dengan selain lisan seperti pujian dalam hati. Dan tidak termasuk memuji secara sukarela adalah madḥ, karena madḥ mencakup perbuatan yang sukarela maupun yang tidak.
وَالْـحَمْدُ عُرْفًا: فِعْلٌ يُنْبِئُ عَنْ تَعْظِيْمِ الْمُنْعِمِ مِنْ حَيْثُ إِنَّهُ مُنْعِمٌ عَلَى الْـحَامِدِ أَوْ غَيْرِهِ، وَسَوَاءٌ كَانَ بِاللِّسَانِ أَمْ بِالْجَنَانِ أَمْ بِالْأَرْكَانِ.
Dan Lafadz al-ḥamdu menurut istilah (‘urf) adalah: suatu perbuatan yang timbul dari pengagungan terhadap Dzat yang memberi nikmat, dari sisi bahwa pemberi nikmat adalah yang memberi nikmat kepada orang yang memuji maupun kepada selainnya, sama saja adanya pujian itu dengan lisan, atau dengan hati, atau dengan anggota badan.
وَالشُّكْرُ لُغَةً هُوَ هَذَا الْـحَمْدُ، وَعُرْفًا: صَرْفُ الْعَبْدِ جَمِيْعَ مَا أَنْعَمَ اللّٰهُ بِهِ عَلَيْهِ مِنَ السَّمْعِ وَغَيْرِهِ إِلَى مَا خُلِقَ لِأَجْلِهِ.
Dan syukur menurut bahasa adalah pujian ini . Sedangkan menurut istilah (‘urf): mengarahkannya seorang hamba pada seluruh nikmat yang telah Allah anugerahkan nikmat tersebut kepadanya, yakni dari pendengaran dan lainnya, pada perkara yang diciptakan untuk tujuannya.
Catatan Kitab Tanqihul Qoul | Syukur1.Syukur menurut bahasa adalah الحمد.
2.Syukur menurut istilah adalah seorang hamba memanfaatkan nikmat yang telah Allah anugerahkan kepadanya seperti pendengaran dan lainnya sesuai dengan tujuannya.
وَالْمَدْحُ لُغَةً: الثَّنَاءُ بِاللِّسَانِ عَلَى الْجَمِيْلِ مُطْلَقًا عَلَى جِهَةِ التَّعْظِيْمِ
Madh menurut bahasa adalah sanjungan dengan lisan atas keindahan secara mutlak dalam rangka pengagungan
وَعُرْفًا: مَا يَدُلُّ عَلَى اخْتِصَاصِ الْمَمْدُوْحِ بِنَوْعٍ مِنَ الْفَضَائِلِ. أَفَادَ ذٰلِكَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ زَكَرِيَّا الْأَنْصَارِيُّ فِي رِسَالَتِهِ.
Dan menurut istilah ‘urf: madh adalah sesuatu yang menunjukkan pada kekhususan orang yang dipuji dengan jenis dari keutamaan-keutamaan. Telah menjelaskan tentang hal ini Syekh al-Islām Zakariyya al-Anshārī dalam risalahnya.
(وَالْعَاقِبَةُ) أَيْ: الْمَحْمُودَةُ (لِلْمُتَّقِينَ) أَيْ: الْمُطِيْعِيْنَ، وَالْمُنْزِعِيْنَ لِقُلُوْبِهِمْ عَنِ الذُّنُوْبِ.(وَلَا عُدْوَانَ) أَيْ: لَا ظُلْمَ (إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ) أَيْ: بِارْتِكَابِ الْمَعَاصِي.
(Dan akhir yang baik) yakni yang terpuji (adalah bagi orang-orang yang bertakwa), yakni orang-orang yang ta’at dan orang-orang yang membersihkan hati mereka dari dosa-dosa. (Dan tidak ada permusuhan) yakni tidak ada kezaliman (kecuali terhadap orang-orang yang zalim), yakni sebab melakukan maksiat.
(وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ) كُلِّهِمْ مِنَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ وَالْمَلَائِكَةِ (مُحَمَّدٍ)، الْمُنَزَّلِ عَلَيْهِ، تَعْظِيْمًا لَهُ قَوْلُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:
(Dan semoga tambahan rahmat dan salam tercurah kepada sebaik-baiknya makhluk Allah), dari seluruh makhluk, dari manusia, jin, dan malaikat (Yakni Muḥammad), yang diturunkan kepadanya Firman Allah Subhanahu Wata’ala sebagai pengagungan untuknya:
﴿يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا ٤٥ وَدَاعِيًا إِلَى اللّٰهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا ٤٦ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِاَنَّ لَهُمْ مِّنَ اللّٰهِ فَضْلًا كَبِيْرًا ٤٧ ﴾ [الأحزاب: ٤٥–٤٧]
.﴾Wahai Nabi (Muhammad), sesungguhnya Kami mengutus engkau untuk menjadi saksi, pemberi kabar gembira, dan pemberi peringatan ٤٥ dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya serta sebagai pelita yang menerangi ٤٦ Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah ٤٧ ﴿ [Al-Aḥzāb: 45–47]
(وَعَلَى آلِهِ) أَيْ: أَقَارِبِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ وَالْمُطَّلِبِ، أَوْ أَتْقِيَاءِ أُمَّتِهِ.
(Dan kepada keluarganya), yakni kerabat-kerabat beliau yang beriman dari keturunan Bani Hāsyim dan Bani Muṭṭalib, atau dari golongan orang-orang yang bertakwa dari umatnya.
(وَصَحْبِهِ)، وَالصَّحَابِيُّ هُوَ مَنْ اجْتَمَعَ مُؤْمِنًا بِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ نُبُوَّتِهِ. (أَجْمَعِينَ): تَأْكِيدٌ لِلْآلِ وَالصَّحْبِ.
(Dan kepada para sahabatnya), dan sahabat adalah orang yang pernah berkumpul dalam keadaan beriman kepada Nabi kita Muhammad ﷺ setelah beliau diangkat menjadi nabi. (seluruhnya): Lafadz أجمعين itu sebagai penegas untuk lafadz ال dan صحب.
Catatan Kitab Tanqihul Qoul Makna صحابي1.Makna صَحَابِيُّ adalah orang yang pernah berjumpa dengan nabi dan beriman kepadanya setelah beliau diangkat menjadi nabi. Bentuk jamaknya adalah صَحَابَةٌ.
(أَمَّا بَعْدُ) أَيْ بَعْدَ مَا تَقَدَّمَ، (فَإِنِّي أَرَدْتُ أَنْ أَجْمَعَ كِتَابًا لِلْأَخْبَارِ) أَيْ: الْأَحَادِيْثِ، (النَّبَوِيَّةِ) أَيْ: الْمَنْسُوبَةِ لِلنَّبِيِّ،
(Adapun setelah itu), yakni setelah ucapan yang telah lalu, (maka sesungguhnya aku bermaksud untuk menghimpun sebuah kitab untuk memuat khabar-khabar), yakni hadits-hadits (Nabi) Yakni yang dinisbatkan kepada Nabi
لِأَنَّهَا أَقْوَالُهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، (وَالْآثَارِ) أَيْ: الْمَنْقُولَاتِ، (الْمَرْوِيَّةِ) أَيْ: عَنْ رَسُولِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، (بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ)،
Karena sesungguhnya khabar-khabar nabi itu adalah ucapan nabi ﷺ (dan untuk memuat atsar-atsar) yaitu yang dinukil (yang diriwayatkan) yakni dari Rasulullah ﷺ (dengan sanad yang shahih).
فَالصَّحِيحُ: هُوَ مَا اتَّصَلَ سَنَدُهُ، وَعُدِّلَتْ نَقَلَتُهُ، وَالْإِسْنَادُ: هُوَ حِكَايَةُ طَرِيقِ الْمَتْنِ، وَالسَّنَدُ: هُوَ الطَّرِيقُ الْمُوصِلَةُ إِلَى الْمَتْنِ
Hadits yang shahih adalah hadits yang bersambung sanadnya dan adil penukilnya.
Isnad adalah penuturan alur matan, dan sanad adalah jalan yang terhubung kepada matan.
فَقَوْلُكَ: أَخْبَرَنَا فُلَانٌ إِلَى الْآخِرِ: إِسْنَادٌ، وَنَفْسُ الرِّجَالِ: سَنَدٌ، وَالْمَتْنُ: هُوَ أَلْفَاظُ الْحَدِيْثِ الَّتِي تَقُوْمُ بِهَا الْمَعَانِي.
Maka ucapanmu “telah mengabarkan kepada kami si Fulan sampai akhir” adalah isnad, sedangkan para perawinya adalah sanad, dan matan adalah lafadz-lafadz hadits yang terkandung di dalam lafadz tersebut makna-makna.
وَقَالَ ابْنُ جَمَاعَةَ: هُوَ مَا يَنْتَهِي إِلَيْهِ غَايَةُ السَّنَدِ أَفَادَ ذٰلِكَ إِبْرَاهِيمُ الشِّبْرَخَيْتِيُّ.
Telah berkata Ibnu Jama‘ah: matan adalah sesuatu yang yang berkahir kepadanya batas akhir suatu sanad. Telah menjelaskan tentang hal ini Ibrahim asy-Syibrokhoiti.
(وَثِيْقٍ) أَيْ: ضَابِطٍ نَاقِلٍ عَنْ مِثْلِهِ إِلَى الْمُنْتَهَى، (فَحَذَفْتُ الْأَسَانِيْدَ) أَيْ: رَوْمًا لِلْاِخْتِصَارِ وَهُوَ جَمْعُ إِسْنَادٍ،
Catatan Kitab Tanqihul Qoul1.Dalam kitab lubabul hadits ini tidak dicantumkan sanad-sanadnya karena bertujuan untuk meringkas isi kitab
(Dan terpercaya), yakni orang yang kuat hafalannya dan meriwayatkan dari yang semisal dengannya sampai ke ujung sanad. (Lalu aku hapuskan sanad-sanadnya), yakni dengan tujuan untuk meringkasnya. Lafadz الأسانيد adalah bentuk jamak dari lafadz إسناد.
قَالَ الْبَدْرُ بْنُ جَمَاعَةَ: اَلْإِسْنَادُ هُوَ الْإِخْبَارُ عَنْ طَرِيقِ الْمَتْنِ وَالسَّنَدُ: هُوَ رَفْعُ الْحَدِيْثِ إِلَى قَائِلِهِ.
Telah berkata Al-badr bin Jama’ajh: isnad adalah penyampaian dari jalan matan, sedangkan sanad adalah mengangkat suatu hadits sampai kepada pengucapnya.
قَالَ النَّوَوِيُّ: اَلسَّنَدُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ فَإِذَا لَمْ يَكُنْ مَعَهُ سِلَاحٌ فَبِمَ يُقَاتِلُ؟
Telah berkata Imam Nawawi: sanad adalah senjatanya orang beriman. Jika tidak ada padanya senjata, maka dengan apa ia akan berperang?
وَقَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: الَّذِي يَطْلُبُ الْحَدِيْثَ بِلَا سَنَدٍ كَحَاطِبِ لَيْلٍ، يَتَحَمَّلُ الْحَطَبَ وَفِيهِ أَفْعَى وَهُوَ لَا يَدْرِي.
Telah berkata Imam Syafi’i Radhiallahu Anhu: orang yang mencari hadits tanpa sanad itu seperti orang yang memungut kayu di malam hari, ia membawa kayu bakar dan di dalamnya ada ular berbisa sedangkan dia tidak tahu.
(وَجَعَلْتُهُ أَرْبَعِينَ بَابًا، فِي كُلِّ بَابٍ) مِنْهَا (عَشَرَةُ أَحَادِيْثَ)، فَمَجْمُوْعُ الْأَحَادِيثِ: أَرْبَعُمِائَةٍ،
(Aku menjadikan kitab ini empat puluh bab. Pada setiap bab) di antarannya (terdapat sepuluh hadits), maka terkumpul jumlah hadits-hadits itu empat ratus hadits.
(وَسَمَّيْتُهُ) أَيْ: هَذَا الْمَجْمُوعَ (لُبَابَ الْحَدِيثِ)، وَاللُّبَابُ خِلَافُ الْقِشْرِ،
(Aku menamainya) yakni pada kumpulan hadits-hadits ini (Lubābul Ḥadīts), Lubab adalah lawan dari kulit.
Catatan Kitab Tanqihul Qoul Makna Lubab1.Lubab artinya adalah inti sari hadits.
(وَأَسْتَعِيْنُ بِاللّٰهِ الْعَظِيْمِ) أَيْ: الْكَامِلِ ذَاتًا وَصِفَةً، (عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ)، فِي إِقَامَةِ الدِّيْنِ.
(Dan aku memohon pertolongan kepada Allāh Yang Maha Agung), yakni yang sempurna pada dzat dan sifat-Nya, (dalam menghadapi kaum kafir) dalam rangka menegakkan agama.
وَلَمَّا أَرَادَ الْمُصَنِّفُ إِتْيَانَ الْمَقْصُوْدِ أَتَى أَوَّلًا بِالْأَبْوَابِ الْأَرْبَعِينَ عَلَى سَبِيلِ السَّرَدِ لِيَكُونَ عُنْوَانًا لِهٰذَا الْكِتَابِ تَسْهِيلًا لِلْمُتَنَاوِلِينَ.
Ketika penulis hendak menyampaikan inti tujuan, beliau menyebutkan terlebih dahulu empat puluh bab dengan cara berturut-turut, agar menjadi ciri khas bagi kitab ini sebagai kemudahan bagi para pembaca.
فَقَالَ: (اَلْبَابُ الْأَوَّلُ: فِي فَضِيْلَةِ الْعِلْمِ وَالْعُلَمَاءِ) قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُواْ فِى الدِّيْنِ﴾ [التوبة: ١٢٢].
Telah berkata Syekh Jalaluddin As-Suyuti (Bab yang pertama adalah tentang keutamaan ilmu dan ulama) Telah berfirman Allah Ta’ala ﴾Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka﴿ [Q.S At-Taubah: Ayat 122].
Daftar Bab Kitab Lubabul Hadits
(اَلْبَابُ الثَّانِي: فِي فَضِيْلَةِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ) قَالَ الْفَخْرُ الرَّازِيُّ: وَقَدْ ذُكِرَتْ هٰذِهِ الْكَلِمَةُ فِي الْقُرْآنِ فِي سَبْعَةٍ وَثَلَاثِيْنَ مَوْضِعًا،
(Bab Yang kedua: Tentang keutamaan lafadz Laa Ilaaha Ilallah) Sungguh telah disebutkan kalimat ini dalam Al-Qur’an dalam tiga puluh tujuh tempat
اِثْنَانِ فِي الْبَقَرَةِ، وَأَرْبَعَةٌ فِي آلِ عِمْرَانَ، وَوَاحِدٌ فِي النِّسَاءِ، وَاثْنَانِ فِي الْأَنْعَامِ، وَوَاحِدٌ فِي الْأَعْرَافِ، وَاثْنَانِ فِي التَّوْبَةِ، وَوَاحِدٌ فِي يُونُسَ، وَفِي هُودٍ، وَفِي الرَّعْدِ، وَفِي النَّحْلِ، وَثَلَاثَةٌ فِي طٰهَ، وَاثْنَانِ فِي الْأَنْبِيَاءِ،
Dua dalam surat Al-baqarah, empat dalam surat Āli Imran, satu dalam surat An-Nisā , dua dalam surat Al-An’ām, satu dalam surat Al-A’rāf, dua dalam surat At-Taubah, satu dalam surat yūnus, satu dalam surat hūd, satu dalam surat Ar-ra’du, satu dalam surat An-Nahl, tiga dalam surat thāhā, dua dalam surat Al-Anbiyā,
وَوَاحِدٌ فِي الْمُؤْمِنِينَ، وَفِي النَّمْلِ، وَاثْنَانِ فِي الْقَصَصِ، وَوَاحِدٌ فِي فَاطِرٍ، وَفِي الصَّافَّاتِ، وَفِي الزُّمَرِ، وَثَلَاثَةٌ فِي الْمُؤْمِنِ، وَوَاحِدٌ فِي الدُّخَانِ، وَفِي مُحَمَّدٍ، وَاثْنَانِ فِي الْحَشْرِ، وَوَاحِدٌ فِي التَّغَابُنِ، وَفِي الْمُزَّمِّلِ.
satu dalam surat Al-Mu’minūn, satu dalam surat An-Naml, dua dalam surat Al-Qoshosh, satu dalam surat Fātir, satu dalam surat Az- Zumar, tiga dalam surat Al-Mu’min, satu dalam surat Ad-Dukhān, satu dalam surat Muhammad, dua dalam surat Al-Hasyr, satu dalam surat At-Taghābun dan satu dalam surat Al-Muzammil.
(اَلْبَابُ الثَّالِثُ: فِي فَضِيْلَةِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ) وَقَدْ قَالَ ﷺ: [لَا يُرَدُّ دُعَاءٌ أَوَّلُهُ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ]،
(Bab yang ketiga: Tentang keutamaan “Bismillāhir Rahmānir Rahīm) Dan sungguh telah bersabda Nabi ﷺ [Tidak akan ditolak doa yang awalnya Bismillāhir Rahmānir Rahīm].
قَالَ: [وَإِنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهُمْ يَقُوْلُوْنَ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، فَتَتَثَاقَلُ حَسَنَاتُهُمْ فِي الْمِيْزَانِ، فَتَقُوْلُ الْأُمَمُ: مَا رَجَّحَ مَوَازِيْنَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ﷺ.
Nabi ﷺ Bersabda: [Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dan mereka mengucapkan Bismillāhir Rahmānir Rahīm, Lalu bertambah beratlah kebaikan mereka di timbangan, lalu berkata umat-umat lain: ‘Apa yang memberatkan timbangan-timbangan umat Nabi Muhammad ﷺ?
فَتَقُولُ الْأَنْبِيَاءُ لَهُمْ: كَانَتْ أُمَّةُ مُحَمَّدٍ ﷺ مُبْتَدَأُ كَلَامِهِمْ ثَلَاثَةَ أَسْمَاءٍ مِنْ أَسْمَاءِ اللّٰهِ تَعَالَى الْكِرَامِ، لَوْ وُضِعَتْ فِي كَفَّةِ الْمِيْزَانِ، وَوُضِعَتْ سَيِّئَاتُ الخَلْقِ جَمِيعًا فِي الْكَفَّةِ الْأُخْرَى، لَرَجَحَتْ حَسَنَاتُهُمْ.
Kemudian berkatalah para nabi kepada mereka: Terbukti umat Nabi Muhammad ﷺ yakni permulaan ucapan mereka itu dengan tiga nama dari nama-nama Allah Ta’ala yang mulia. Seandainya diletakkan tiga nama tersebut dalam satu neraca timbangan dan diletakkan pula keburukan-keburukan makhluk seluruhnya di dalam neraca timbangan yang lain maka pasti akan unggul kebaikan-kebaikan mereka.
Catatan Kitab Tanqihul Qoul Bismillah1.Tiga nama Allah yang dimaksud adalah: Allah, Arrahman dan Ar-Rahim yang terkumpul dalam basmalah
قَالَ: وَجَعَلَ اللّٰهُ تَعَالَى هٰذِهِ الآيَةَ شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ، وَغِنًى مِنْ كُلِّ فَقْرٍ، وَسِتْرًا مِنَ النَّارِ، وَأَمَانًا مِنَ الْخَسْفِ، وَالْمَسْخِ، وَالْقَذْفِ، مَا دَامُوْا عَلَى قِرَاءَتِهَا].
Nabi ﷺ bersabda: “Dan Allāh Ta‘ālā menjadikan ayat ini sebagai obat dari segala penyakit, kekayaan dari segala kefakiran, penutup dari neraka, serta keamanan dari tertelan bumi, diubah bentuk, dan tuduhan palsu, selama mereka tetap membacanya]
(اَلْبَابُ الرَّابِعُ: فِي فَضِيْلَةِ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ) قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: [مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي مَجْلِسٍ وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيَّ فِيهِ إِلَّا تَفَرَّقُوْا كَقَوْمٍ تَفَرَّقُوْا عَنْ مَيِّتٍ وَلَمْ يَغْسِلُوْهُ].
(Bab yang keempat: Tentang keutamaan shalawat kepada Nabi ﷺ) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam suatu majelis, lalu mereka tidak bershalawat kepadaku di dalamnya, melainkan mereka akan berpisah seperti suatu kaum yang berpisah dari jenazah dan mereka tidak memandikannya].
(اَلْبَابُ الْخَامِسُ: فِي فَضِيْلَةِ الْإِيْمَانِ) قَالَ الْقُطْبُ الرَّبَّانِيُّ سَيِّدِي الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيلَانِي: وَنَعْتَقِدُ أَنَّ مَنْ أَدْخَلَهُ اللّٰهُ تَعَالَى النَّارَ بِكَبِيْرَتِهِ مَعَ الْإِيْمَانِ، فَإِنَّهُ لَا يَخْلُدُ فِيْهَا بَلْ يُخْرِجُهُ مِنْهَا،
(Bab yang kelima: Tentang keutamaan iman) Telah berkata Al-Quthb Ar-Rabbānī Sayyidī Asy-Syaikh ‘Abdul Qādir Al-Jailānī: Dan kami meyakini bahwa orang yang telah Allah Ta’ala masukkan ke dalam neraka karena dosa besarnya bersama iman, maka sesungguhnya ia tidak akan kekal di dalamnya, bahkan Allāh akan mengeluarkannya darinya.
لِأَنَّ النَّارَ فِي حَقِّهِ كَالسِّجْنِ فِي الدُّنْيَا، يُسْتَوْفَى مِنْهُ بِقَدْرِ جَرِيْمَتِهِ، ثُمَّ يُخْرِجُهُ بِرَحْمَةِ اللّٰهِ تَعَالَى وَلَا يَخْلُدُ فِيْهَا، وَلَا تَلْفَحُ وَجْهَهُ النَّارُ، وَلَا تُحْرِقُ أَعْضَاءَ السُّجُوْدِ مِنْهُ، لِأَنَّ ذٰلِكَ مُحَرَّمٌ عَلَى النَّارِ،
Karena sesungguhnya neraka pada haknya orang tersebut seperti penjara di dunia, yang diambil darinya sesuai kadar kejahatannya, kemudian Allāh mengeluarkannya dengan rahmat Allah Ta’ala dan ia tidak kekal di dalamnya. Api neraka tidak akan membakar wajahnya, dan tidak akan membakar anggota sujud darinya, karena sesungguhnya hal itu diharamkan atas neraka.
وَلَا يَنْقَطِعُ طَمَعُهُ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى فِي كُلِّ حَالٍ مَا دَامَ فِي النَّارِ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْهَا، فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ، وَيُعْطَى الدَّرَجَاتُ عَلَى قَدْرِ طَاعَتِهِ الَّتِي كَانَتْ لَهُ فِي الدُّنْيَا.
Dan tidak akan terputus harapannya kepada Allāh Ta‘ālā dalam setiap keadaan selama ia berada di dalam neraka hingga ia keluar** darinya, lalu ia masuk surga dan diberi derajat sesuai kadar ketaatannya yang terbukti pernah ia miliki di dunia.
(اَلْبَابُ السَّادِسُ: فِي فَضِيْلَةِ الْوُضُوْءِ) رُوِيَ عَنْ نَافِعٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [مَا مِنْ عَبْدٍ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ عَلَى تَرْتِيْبِهِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللّٰهُ بِكُلِّ قَطْرَةٍ تَقْطُرُ مِنْ وُضُوئِهِ عَشْرَ حَسَنَاتٍ فِي الْجَنَّةِ، وَتَسْتَغْفِرُ لَهُ تِلْكَ الأَرْضُ الَّتِي تَوَضَّأَ عَلَيْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ].
(Bab yang keenam: Tentang keutamaan wudhu) Diriwayatkan dari Nāfi‘ Radhiyallāhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda: [Tidaklah seorang hamba berwudhu lalu ia membaguskan wudhunya sesuai urutannya, melainkan Allāh akan memberinya atas setiap tetesan yang menetes dari wudhunya sepuluh kebaikan di surga, dan akan memintakan ampun untuk orang tersebut bumi itu yang ia berwudhu di atasnya hingga hari kiamat].
(اَلْبَابُ السَّابِعُ: فِي فَضِيْلَةِ السِّوَاكِ) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللّٰهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ]. أَخْرَجَهُ مَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَالنَّسَائِي.
(Bab yang ketujuh: Tentang keutamaan siwak) Dari Abū Hurairah Radhiyallāhu ‘Anhu, dari Rasulullāh ﷺ, bahwa beliau bersabda: **[Sekiranya tidak memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak pada setiap wudhu] **Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Mālik, Imam Ahmad, dan Imam An-Nasā’ī.
(اَلْبَابُ الثَّامِنُ: فِي فَضِيْلَةِ الْأَذَانِ) عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ: [إِذَا أَذَّنْتَ فَتَرَسَّلْ، وَإِذَا أَقَمْتَ فَاحْرِزْ، وَاجْعَلْ بَيْنَ أَذَانِكَ وَإِقَامَتِكَ قَدْرَ مَا يَفْرُغُ الْآكِلُ مِنْ أَكْلِهِ] رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَضَعَّفَهُ،
(Bab yang ke delapan: Tentang keutamaan adzan) Dari Jabir Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullāh ﷺ telah bersabda kepada Bilal: [Apabila engkau adzan maka lakukanlah dengan perlahan, dan apabila engkau iqamah maka percepatlah, dan jadikanlah antara adzanmu dan iqamahmu seukuran orang yang makan dapat selesai dari makannya]. Telah meriwayatkan Hadits ini Imam At-Tirmidzi dan beliau mendhaifkannya.
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ] رَوَاهُ النَّسَائِيُّ.
Dan dari Anas bin Malik berkata: Telah bersabda Nabi ﷺ: [Tidak akan ditolak doa di antara adzan dan iqamah]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam An-Nasā’i.
(اَلْبَابُ التَّاسِعُ: فِي فَضِيْلَةِ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: [أَتَى النَّبِيَّ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ: “يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُوْدُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ”، فَرَخَّصَ لَهُ، فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ: “هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ” قَالَ: “نَعَمْ”. قَالَ: “فَأَجِبْهُ”] رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
(Bab yang kesembilan: Tentang keutamaan shalat berjamaah) Dari Abu Hurairah, ia berkata: [Telah datang kepada Nabi ﷺ seorang laki-laki buta, lalu ia berkata: “Wahai Rasulullah, tidak ada bagiku seorang pemandu yang menuntunku menuju masjid.” Maka beliau memberikan keringanan kepadanya. Lalu ketika ia berpaling, beliau memanggilnya lalu bersabda: “Apakah engkau mendengar panggilan untuk shalat?” Ia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Maka penuhilah panggilan itu.”] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Muslim.
(اَلْبَابُ العَاشِرُ: فِي فَضِيْلَةِ الجُمُعَةِ) عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [يَغْفِرُ اللّٰهُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ أَجْمَعِيْنَ].
(Bab yang kesepuluh: Tentang keutamaan hari Jum‘at) Dari Ibnu ‘Abbās Radhiyallāhu ‘Anhuma, ia berkata: Rasulullāh ﷺ bersabda: [Allāh mengampuni pada malam Jum‘at untuk kaum Muslimin seluruhnya].
وَعَنْ سَلْمَانَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ لِي رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [“أَتَدْرِي لِمَ سُمِّيَ يَوْمُ الجُمُعَةِ” قُلْتُ: “لَا”. قَالَ: “لِأَنَّ فِيْهِ جُمِعَ أَبُوْكَ آدَمُ”].
Dan dari Salmān Radhiyallāhu ‘Anhu, ia berkata: Telah bersabda kepadaku Rasulullāh ﷺ: [“Apakah engkau Tahu mengapa dinamakan hari Jum‘at?” Aku menjawab: “Tidak.” Beliau bersabda: “Karena pada hari itu bapakmu Ādam dikumpulkan"].
قَالَ بَعْضُهُمْ: هُوَ اجْتِمَاعُ قَالِبِ آدَمَ وَرُوْحِهِ بَعْدَ أَنْ كَانَ مُلْقًى أَرْبَعِيْنَ سَنَةً. وَقَالَ آخَرُوْنَ: لاِجْتِمَاعِ آدَمَ وَحَوَّاءَ بَعْدَ الفُرْقَةِ الطَّوِيْلَةِ.
Telah berkata sebagian ulama: Dikumpulkan nabi adam adalah berkumpulnya jasad Ādam dan rohnya setelah ada jasadnya dibiarkan selama empat puluh tahun. Dan telah berkata ulama lain: karena berkumpulnya Ādam dan Hawā’ setelah perpisahan yang panjang.
وَقِيْلَ: إِنَّمَا سُمِّيَ بِذَلِكَ لاِجْتِمَاعِ أَهْلِ الْبِلَادِ وَالرَّسَاتِيْقِ فِيْهِ. وَقِيْلَ: لِأَنَّهُ تَقُوْمُ فِيْهِ الْقِيَامَةُ وَهُوَ يَوْمُ الْجَمْعِ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ﴾ [التَّغَابُن: ٩]. ذَكَرَ ذَلِكَ سَيِّدِي الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيْلَانِي.
Dan dikatakan: bahwa dinamakan demikian karena berkumpulnya penduduk kota-kota dan penduduk kampung-kampung pada hari itu. Dan dikatakan: karena sesungguhnya pada hari itu terjadi kiamat, dan hari itu merupakan hari perkumpulan. Telah berfirman Allah Ta’ala: ﴾Pada hari Dia mengumpulkan kalian untuk hari perhimpunan﴿ [QS. At-Taghābun: Ayat 9]. telah menuturkan pada hal itu Syaikh ‘Abdul Qādir al-Jīlānī.
(اَلْبَابُ الْحَادِي عَشَرَ: فِي فَضِيْلَةِ الْمَسَاجِدِ) وَهِيَ بُيُوْتُ اللّٰهِ تَعَالَى، لِأَنَّهَا مَحَالُّ عِبَادَاتِ اللّٰهِ تَعَالَى.
(Bab yang ke sebelas: Tentang keutamaan masjid-masjid) Masjid adalah rumah-rumah Allah Ta‘ālā, karena ia merupakan tempat-tempat ibadah kepada Allah Ta‘ālā.
(اَلْبَابُ الثَّانِي عَشَرَ: فِي فَضِيْلَةِ الْعَمَائِمِ) قَالَ سَيِّدِي الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيْلَانِي: وَيُكْرَهُ كُلُّ مَا خَالَفَ زِيَّ الْعَرَبِ وَشَابَهَ زِيَّ الْأَعَاجِمِ.
(Bab yang kedua belas: tentang keutamaan sorban-sorban) Telah berkata tuanku, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani: Dan dimakruhkan setiap perkara yang menyelisihi pakaian orang Arab dan menyerupai pakaian orang non-Arab.
(اَلْبَابُ الثَّالِثَ عَشَرَ: فِي فَضِيْلَةِ الصَّوْمِ) وَعَنِ الْحَسَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ [اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ مَا لَمْ يَخْرِقْهُ، قِيْلَ: وَمَا يَخْرِقُهُ؟ قَالَ: بِكَذِبَةٍ أَوْ بِغِيْبَةٍ].
(Bab yang ke tiga belas: tentang keutamaan puasa) Dari Hasan dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, dia berkata: Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Puasa adalah perisai dari api neraka selama tidak merobeknya." Ditanyakan: “Apa yang merobeknya?” Beliau menjawab: “Dengan suatu kebohongan atau dengan ghibah].
(اَلْبَابُ الرَّابِعَ عَشَرَ: فِي فَضِيْلَةِ الْفَرَائِضِ) مِنَ الصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا،
(Bab yang keempat belas: Tentang keutamaan fardhu-fardhu) Dari shalat dan selainnya.
قَالَ عَبْدُ اللّٰهِ الصَّحَابِيُّ ابْنُ غَسَّانَ فِي جَوَابِ سُؤَالِ مُنَيْنَا بْنِ عَبْدِ الْمَسِيْحِ الرَّاهِبِ: قَالَ نَبِيُّنَا ﷺ: [اَلصَّلَاةُ صِلَةٌ بَيْنَ الْعَبْدِ وَرَبِّهِ، فِيهَا إِجَابَةُ الدُّعَاءِ، وَقَبُولُ الْأَعْمَالِ، وَبَرَكَةٌ فِي الرِّزْقِ، وَرَاحَةٌ فِي الْأَبْدَانِ، وَسِتْرٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّارِ، وَثِقْلٌ فِي الْمِيزَانِ، وَجَوَازٌ عَلَى الصِّرَاطِ، وَمِفْتَاحُ الْجَنَّةِ].
Telah berkata Abdullah, sahabat Nabi, putra Ghassan, dalam menjawab pertanyaan Munaina bin ‘Abdul Masih Ar-Rahib: Telah bersabda Nabi kita ﷺ: [Shalat adalah penghubung antara seorang hamba dengan Rabb-nya; di dalamnya terdapat pengabulan doa, penerimaan amal, keberkahan dalam rezeki, ketenangan pada tubuh, pelindung antara dirinya dan api neraka, pemberat pada timbangan, izin untuk melewati shirath, dan kunci surga].
ثُمَّ قَالَ عَبْدُ اللّٰهِ: وَالصَّلَاةُ جَامِعَةٌ لِجَمِيعِ الطَّاعَاتِ، فَمِنْ جُمْلَتِهَا الْجِهَادُ، فَإِذَا الْمُصَلِّي يُجَاهِدُ عَدُوَّيْنِ: نَفْسَهُ وَالشَّيْطَانَ، وَفِي الصَّلَاةِ الصَّوْمُ، فَإِنَّ الْمُصَلِّي لَا يَأْكُلُ وَلَا يَشْرَبُ، وَزَادَتْ عَلَى الصِّيَامِ بِمُنَاجَاةِ رَبِّهِ، وَفِي الصَّلَاةِ الْحَجُّ، وَهُوَ الْقَصْدُ إِلَى بَيْتِ اللّٰهِ، وَالْمُصَلِّي قَصَدَ رَبَّ الْبَيْتِ، وَزَادَتْ عَلَى الْحَجِّ بِقُرْبِهِ مِنْ مَلَكُوتِ رَبِّهِ.
Kemudian berkata Abdullah Sahabat Nabi: Shalat mencakup seluruh bentuk ketaatan; sebagian darinya adalah jihad, karena ketika seseorang shalat maka ia memerangi dua musuh, yaitu nafsunya dan setan. Di dalam shalat juga ada puasa, sebab orang yang shalat tidak makan dan tidak minum, dan shalat melebihi puasa dengan sebab munajat kepada Rabb-nya. Di dalam shalat juga ada haji, yaitu menuju ke Baitullah, sementara orang yang shalat ia bertujuan kepada Rabb pemilik Baitullah, dan shalat melebihi haji dengan sebab kedekatan dirinya kepada kerajaan Rabb-nya.
وَقَالَ نَبِيُّنَا: [جَمِيْعُ الْمُفْتَرَضَاتِ افْتَرَضَهَا اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْأَرْضِ إِلَّا الصَّلَاةَ، فَإِنَّ اللّٰهَ افْتَرَضَهَا فِي السَّمَاءِ وَأَنَا بَيْنَ يَدَيْهِ].
Telah bersabda Nabi kita ﷺ: “Seluruh kewajiban itu telah Allah tetapkan di bumi kecuali shalat, karena sesungguhnya Allah menetapkan shalat di langit sementara aku berada di hadapan-Nya.”
وَمَعْنَىٰ رَفْعِ الْأَيْدِيْ فِي الصَّلَاةِ لِلتَّكْبِيْرِ أَنَّ الْعَبْدَ غَرِيْقٌ فِيْ بِحَارِ الْخَطَايَا وَالْمَعْصِيَةِ، فَيَرْفَعُ يَدَيْهِ كَأَنَّهُ يَقُوْلُ: يَا رَبَّاهُ خُذْ بِيَدِيْ فَإِنِّيْ غَرِيْقٌ فِيْ بِحَارِ الْخَطَايَا وَالْمَعْصِيَةِ، هَارِبٌ مِنْكَ إِلَيْكَ.
Makna mengangkat tangan dalam shalat ketika takbir adalah bahwa hamba itu tenggelam di lautan dosa dan maksiat, lalu ia mengangkat kedua tangannya seakan bahwa ia berkata: “Wahai Tuhanku, peganglah tanganku, sesungguhnya aku tenggelam di lautan dosa dan maksiat; aku lari dari-Mu menuju-Mu.”
وَمَعْنَى الْقِرَاءَةِ عِتَابٌ بَيْنَ الْعَبْدِ وَرَبِّهِ،
Makna membaca adalah teguran antara seorang hamba dan Tuhannya.
وَمَعْنَى الرُّكُوْعِ كَأَنَّ الْمُصَلِّيْ يَقُوْلُ: أَنَا عَبْدُكَ وَقَدْ مَدَدْتُ يَدِيْ إِلَيْكَ،
Makna rukuk adalah bahwa seolah-olah orang yang shalat berkata: “Aku adalah hamba-Mu, dan sungguh telah aku ulurkan tanganku kepada-Mu.”
وَمَعْنَى الرَّفْعِ مِنَ الرُّكُوْعِ مَعَ قَوْلِ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ عَلَى عِتْقِ رَقَبَتِيْ مِنَ الذُّنُوْبِ، فَكَأَنَّ اللّٰهَ يَقُوْلُ: أَذْنَبْتَ، فَيَقُوْلُ الْعَبْدُ: أَنَا عَبْدُكَ. وَيَقُوْلُ اللّٰهُ قَدْ أَعْتَقْتُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ.
Makna bangkit dari rukuk serta ucapan “Robbana Lakal Hamdu” adalah atas pembebasan diriku dari dosa-dosa.” Seolah-olah bahwa Allah berfirman: “Engkau telah berdosa,” lalu hamba berkata: “Aku adalah hamba-Mu.” Dan Allah berfirman: “Sungguh Aku telah membebaskanmu dari dosa-dosa.”
وَمَعْنَى السَّجْدَةِ الْأُولَى وَوَضْعِ الْجَبْهَةِ عَلَى الْأَرْضِ كَأَنَّ الْعَبْدَ يَقُوْلُ مِنْهَا: خَلَقْتَنِيْ.
Makna sujud yang pertama dan makna meletakkan dahi di atas tanah adalah seolah-olah bahwa seorang hamba berkata: “Darinya Engkau telah menciptakanku.”
وَمَعْنَى الرَّفْعِ مِنْهُ كَأَنَّهُ يَقُوْلُ: مِنْهَا أَخْرَجْتَنِيْ.
Makna bangkit dari sujud pertama adalah seakan ia berkata: “Dari tanah Engkau mengeluarkanku.”
وَمَعْنَى السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ كَأَنَّ الْعَبْدَ يَقُوْلُ: وَفِيْهَا تُعِيْدُنِيْ.
Makna sujud kedua adalah seolah-olah bahwa ia berkata: “Ke dalam tanah Engkau akan mengembalikanku.”
وَمَعْنَى الرَّفْعِ الثَّانِيْ كَأَنَّهُ يَقُوْلُ: وَمِنْهَا تُخْرِجُنِيْ تَارَةً أُخْرَىٰ.
Makna bangkit dari sujud kedua adalah seolah-olah bahwa hamba berkata: “Dan darinya Engkau akan mengeluarkanku sekali lagi.”
وَمَعْنَى السَّلَامِ: اَللّٰهُمَّ أَعْطِنِي كِتَابِي بِيَمِينِي، وَلَا تُعْطِنِي كِتَابِي بِشِمَالِي.
Makna salam adalah: “Ya Allah, berikanlah aku kitab catatan amalku dengan tangan kananku, dan jangan Engkau berikan aku kitab catatan amalku dengan tangan kiriku.”
(اَلْبَابُ الْخَامِسَ عَشَرَ: فِيْ فَضِيْلَةِ السُّنَنِ) أَيْ مِنْ صَلَوَاتٍ خَاصَّةٍ.
(Bab yang kelima belas: Tentang keutamaan sunnah-sunnah) Yakni dari shalat-shalat yang khusus.
(اَلْبَابُ السَّادِسَ عَشَرَ: فِيْ فَضِيْلَةِ الزَّكَاةِ) أَيِ الشَّامِلَةِ لِزَكَاةِ الْأَمْوَالِ وَالْأَبْدَانِ.
(Bab yang keenam belas: Tentang keutamaan zakat) Yakni yang mencakup bagi zakat harta dan zakat badan.
(اَلْبَابُ السَّابِعَ عَشَرَ: فِيْ فَضِيْلَةِ الصَّدَقَةِ) قَالَ سَيِّدِي الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيْلَانِيُّ: “وَتُسْتَحَبُّ صَدَقَةُ التَّطَوُّعِ فِيْ سَائِرِ الْأَوْقَاتِ لَيْلًا وَنَهَارًا قَلِيْلًا وَكَثِيْرًا لَا سِيَّمَا فِي الْأَشْهُرِ الْمُبَارَكَةِ، كَشَهْرِ رَجَبَ وَشَعْبَانَ، وَشَهْرِ رَمَضَانَ وَأَيَّامِ الْعِيْدِ وَعَاشُوْرَاءَ، وَأَيَّامِ الْجَدْبِ وَالضَّيْقِ، لِيَحُوْزَ بِذٰلِكَ الْعَافِيَةَ فِي الْجِسْمِ وَالْمَالِ وَالْأَهْلِ وَالْخَلَفِ السَّرِيْعِ فِي الدُّنْيَا، وَالثَّوَابَ الْجَزِيْلَ فِي الْآخِرَةِ.
(Bab yang ketujuh belas: Tentang keutamaan sedekah) Telah berkata tuanku Syekh Abdul Qadir al-Jailani: “Dan disunnahkan sedekah sunnah di setiap waktu, pada malam hari , pada siang hari, sedikit maupun banyak, terutama di bulan-bulan yang diberkahi, seperti bulan Rajab, Sya’ban, bulan Ramadhan, hari-hari raya, hari Asyura, dan pada masa-masa kekeringan dan kesulitan, agar ia dapat memperoleh dengan itu keselamatan pada badan, harta, keluarga, keturunan yang cepat di dunia, dan memperoleh pahala yang besar di akhirat.”
(اَلْبَابُ الثَّامِنَ عَشَرَ: فِيْ فَضِيْلَةِ السَّلَامِ) وَيُسْتَحَبُّ الْقِيَامُ لِلْإِمَامِ الْعَادِلِ وَالْوَالِدَيْنِ وَأَهْلِ الدِّيْنِ وَالْوَرَعِ وَأَكْرَمِ النَّاسِ كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [قُوْمُوْا إِلَىٰ سَيِّدِكُمْ].
(Bab yang kedelapan belas: Tentang keutamaan salam) Dan disunnahkan berdiri untuk imam yang adil, kedua orang tua, ahli agama, orang yang wara’, dan orang yang paling mulia, sebagaimana telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Berdirilah kalian untuk pemimpin kalian].
(اَلْبَابُ التَّاسِعَ عَشَرَ: فِيْ فَضِيْلَةِ الدُّعَاءِ) وَهُوَ سَيْفُ الْمُؤْمِنِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ﴾ [غافر: الآية ٦٠]
(Bab Kesembilan Belas: Tentang Keutamaan Doa) Doa adalah pedang orang mukmin. Telah berfirman Allah Ta’ala: ﴾Dan Telah berfirman tuhanmu, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu﴿ [Q.S Ghafir: Ayat 60].
وَسُئِلَ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ أَدْهَمَ رَحِمَهُ اللّٰهُ فَقِيْلَ لَهُ: مَا بَالُنَا نَدْعُو اللّٰهَ فَلَا يَسْتَجِيْبُ لَنَا فَقَالَ: لِأَنَّكُمْ عَرَفْتُمُ الرَّسُوْلَ، فَلَمْ تَتَّبِعُوْا سُنَّتَهُ، وَعَرَفْتُمُ الْقُرْآنَ فَلَمْ تَعْمَلُوْا بِهِ، وَأَكَلْتُمْ نِعْمَةَ اللّٰهِ فَلَمْ تُؤَدُّوْا شُكْرَهَا،
Telah ditanya Ibrahim bin Adham rahimahullah, lalu dikatakan kepadanya: “Bagaimana dengan keadaan kami, kami berdoa kepada Allah tetapi Allah tidak memperkenankan untuk kami?” Beliau menjawab: “Karena kalian mengenal Rasul, tetapi kalian tidak mengikuti sunnahnya, kalian mengenal Al-Qur’an, tetapi kalian tidak mengamalkannya, kalian memakan nikmat Allah, tetapi kalian tidak menunaikan syukurnya;
وَعَرَفْتُمُ الْجَنَّةَ فَلَمْ تَطْلُبُوْهَا، وَعَرَفْتُمُ النَّارَ فَلَمْ تَرْهَبُوْا مِنْهَا،وَعَرَفْتُمُ الشَّيْطَانَ فَلَمْ تُحَارِبُوْهُ وَرَافَقْتُمُوْهُ، وَعَرَفْتُمُ الْمَوْتَ فَلَمْ تَسْتَعِدُّوْا لَهُ، وَدَفَنْتُمُ الْأَمْوَاتَ فَلَمْ تَعْتَبِرُوْا بِهِمْ، وَتَرَكْتُمْ عُيُوْبَكُمْ وَاشْتَغَلْتُمْ بِعُيُوْبِ النَّاسِ.
kalian mengenal surga, tetapi kalian tidak mencarinya, kalian mengenal neraka, tetapi kalian tidak takut darinya, kalian mengenal setan, tetapi kalian tidak memeranginya dan malah menemaninya, kalian mengetahui kematian, tetapi kalian tidak mempersiapkan diri untuknya, kalian menguburkan orang-orang mati, tetapi kalian tidak mengambil pelajaran dari mereka, dan kalian meninggalkan aib-aib kalian sendiri sedangkan kalian sibuk dengan aib-aib orang lain.”
(اَلْبَابُ الْعِشْرُونَ: فِيْ فَضِيْلَةِ الْاِسْتِغْفَارِ) قَالَ ﷺ: [مَنْ أَكْثَرَ مِنَ الْاِسْتِغْفَارِ جَعَلَ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ].
(Bab yang kedua puluh: Tentang keutamaan istighfar) Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah Azza wa Jalla pasti akan menjadikan untuknya dari setiap kesedihan kelapangan, dan dari setiap kesempitan jalan keluar, dan Allah pasti akan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka].
(اَلْبَابُ الْحَادِي وَالْعِشْرُونَ: فِيْ فَضِيْلَةِ ذِكْرِ اللّٰهِ) قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيرًا﴾ [الأحزاب: الآية ٤١].
(Bab yang kedua puluh satu: Tentang keutamaan mengingat Allah) Telah berfirman Allah Ta’ala: ﴾Wahai orang-orang yang beriman, Ingatlah Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya﴿ [Al-Ahzab: Ayat 41].
(اَلْبَابُ الثَّانِي وَالْعِشْرُونَ: فِيْ فَضِيْلَةِ التَّسْبِيحِ) قَالَ أَبُو ذَرٍّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: قُلْتُ لِرَسُولِ اللّٰهِ ﷺ: أَيُّ الْكَلَامِ أَحَبُّ إِلَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ ﷺ: [مَا اصْطَفَى اللّٰهُ سُبْحَانَهُ لِمَلَائِكَتِهِ: سُبْحَانَ اللّٰهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللّٰهِ الْعَظِيمِ].
(Bab yang kedua puluh dua: Tentang keutamaan tasbih) Telah berkata Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu: Aku berkata kepada Rasulullah ﷺ: “Ucapan apakah yang paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla?” Beliau ﷺ bersabda: [Apa yang Allah subhanahu pilihkan untuk para malaikat-Nya: ‘Subhanallah wa bihamdihi, Subhanallahil ‘Azhim’].
Catatan Kitab Tanqihul Qoul1.سُبْحَانَ اللّٰهِ وَبِحَمْدِهِ artinya maha suci Allah dan dengan segala pujian kepadanya.
2.سُبْحَانَ اللّٰهِ الْعَظِيْمِ artinya maha suci Allah yang Maha Agung
(اَلْبَابُ الثَّالِثُ وَالْعِشْرُونَ: فِيْ فَضِيْلَةِ التَّوْبَةِ) قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: [مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللّٰهُ عَلَيْهِ] رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
(Bab yang kedua puluh tiga: Tentang Keutamaan Taubat) Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah pasti akan menerima taubatnya]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Muslim
وَقَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: [إِنَّ اللّٰهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ] رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ.
Dan telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum sampai di kerongkongan]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah
(اَلْبَابُ الرَّابِعُ وَالْعِشْرُونَ: فِيْ فَضِيْلَةِ الْفَقْرِ) قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: [أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللّٰهِ تَعَالَى مَنْ أَطْعَمَ مِسْكِينًا مِنْ جُوعٍ أَوْ دَفَعَ عَنْهُ مَغْرَمًا أَوْ كَشَفَ عَنْهُ كُرْبَةً] رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ.
(Bab yang kedua puluh empat: Tentang keutamaan kefakiran) Telah bersabda Rasulullah ﷺ:** [Amal yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah orang yang memberi makan orang miskin dari kelaparan, atau melunasi hutangnya, atau menghilangkan kesusahannya]**. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam ath-thabrani.
(اَلْبَابُ الْخَامِسُ وَالْعِشْرُونَ: فِيْ فَضِيْلَةِ النِّكَاحِ) عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: [اَلدُّنْيَا كُلُّهَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ] رَوَاهُ أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ.
(Bab yang kedua puluh lima: Tentang keutamaan nikah) Dari Ibnu Umar, bahwa Nabi ﷺ bersabda: [Dunia seluruhnya adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam An-Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: [ثَلَاثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللّٰهِ عَوْنُهُمْ: الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ، وَالْمُكَاتِبُ الَّذِي يُرِيْدُ الْأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ] أَيْ عَفَافَ فَرْجِهِ عَنِ الْمَحَارِمِ. رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ وَالْحَاكِمُ.
Dan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: [Ada tiga golongan yang berhak atas Allah menolong mereka: Orang yang berjuang di jalan Allah, seorang budak mukatab yang ingin melunasi, dan orang yang menikah karena ingin menjaga diri] Yakni menjaga kemaluannya dari perkara-perkara yang diharamkan. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad, Imam Tirmidzi, Imam An-Nasa’i, Imam Ibnu Majah, dan Imam Hakim.
(اَلْبَابُ السَّادِسُ وَالْعِشْرُونَ: فِي التَّشْدِيْدِ عَلَى الزِّنَى) وَرُوِيَ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [اِحْذَرُوْا الزِّنَى فَإِنَّ فِيهِ سِتَّ خِصَالٍ: ثَلَاثَةٌ فِي الدُّنْيَا وَثَلَاثَةٌ فِي الْآخِرَةِ.
(Bab yang kedua puluh enam: Tentang ancaman keras terhadap zina) Diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda: [Berhati-hatilah kalian terhadap perbuatan zina, karena sesungguhnya di dalamnya terdapat enam perkara: tiga di dunia dan tiga di akhirat. فَأَمَّا الَّتِي فِي الدُّنْيَا فَإِنَّهُ يُنْقِصُ الرِّزْقَ، وَيُذْهِبُ الْبَرَكَةَ، وَإِذَا خَرَجَتْ رُوحُهُ تُحْجَبُ عَنِ اللّٰهِ، وَيَنْظُرُ إِلَى النَّارِ وَالزَّبَانِيَةِ. Adapun yang di dunia : Maka sesungguhnya zina itu dapat mengurangi rezeki, menghilangkan keberkahan, dan ketika telah keluar ruhnya, maka ia akan terhalang dari Allah, dan ia akan melihat neraka dan malaikat Zabaniyah.
وَأَمَّا الَّتِي تُصِيبُهُ فِي الْآخِرَةِ: فَيَنْظُرُ اللّٰهُ إِلَيْهِ بِعَيْنِ الْغَضَبِ فَيَسْوَدُّ وَجْهُهُ، وَالثَّانِيَةُ يَكُونُ حِسَابُهُ شَدِيدًا، وَالثَّالِثَةُ يُسْحَبُ فِي سِلْسِلَةٍ إِلَى النَّارِ].
Adapun yang akan menimpanya di akhirat: Maka Allah akan memandangnya dengan pandangan murka sehingga menjadi hitamlah wajah orang tersebut, yang kedua hisabnya akan sangat berat, dan yang ketiga ia akan diseret dengan rantai ke dalam neraka).
(اَلْبَابُ السَّابِعُ وَالْعِشْرُونَ: فِي تَشْدِيدِ اللِّوَاطِ) قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [سَبْعَةٌ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ تَعَالَى وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَيُقَالُ لَهُمْ: اُدْخُلُوا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِيْنَ.
(Bab yang kedua puluh tujuh: Tentang ancaman keras terhadap liwath/homoseksual) Telah bersabda Nabi alaihissalam: [Ada tujuh golongan yang Allah Ta’ala melaknat mereka, Allah tidak akan memandang mereka pada hari kiamat, Allah tidak akan mensucikan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih, serta akan dikatakan kepada mereka: Masuklah kalian ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk.
أَوَّلُهُمُ الْفَاعِلُ وَالْمَفْعُولُ بِهِ فِي عَمَلِ قَوْمِ لُوطٍ، وَنَاكِحُ الْمَرْأَةِ فِي دُبُرِهَا، وَنَاكِحُ الْبَهِيمَةِ، وَنَاكِحُ الْبِنْتِ وَأُمِّهَا، وَالزَّانِي بِامْرَأَةِ جَارِهِ، وَنَاكِحُ كَفِّهِ إِلَّا أَنْ يَتُوبُوا].
Yang pertama adalah pelaku dan objek dalam perbuatan kaum Nabi Luth (homoseksual), orang yang menyetubuhi wanita pada duburnya, orang yang menyetubuhi binatang, orang yang menyetubuhi seorang anak perempuan dan ibunya, orang yang berzina dengan istri tetangganya, dan orang yang menikahi telapak tangannya, kecuali jika mereka bertaubat].
Catatan Kitab Tanqihul Qoul1.Yang dimaksud menikahi telapak tangannya adalah mastrubasi / onani
(اَلْبَابُ الثَّامِنُ وَالْعِشْرُونَ: فِي مَنْعِ شُرْبِ الْخَمْرِ) قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: إِذَا دَفَنْتُمْ شَارِبَ الْخَمْرِ فَانْبُشُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوْا وَجْهَهُ مَصْرُوْفًا عَنِ الْقِبْلَةِ فَاقْتُلُوْنِيْ،
(Bab yang kedua puluh delapan: Tentang larangan meminum khamar) Telah berkata Ibnu Mas’ud: “Jika kalian menguburkan peminum khamar, maka galilah kembali kuburnya. Jika kalian tidak mendapati wajahnya dipalingkan dari kiblat, maka bunuhlah aku.”
فَإِنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ قَالَ: [إِذَا شَرِبَ الْعَبْدُ الْخَمْرَ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ سَخِطَ اللّٰهُ عَلَيْهِ، وَكُتِبَ اسْمُهُ فِي سِجِّينٍ، وَلَا يُقْبَلُ مِنْهُ صَوْمُهُ وَلَا صَلَاتُهُ وَلَا صَدَقَتُهُ إِلَّا أَنْ يَتُوبَ].
Karena sesungguhnya Rasulullah bersabda: [Apabila seorang hamba meminum khamar empat kali, maka Allah akan murka kepadanya, akan ditulis namanya di Sijjin, dan tidak akan diterima darinya puasanya, tidak pula shalatnya, dan tidak pula sedekahnya, kecuali jika ia bertaubat].
(اَلْبَابُ التَّاسِعُ وَالْعِشْرُونَ: فِي فَضِيلَةِ الرَّمْيِ) أَيْ رَمْيِ السِّهَامِ لِأَجْلِ قِتَالِ الْكُفَّارِ لِإِعْلَاءِ دِينِ اللّٰهِ تَعَالَى.
(Bab kedua puluh sembilan: Tentang keutamaan memanah) Yakni melempar anak panah untuk memerangi orang-orang kafir demi meninggikan agama Allah Ta’ala.
(اَلْبَابُ الثَّلَاثُوْنَ: فِي فَضِيْلَةِ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ) قَالَ ﷺ: [لَيْسَ بَيْنَ عَاقِّ وَالِدَيْهِ وَبَيْنَ إِبْلِيسَ فِي النَّارِ إِلَّا طَبَقَةٌ وَاحِدَةٌ وَهُوَ جَارُهُ فِي النَّارِ، وَلَيْسَ بَيْنَ بَارِّ وَالِدَيْهِ وَبَيْنَ الْأَنْبِيَاءِ فِي الْجَنَّةِ إِلَّا دَرَجَةٌ وَاحِدَةٌ وَهُوَ جَارُ الْأَنْبِيَاءِ فِي الْجَنَّةِ].
(Bab yang ketiga puluh: Tentang keutamaan berbakti kepada kedua orang tua) Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Tidak ada antara orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya dan antara iblis di neraka kecuali satu tingkatan, dan ia adalah tetangganya di neraka. Dan tidak ada antara orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan antara para nabi di surga kecuali satu derajat, dan ia adalah tetangga para nabi di surga].
(اَلْبَابُ الْحَادِي وَالثَّلَاثُوْنَ: فِي فَضِيْلَةِ حَقِّ الْأَوْلَادِ) قَالَ ﷺ: [مَنْ رَزَقَهُ اللّٰهُ وَلَدًا وَلَمْ يُعَلِّمْهُ الْقُرْآنَ إِلَّا كَانَ كُلُّ ذَنْبٍ يَعْمَلُهُ الْوَلَدُ عَلَى أَبِيهِ، وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُحَاسِبُ الْوَلَدُ أَبَاهُ عَلَى تَرْكِهِ تَعْلِيمَ الْقُرْآنِ وَيَقْضِي اللّٰهُ لَهُ عَلَيْهِ]
(Bab yang ketiga puluh satu: Tentang keutamaan hak anak-anak) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Barangsiapa yang telah Allah anugrahkan kepadanya seorang anak dan ia tidak mengajarinya Al-Qur’an, melainkan adalah setiap dosa yang anak itu perbuat akan menjadi tanggungan ayahnya, dan pada hari kiamat anak itu akan menuntut ayahnya karena telah meninggalkannya dari pengajaran Al-Qur’an, dan Allah akan memutuskan perkara untuk anak itu atas ayahnya]
وَكَانَ عَلِيٌّ يَقُولُ: عَلِّمُوا أَوْلَادَكُمُ الْقُرْآنَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِشَفَاعَتِهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Dan terbukti Ali Radhiallahu Anhu berkata: “Ajarkanlah anak-anak kalian Al-Qur’an, niscaya kalian akan masuk surga dengan syafaat mereka pada hari kiamat.”
(اَلْبَابُ الثَّانِي وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ التَّوَاضُعِ) قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ ﷺ: [مَا زَادَ اللّٰهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّٰهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللّٰهُ].
(Bab yang ketiga puluh dua: Tentang keutamaan tawadhu) Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Tidaklah Allah menambah seorang hamba dengan sifat pemaaf melainkan kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu karena Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya].
(اَلْبَابُ الثَّالِثُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ الصَّمْتِ وَالسُّكُوتِ) قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [اَلصَّمْتُ حُكْمٌ وَقَلِيلٌ فَاعِلُهُ].
(Bab yang ketiga puluh tiga: Tentang keutamaan diam dan tidak berbicara) Telah bersabda Nabi ‘alaihissalam: [Diam itu adalah kebijaksanaan, dan sedikit sekali orang yang melakukannya].
وَقَالَ ﷺ: [مَنْ وُقِيَ شَرَّ قَبْقَبِهِ وَذَبْذَبِهِ وَلَقْلَقِهِ فَقَدْ وُقِيَ الشَّرَّ كُلَّهُ]، وَالْقَبْقَبُ هُوَ الْبَطْنُ وَالذَّبْذَبُ الْفَرْجُ وَاللَّقْلَقُ اللِّسَانُ.
Dan telah bersabda Nabi ﷺ: [Barangsiapa yang dijaga dari keburukan perutnya, kemaluannya, dan lisannya, maka sungguh ia telah dijaga dari keburukan seluruhnya]. al-qabqab yaitu perut, adz-dzabdzab adalah kemaluan, dan al-laqlaq adalah lisan.
(اَلْبَابُ الرَّابِعُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيْلَةِ الْإِقْلَالِ مِنَ الْأَكْلِ وَالنَّوْمِ وَالرَّاحَةِ) قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: [جَاهِدُوْا أَنْفُسَكُمْ بِالْجُوعِ وَالْعَطَشِ فَإِنَّ الْأَجْرَ فِي ذَلِكَ كَأَجْرِ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللّٰهِ، وَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَمَلٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ مِنْ جُوعٍ وَعَطَشٍ].
(Bab yang ketiga puluh empat: Tentang keutamaan mengurangi makan, tidur, dan istirahat) Rasulullah ﷺ bersabda: [Berjihadlah terhadap diri kalian dengan lapar dan dahaga, karena sesungguhnya pahala dalam hal tersebut itu seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah, dan sesungguhnya tidak ada amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada lapar dan dahaga].
(اَلْبَابُ الْخَامِسُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيْلَةِ الْإِقْلَالِ مِنَ الضَّحِكِ) قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ: أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ: [مَنْ قَلَّ مَطْعَمُهُ وَضَحِكُهُ وَرَضِيَ بِمَا يَسْتُرُ بِهِ عَوْرَتَهُ].
(Bab yang ketiga puluh lima: Tentang keutamaan mengurangi tertawa) Dikatakan kepada Rasulullah ﷺ: “Siapakah manusia yang paling utama?” Beliau bersabda: [Orang yang sedikit makannya dan tawanya, serta ridha dengan apa yang dapat menutupi auratnya].
(اَلْبَابُ السَّادِسُ وَالْعِشْرُونَ: فِي التَّشْدِيدِ عَلَى الزِّنَى) وَرُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللّٰهِ أَنَّهُ قَالَ: [احْذَرُوا الزِّنَى فَإِنَّ فِيهِ سِتَّ خِصَالٍ: ثَلَاثَةٌ فِي الدُّنْيَا وَثَلَاثَةٌ فِي الْآخِرَةِ
(Bab yang kedua puluh enam: Tentang ancaman keras terhadap zina) Dan diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda: [Jauhilah oleh kalian perbuatan zina, karena sesungguhnya di dalamnya terdapat enam perkara: tiga perkara di dunia dan tiga perkara di akhirat.
فَأَمَّا الَّتِي فِي الدُّنْيَا فَإِنَّهُ يُنْقِصُ الرِّزْقَ وَيُذْهِبُ الْبَرَكَةَ، وَإِذَا خَرَجَتْ رُوحُهُ تُحْجَبُ عَنِ اللّٰهِ، وَيَنْظُرُ إِلَى النَّارِ وَالزَّبَانِيَةِ،
Adapun yang di dunia: maka sesungguhnya zina itu dapat mengurangi rezeki, menghilangkan keberkahan, dan ketika keluar ruhnya, ia akan terhalang dari Allah, dan ia akan melihat neraka dan malaikat Zabaniyah.
وَأَمَّا الَّتِي تُصِيبُهُ فِي الْآخِرَةِ: فَيَنْظُرُ اللّٰهُ إِلَيْهِ بِعَيْنِ الْغَضَبِ فَيَسْوَدُّ وَجْهُهُ وَالثَّانِيَةُ يَكُونُ حِسَابُهُ شَدِيدًا، وَالثَّالِثَةُ يُسْحَبُ فِي سِلْسِلَةٍ إِلَى النَّارِ].
Adapun yang akan menimpanya di akhirat adalah: maka Allah akan memandangnya dengan pandangan murka sehingga wajah orang itu menjadi hitam, yang kedua terbukti hisabnya sangat berat, dan yang ketiga ia akan diseret dengan rantai ke dalam neraka].
(اَلْبَابُ السَّابِعُ وَالْعِشْرُونَ: فِي تَشْدِيدِ اللِّوَاطِ) قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ [سَبْعَةٌ لَعَنَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَيُقَالُ لَهُمْ: ادْخُلُوا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ
(Bab yang kedua puluh tujuh: Tentang ancaman keras terhadap liwath/homoseksual) Telah bersabda Nabi ‘alaihissalam [Ada tujuh golongan yang Allah Ta’ala melaknat mereka, Allah tidak akan memandang kepada mereka pada hari kiamat, Allah tidak akan mensucikan mereka, dan bagi mereka azab yang sangat pedih, serta akan dikatakan kepada mereka: Masuklah kalian ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk.
أَوَّلُهُمُ الْفَاعِلُ وَالْمَفْعُولُ بِهِ فِي عَمَلِ قَوْمِ لُوطٍ، وَنَاكِحُ الْمَرْأَةِ فِي دُبُرِهَا، وَنَاكِحُ الْبَهِيمَةِ، وَنَاكِحُ الْبِنْتِ وَأُمِّهَا، وَالزَّانِي بِامْرَأَةِ جَارِهِ، وَنَاكِحُ كَفِّهِ إِلَّا أَنْ يَتُوبُوا].
Yang pertama adalah pelaku dan objek dalam perbuatan kaum Nabi Luth, orang yang menyetubuhi wanita pada duburnya, orang yang menyetubuhi binatang, orang yang menikahi seorang anak perempuan beserta ibunya, orang yang berzina dengan istri tetangganya, dan orang yang menikahi telapak tangannya, kecuali jika mereka bertaubat].
(اَلْبَابُ الثَّامِنُ وَالْعِشْرُونَ: فِي مَنْعِ شُرْبِ الْخَمْرِ) قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ إِذَا دَفَنْتُمْ شَارِبَ الْخَمْرِ فَانْبُشُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا وَجْهَهُ مَصْرُوفًا عَنِ الْقِبْلَةِ فَاقْتُلُونِي،
(Bab yang kedua puluh delapan: Tentang larangan meminum khamar) Telah berkata Ibnu Mas’ud: “Jika kalian telah menguburkan peminum khamar, maka galilah kembali kuburnya. Jika kalian tidak mendapati wajahnya dipalingkan dari kiblat, maka bunuhlah aku.”
فَإِنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ قَالَ: [إِذَا شَرِبَ الْعَبْدُ الْخَمْرَ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ سَخِطَ اللّٰهُ عَلَيْهِ، وَكُتِبَ اسْمُهُ فِي سِجِّينٍ، وَلَا يُقْبَلُ مِنْهُ صَوْمُهُ وَلَا صَلَاتُهُ وَلَا صَدَقَتُهُ إِلَّا أَنْ يَتُوبَ].
Karena sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: [Apabila seorang hamba meminum khamar empat kali, maka Allah pasti akan murka kepadanya, pasti akan ditulis namanya di Sijjin, dan tidak akan diterima darinya puasanya, tidak pula shalatnya, dan tidak pula sedekahnya, kecuali jika ia bertaubat].
(اَلْبَابُ التَّاسِعُ وَالْعِشْرُونَ: فِي فَضِيلَةِ الرَّمْيِ) أَيْ رَمْيِ السِّهَامِ لِأَجْلِ قِتَالِ الْكُفَّارِ لِإِعْلَاءِ دِينِ اللّٰهِ تَعَالَى.
(Bab yang kedua puluh sembilan: Tentang keutamaan memanah) Yakni melempar anak panah karena memerangi orang-orang kafir untuk meninggikan agama Allah Ta’ala.
(اَلْبَابُ الثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ) قَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [لَيْسَ بَيْنَ عَاقٍّ وَالِدَيْهِ وَبَيْنَ إِبْلِيسَ فِي النَّارِ إِلَّا طَبَقَةٌ وَاحِدَةٌ وَهُوَ جَارُهُ فِي النَّارِ، وَلَيْسَ بَيْنَ بَارِّ وَالِدَيْهِ وَبَيْنَ الْأَنْبِيَاءِ فِي الْجَنَّةِ إِلَّا دَرَجَةٌ وَاحِدَةٌ وَهُوَ جَارُ الْأَنْبِيَاءِ فِي الْجَنَّةِ].
(Bab yang ketiga puluh: Tentang keutamaan berbakti kepada kedua orang tua) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Tidak ada antara orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya dan di antara iblis di neraka kecuali satu tingkatan, dan ia adalah tetangganya di neraka. Dan tidak ada antara orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan antara para nabi di surga kecuali satu derajat, dan ia adalah tetangga para nabi di surga].
(اَلْبَابُ الْحَادِي وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ حَقِّ الْأَوْلَادِ) قَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [مَنْ رَزَقَهُ اللّٰهُ وَلَدًا وَلَمْ يُعَلِّمْهُ الْقُرْآنَ إِلَّا كَانَ كُلُّ ذَنْبٍ يَعْمَلُهُ الْوَلَدُ عَلَى أَبِيهِ، وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُحَاسِبُ الْوَلَدُ أَبَاهُ عَلَى تَرْكِهِ تَعْلِيمَ الْقُرْآنِ وَيَقْضِي اللّٰهُ لَهُ عَلَيْهِ]
(Bab yang ketiga puluh satu: Tentang keutamaan hak anak-anak) Telah bersabda Nabi ﷺ: [Barangsiapa yang Allah anugerahi seorang anak dan ia tidak mengajarinya Al-Qur’an, maka setiap dosa yang anak itu perbuat akan menjadi tanggungan ayahnya, dan pada hari kiamat anak itu akan menuntut ayahnya karena telah meninggalkannya dari pengajaran Al-Qur’an, dan Allah akan memutuskan perkara untuk anak itu atas ayahnya].
وَكَانَ عَلِيٌّ يَقُولُ: عَلِّمُوا أَوْلَادَكُمُ الْقُرْآنَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِشَفَاعَتِهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Dan terbukti Sayyidina Ali biasa berkata: “Ajarkanlah anak-anak kalian Al-Qur’an, niscaya kalian akan masuk surga dengan syafaat mereka pada hari kiamat.”
(اَلْبَابُ الثَّانِي وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ التَّوَاضُعِ) قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [مَا زَادَ اللّٰهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّٰهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللّٰهُ].
(Bab yang ketiga puluh dua: Tentang keutamaan tawadhu) Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Tidaklah Allah menambah seorang hamba dengan sifat pemaaf melainkan kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu karena Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya].
(اَلْبَابُ الثَّالِثُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ الصَّمْتِ وَالسُّكُوتِ) قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [الصَّمْتُ حُكْمٌ وَقَلِيْلٌ فَاعِلُهُ].
(Bab yang Ketiga puluh tiga: Tentang keutamaan diam dan tidak berbicara) Telah bersabda Nabi ‘alaihissalam: [Diam itu adalah kebijaksanān, dan sedikit sekali orang yang melakukannya].
وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [مَنْ وُقِيَ شَرَّ قَبْقَبِهِ وَذَبْذَبِهِ وَلَقْلَقِهِ فَقَدْ وُقِيَ الشَّرَّ كُلَّهُ]، وَالْقَبْقَبُ هُوَ الْبَطْنُ وَالذَّبْذَبُ الْفَرْجُ وَاللَّقْلَقُ اللِّسَانُ.
Telah bersabda Nabi ﷺ: [Barangsiapa yang dijaga dari keburukan perutnya, kemaluannya, dan lisannya, maka sungguh ia telah dijaga dari seluruh keburukan], dan al-qabqab adalah perut, adz-dzabdzab adalah kemaluan, dan al-laqlaq adalah lisan.
(اَلْبَابُ الرَّابِعُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ الْإِقْلَالِ مِنَ الْأَكْلِ وَالنَّوْمِ وَالرَّاحَةِ) قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [جَاهِدُوا أَنْفُسَكُمْ بِالْجُوعِ وَالْعَطَشِ فَإِنَّ الْأَجْرَ فِي ذَلِكَ كَأَجْرِ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ، وَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَمَلٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ مِنْ جُوعٍ وَعَطَشٍ].
(Bab yang ketiga puluh empat: Tentang keutamaan mengurangi makan, tidur, dan istirahat) Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Berjihadlah terhadap diri kalian dengan lapar dan dahaga, karena sesungguhnya pahala dalam hal itu seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah, dan sesungguhnya tidak ada amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada lapar dan dahaga].
(اَلْبَابُ الْخَامِسُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ الْإِقْلَالِ مِنَ الضَّحِكِ) قِيلَ لِرَسُولِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ: [مَنْ قَلَّ مَطْعَمُهُ وَضَحِكُهُ وَرَضِيَ بِمَا يَسْتُرُ بِهِ عَوْرَتَهُ].
(Bab yang ketiga puluh lima: Tentang keutamaan mengurangi tertawa) Dikatakan kepada Rasulullah ﷺ: “Siapakah manusia yang paling utama?” Nabi bersabda: [Orang yang sedikit makannya dan tawanya, serta ridha dengan apa yang dapat menutupi auratnya].
(اَلْبَابُ السَّادِسُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ عِيَادَةِ الْمَرِيضِ) قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [إِذَا عَادَ الرَّجُلُ الْمَرِيضَ خَاضَ فِي الرَّحْمَةِ فَإِذَا قَعَدَ عِنْدَهُ قَرَّتْ فِيهِ].
(Bab yang ketiga puluh enam: Tentang keutamaan menjenguk orang sakit) Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Apabila seseorang menjenguk orang sakit, maka ia menyelam dalam rahmat. Apabila ia duduk di sisinya, maka rahmat itu menetap padanya].
(اَلْبَابُ السَّابِعُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ ذِكْرِ الْمَوْتِ) قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا: يَا رَسُولَ اللّٰهِ هَلْ يُحْشَرُ مَعَ الشُّهَدَاءِ أَحَدٌ؟ قَالَ: [نَعَمْ مَنْ يَذْكُرُ الْمَوْتَ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ عِشْرِينَ مَرَّةً].
(Bab Ketiga Puluh Tujuh: Tentang Keutamaan Mengingat Kematian) Telah berkata Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Wahai Rasulullah, apakah seseorang akan dikumpulkan bersama para syuhada?” Beliau bersabda: [Ya, orang yang mengingat kematian dalam sehari semalam sebanyak dua puluh kali].
(اَلْبَابُ الثَّامِنُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي فَضِيلَةِ ذِكْرِ الْقَبْرِ وَأَهْوَالِهِ) قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: [يَقُولُ الْقَبْرُ لِلْمَيِّتِ حِينَ يُوضَعُ فِيهِ وَيْحَكَ يَا ابْنَ آدَمَ
(Bab yang ketiga puluh delapan: Tentang keutamaan mengingat kubur dan kengeriannya) Telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Kubur akan berkata kepada mayit ketika diletakkan di dalamnya: ‘Celakalah engkau wahai anak Adam,
مَا غَرَّكَ بِي أَلَمْ تَعْلَمْ أَنِّي بَيْتُ الْفِتْنَةِ وَبَيْتُ الظُّلْمَةِ وَبَيْتُ الْوَحْدَةِ وَبَيْتُ الدُّودِ
apa yang membuatmu tertipu olehku? Tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah rumah fitnah, rumah kegelapan, rumah kesendirian, dan rumah cacing?
مَا غَرَّكَ بِي إِذْ كُنْتَ تَمُرُّ بِي فَذَاذًا، أَيْ يُقَدِّمُ رِجْلًا وَيُؤَخِّرُ أُخْرَى
Apa yang membuatmu tertipu olehku ketika engkau melewatiku dengan mondar mandir, yakni melangkahkan satu kaki dan menahan kaki yang lain?’
فَإِنْ كَانَ مُصْلِحًا أَجَابَ عَنْهُ مُجِيبٌ لِلْقَبْرِ فَيَقُولُ أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ يَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ
Jika terbukti mayat itu adalah orang yang shaleh, maka akan menjawab untuknya seorang penjawab kepada kubur, sang penjawab berkata: ‘Bagaimana pendapatmu jika ia terbukti adalah orang yang menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?’
فَيَقُولُ الْقَبْرُ: إِنِّي إِذًا أَتَحَوَّلُ عَلَيْهِ خَضِرًا وَيَعُودُ جَسَدُهُ نُورًا، وَتَصْعَدُ رُوحُهُ إِلَى اللّٰهِ تَعَالَى]، وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ تَأْخِيرُ هَذَا الْبَابِ عَنِ الْبَابِ الَّذِي بَعْدَهُ.
Maka kubur berkata: ‘Sesungguhnya aku ketika itu akan berubah menjadi hijau untuknya, dan akan kembali jasadnya menjadi cahaya, dan akan naik ruhnya kepada Allah Ta’ala’], dan dalam sebagian naskah, bab ini diakhirkan dari bab setelahnya.
(اَلْبَابُ التَّاسِعُ وَالثَّلَاثُونَ: فِي مَنْعِ النِّيَاحَةِ عَلَى الْمَيِّتِ) قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: ﴿وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ﴾ [الْفُرْقَان: الْآيَة ٧٢] قِيلَ هِيَ النَّائِحَةُ
(Bab yang ketiga puluh sembilan: Tentang larangan meratapi mayit) Telah berfirman Allah Ta’ala: ﴾Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu﴿ [Q.S Al-Furqan: Ayat 72] Dikatakan dia adalah wanita yang meratap
وَفِي صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ وَمُسْلِمٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: [أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ ﷺ بَرِيْءٌ مِنَ الصَّالِقَةِ وَالْحَالِقَةِ وَالشَّاقَّةِ]
Dan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu: [Bahwa Rasulullah ﷺ berlepas diri dari wanita yang meratap dengan suara keras , wanita yang mencukur rambutnya, dan wanita yang merobek-robek pakaiannya].
قَالَ النَّوَوِيُّ: الصَّالِقَةُ الَّتِي تَرْفَعُ صَوْتَهَا بِالنِّيَاحَةِ، وَالْحَالِقَةُ الَّتِي تَحْلِقُ شَعْرَهَا عِنْدَ الْمُصِيبَةِ، وَالشَّاقَّةُ الَّتِي تَشُقُّ ثِيَابَهَا عِنْدَ الْمُصِيبَةِ، وَكُلُّ هَذَا حَرَامٌ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ انْتَهَى.
Telah berkata Imam An-Nawawi: Ash-Shaliqah adalah wanita yang meninggikan suaranya dengan meratap, Al-Haliqah adalah wanita yang mencukur rambutnya saat tertimpa musibah, dan Asy-Syaqqah adalah wanita yang merobek-robek pakaiannya saat tertimpa musibah, dan semua ini haram berdasarkan kesepakatan para ulama, selesai.
(اَلْبَابُ الْأَرْبَعُونَ: فِي فَضِيلَةِ الصَّبْرِ عَلَى الْمُصِيبَةِ) قَالَ اللّّٰهُ تَعَالَى: ﴿وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ﴾ [الْبَقَرَة: الْآيَة ١٥٥]
(Bab keempat puluh: Tentang keutamaan sabar atas musibah) Telah berfirman Allah Ta’āla: ﴾Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar﴿ [Q.S Al-Baqarah: Ayat 155]
وَرُوِيَ عَنْ رَسُولِ اللّٰهِ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: [إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ نَادَى مُنَادٍ مِنْ قِبَلِ اللّٰهِ تَعَالَى: مَنْ لَهُ دَيْنٌ عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى فَلْيَقُمْ، فَتَقُولُ الْخَلَائِقُ: وَمَنْ لَهُ دَيْنٌ عَلَى اللّٰهِ
Dan diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda: [Apabila telah terjadi hari kiamat, berserulah seorang penyeru dari sisi Allah Ta’ala: ‘Barangsiapa yang memiliki piutang kepada Allah Ta’ala, maka hendaklah ia berdiri,’ Maka para makhluk berkata: ‘Dan siapakah yang memiliki piutang kepada Allah?’
فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ: مَنِ ابْتَلَاهُ اللّٰهُ تَعَالَى بِمَا يُحْزِنُ قَلْبَهُ فَصَبَرَ احْتِسَابًا لِلّٰهِ، فَلْيَقُمْ يَأْخُذُ أَجْرَهُ مِنَ اللّٰهِ تَعَالَى، فَيَقُومُ خَلْقٌ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْبَلَاءِ.
Maka para malaikat berkata: ‘Barangsiapa yang Allah Ta’ala telah menguji kepadanya dengan sesuatu yang menyedihkan hatinya lalu ia bersabar karena mengharap (pahala) dari Allah, maka hendaklah ia berdiri untuk mengambil pahalanya dari Allah Ta’ala,’ Maka berdirilah banyak makhluk dari kalangan orang-orang yang tertimpa musibah.
فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ لَيْسَتِ الدَّعْوَةُ تُقْبَلُ بِلَا بَيِّنَةٍ أَرُونَا صَحَائِفَكُمْ فَمَنْ وُجِدَ فِي صَحِيفَتِهِ سَخَطٌ أَوْ كَلَامٌ قَبِيحٌ يَقُولُونَ لَهُ اقْعُدْ مَكَانَكَ لَسْتَ مِنَ الصَّابِرِينَ - وَتَأْخُذُ الْمَلَائِكَةُ الصَّابِرِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ إِلَى تَحْتِ الْعَرْشِ
Maka para malaikat berkata: ‘Tidaklah pengakuan akan diterima tanpa bukti. Perlihatkan oleh kalian kepada kami lembaran-lembaran kalian!’ Maka barangsiapa yang ditemukan dalam lembarannya kemarahan atau ucapan yang buruk, para malaikat berkata kepadanya: ‘Duduklah di tempatmu, engkau bukan termasuk orang-orang yang sabar.’ Dan para malaikat membawa orang-orang yang sabar dari kalangan laki-laki dan perempuan ke bawah ‘Arsy.
فَيَقُولُونَ يَا رَبَّنَا هَؤُلَاءِ عِبَادُكَ الصَّابِرُونَ فَيَقُولُ اللّٰهُ تَعَالَى: رُدُّوهُمْ إِلَى شَجَرَةِ الْبَلْوَى، فَيَرُدُّونَهُمْ إِلَى شَجَرَةٍ أَصْلُهَا مِنْ ذَهَبٍ وَأَوْرَاقُهَا حُلَلٌ، وَظِلُّهَا يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِيهِ مِائَةَ عَامٍ، فَيَجْلِسُونَ تَحْتَهَا، وَيَتَجَلَّى الْحَقُّ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَيُسَلِّمُ عَلَيْهِمْ وَاحِدًا وَاحِدًا، ثُمَّ يَعْتَذِرُ إِلَيْهِمْ كَمَا يَعْتَذِرُ الرَّجُلُ لِلرَّجُلِ،
Maka para malaikat berkata: ‘Wahai Tuhan kami, mereka ini adalah hamba-hamba-Mu yang sabar.’ Lalu Allah Ta’ala berfirman: ‘kembalikanlah mereka ke pohon ujian,’ Maka para malaikat mengembalikan mereka ke sebuah pohon yang pangkalnya terbuat dari emas dan daun-daunnya adalah perhiasan-perhiasan, dan naungannya sejauh seorang pengendara berjalan di dalamnya selama seratus tahun, lalu mereka duduk di bawahnya, dan Al-Haq (Allah) Subhanahu wa Ta’ala menampakkan diri dan memberi salam kepada mereka satu per satu, kemudian Allah meminta maaf kepada mereka sebagaimana seorang laki-laki meminta maaf kepada laki-laki lain,
وَيَقُولُ: يَا عِبَادِيَّ الصَّابِرِينَ مَا ابْتَلَيْتُكُمْ إِلَّا أَرَدْتُ أَنْ أَحُطَّ عَلَيْكُمُ الْبَلَاءَ لِكَثْرَةِ ذُنُوبُكُمْ وَأَوَزَارِكُمْ، لِأُبَلِّغَنَّكُمْ بِهِ دَرَجَاتٍ عَالِيَةً مَا تَصِلُونَ إِلَيْهَا بِأَعْمَالِكُمْ، فَصَبَرْتُمْ لِأَجْلِي وَاسْتَحْيَيْتُمْ مِنِّي، وَلَا أَنْصُبُ مِيزَانًا وَلَا أَنْشُرُ لَكُمْ دِيوَانًا،
Dan Allah berfirman: Wahai hamba-hamba-Ku yang sabar, tidaklah Aku menguji kalian melainkan Aku ingin menghapuskan dari kalian musibah karena banyaknya dosa-dosa kalian dan kesalahan-kesalahan kalian, agar Aku dapat menyampaikan kalian dengan sebab balai ke derajat yang tinggi, derajat yang kalian tidak akan sampai padanya dengan amal-amal kalian, lalu kalian bersabar karena-Ku dan kalian malu kepada-Ku, dan Aku tidak akan tegakkan timbangan dan aku tidak akan membentangkan untuk kalian catatan amal,
ثُمَّ يَعْتَذِرُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى إِلَى الْفُقَرَاءِ يَقُولُ: يَا عِبَادِيْ مَا ابْتَلَيْتُكُمْ بِالْفَقْرِ إِلَّا أَنَّ كُلَّ مَنْ أَخَذَ مِنَ الدُّنْيَا شَيْئًا أُحَاسِبُهُ عَلَيْهِ، وَأَسْأَلُهُ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبْتَهُ، وَفِي أَيِّ شَيْءٍ أَخْرَجْتَهُ، فَأَحْبَبْتُ لَكُمُ الْفَقْرَ لِيَخِفَّ حِسَابُكُمْ،
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala meminta maaf kepada orang-orang fakir, Allah berfirman: Wahai hamba-hamba-Ku, tidaklah Aku menguji kalian dengan kemiskinan melainkan karena sesungguhnya setiap orang yang mengambil sesuatu dari dunia, Aku akan menghisabnya atas hal itu, dan Aku akan menanyainya dari mana kamu mendapatkannya, dan untuk apa kamu membelanjakannya, maka Aku menyukai untuk kalian kemiskinan agar menjadi ringan hisab kalian,
ثُمَّ يَعْتَذِرُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى إِلَى الْعُمْيَانِ، وَسَائِرِ أَصْحَابِ الْأَمْرَاضِ، فَيَفْرَحُونَ غَايَةَ الْفَرَحِ بِمَا حَصَلَ لَهُمْ مِنَ الْأَجْرِ الْعَظِيمِ،
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala meminta maaf kepada orang-orang buta, dan seluruh orang yang menderita penyakit, maka mereka bergembira dengan puncak kegembiraan karena apa yang hasil untuk mereka dari pahala yang besar,
ثُمَّ يُؤْمَرُ بِرَايَاتٍ وَصَنَاجِقَ مِثْلِ صَنَاجِقِ الْأُمَرَاءِ ثُمَّ تَأْخُذُهُمُ الْمَلَائِكَةُ عَلَى النَّجَائِبِ وَالرَّايَاتُ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَهُمْ سَائِرُونَ إِلَى الْجَنَّةِ،
Kemudian diperintahkan dengan bendera-bendera dan panji-panji seperti panji-panji para pemimpin, kemudian para malaikat membawa mereka di atas unta-unta pilihan dan bendera-bendera itu di hadapan mereka sementara mereka berjalan menuju surga,
فَيَنْظُرُ النَّاسُ إِلَيْهِمْ فَيَقُولُونَ أَهَؤُلَاءِ شُهَدَاءٌ أَوْ أَنْبِيَاءٌ فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ هَؤُلَاءِ قَوْمٌ صَبَرُوا عَلَى الشَّدَائِدِ فِي الدُّنْيَا، بِصَبْرِهِمْ نَالُوا،
Maka manusia memandang mereka lalu berkata: Apakah mereka ini para syuhada atau para nabi? Maka para malaikat berkata: Mereka ini adalah kaum yang sabar atas kesulitan-kesulitan di dunia, dengan sebab kesabaran mereka, mereka memperoleh (kemuliaan ini).
فَإِذَا وَصَلُوا إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ قَالَ لَهُمْ رِضْوَانُ مَنْ هَؤُلَاءِ الْقَوْمُ الَّذِينَ لَمْ يُنْصَبْ لَهُمْ مِيزَانٌ فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ: هَؤُلَاءِ الصَّابِرُونَ لَيْسَ عَلَيْهِمْ حِسَابٌ، فَافْتَحْ لَهُمُ الْجَنَّةَ لِيَقْعُدُوا فِي قُصُورِهِمْ آمِنِينَ،
Ketika mereka sampai di pintu surga, Maka Malaikat Ridwan berkata kepada mereka: Siapakah kaum ini yang tidak ditegakkan untuk mereka timbangan? Maka para malaikat berkata: Mereka ini adalah orang-orang yang sabar, tidak ada atas mereka hisab, maka bukakanlah untuk mereka surga agar mereka dapat duduk di istana-istana mereka dengan aman,
فَيَدْخُلُونَ فَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَالْوِلْدَانُ بِالْفَرَحِ وَالتَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ، فَيَجْلِسُونَ عَلَى شَرَائِفِ الْجَنَّةِ خَمْسَمِائَةِ عَامٍ يَتَفَرَّجُونَ عَلَى حِسَابِ الْخَلْقِ، فَطُوبَى لِلصَّابِرِينَ] كَذَا فِي الْجَوَاهِرِ لِلشَّيْخِ أَبِي اللَّيْثِ السَّمَرْقَنْدِيِّ،
Maka mereka pun masuk, lalu mennyambut kepda mereka para malaikat dan anak-anak surga dengan kegembiraan, tahlil, dan takbir, lalu mereka duduk di atas tempat-tempat mulia di surga selama lima ratus tahun menyaksikan hisab para makhluk, maka sungguh beruntunglah orang-orang yang sabar]. Demikianlah dalam kitab Al-Jawahir karya Syekh Abu Al-Laits As-Samarqandi,
وَلَمَّا ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ أَوَّلًا الْأَرْبَعِينَ بَابًا بِالسَّرَدِ ذَكَرَ مِثْلَهَا بَعْدُ عَلَى نَسَقِ مَا تَقَدَّمَ بِالْأَحَادِيثِ فَقَالَ:
Dan ketika musonnif menyebutkan terlebih dahulu empat puluh bab secara berurutan, beliau menyebutkan yang semisalnya setelah itu sesuai dengan susunan yang telah lalu dengan hadits-hadits, maka beliau berkata: lanjut di bab berikutnya