Terjemah Kitab Tanqihul Qoul Bab 10 | Keutamaan Jum'at
| Nama kitab | : | Tanqihul Qoul |
| Judul kitab Arab | : | تنقيح القول الحثيث |
| Judul terjemah | : | Terjemah Kitab Tanqihul Qoul |
| Mata Pelajaran | : | Hadits, Keutamaan Amal |
| Musonif | : | Syekh Nawawi al-Bantani |
| Nama Arab | : | الشيخ محمد بن عمر النووي البنتني |
| Lahir | : | 813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia |
| Wafat | : | 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H / 22 Februari 1274 M |
| Penerjemah | : | Ahsan Dasuki |
Tanqihul Qoul Bab ke 10 Tentang Keutamaan Jum’at
Image by © LILMUSLIMIIN
اَلْبَابُ الْعَاشِرُ: فِي فَضِيْلَةِ الْجُمُعَةِ
Bab Yang Kesepuluh Tentang Keutamaan Jum’at
Keutamaan Hari Jum’at dan Catatan Malaikat untuk yang Datang Paling Awal
وَرَوَى الْعَلَاءُ عَنْ أَبِيْهِ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
Telah meriwayatkan Syekh Al-‘Ala’ dari ayahnya Syekh Abdurrahman dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda:
[لَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ وَلَمْ تَغْرُبْ عَلَى يَوْمٍ أَفْضَلَ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَمَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا وَهِيَ تَفْزَعُ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ إِلَّا الثَّقَلَانِ الْجِنُّ وَالْإِنْسُ،
[Tidaklah matahari terbit dan tidak pula terbenam pada hari yang lebih utama daripada hari Jum’at. Dan tidak ada satu pun binatang melata kecuali ia merasa takut pada hari Jum’at, kecuali dua makhluk (tsaqalain), yakni jin dan manusia,
وَعَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ مَلَكَانِ يَكْتُبَانِ النَّاسَ الْأَوَّلَ، فَالْأَوَّلُ كَرَجُلٍ قَرَّبَ بَدَنَةً، وَكَرَجُلٍ قَرَّبَ بَقَرَةً، وَكَرَجُلٍ قَرَّبَ شَاةً، وَكَرَجُلٍ قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَكَرَجُلٍ قَرَّبَ بَيْضَةً،
dan di setiap pintu dari pintu-pintu masjid ada dua malaikat yang mencatat manusia yang lebih awal (datang) , Orang yang (datang) pertama maka (pahalanya) seperti orang yang berkurban unta, dan seperti orang yang berkurban sapi, dan seperti orang yang berkurban kambing, dan seperti orang yang berkurban ayam, dan seperti orang yang berkurban telur,
فَإِذَا قَامَ الْإِمَامُ طُوِيَتِ الصُّحُفُ] كَذَا فِي الْغُنْيَةِ
dan apabila imam telah berdiri (untuk berkhutbah), lembaran-lembaran pun dilipat.] Demikianlah yang disebutkan dalam kitab Al-Ghunyah.
Hadits 1: Keutamaan Hari Jum’at sebagai Pemimpin Hari-hari
(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَيِّدُ الْأَيَّامِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ) أَيْ هُوَ مِنْ أَفْضَلِ الْأَيَّامِ،
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Pemimpin hari adalah hari Jum'at) Yakni ia adalah hari yang paling utama,
وَفِي الْجَامِعِ الصَّغِيْرِ سَيِّدُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللّٰهِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، أَعْظَمُ مِنْ يَوْمِ النَّحْرِ وَالْفِطْرِ، وَفِيْهِ خَمْسُ خِلَالٍ فِيْهِ خَلَقَ اللّٰهُ آدَمَ، وَفِيْهِ أَهْبَطَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ، وَفِيْهِ تُوُفِّيَ،
dan dalam kitab Al-Jami’ Ash-Shaghir: Pemimpin hari di sisi Allah adalah hari Jum’at, lebih agung dari hari raya kurban (Nahr) dan hari raya Fitri, dan pada hari jumat ada lima kejadian: pada hari jum’at Allah menciptakan Adam, pada hari jum’at Allah menurunkan Nabi Adam dari surga ke bumi, pada hari jum’at Nabi adam diwafatkan,
وَفِيْهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ الْعَبْدُ فِيْهَا اللّٰهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيْعَةَ رَحِمٍ،
dan pada hari jum’at ada satu waktu, tidaklah seorang hamba meminta sesuatu kepada Allah pada waktu itu kecuali Allah akan memberikan kepadanya sesuatu yang ia minta, selama ia tidak meminta dosa atau pemutusan silaturahmi,
وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقَرَّبٍ، وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيْحٍ وَلَا جَبَلٍ، وَلَا حَجَرٍ إِلَّا وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ، أَي وَالْحَالُ أَنَّ ذٰلِكَ خَائِفٌ مِنْ قِيَامِ الْقِيَامَةِ فِيْهِ وَالْحَشْرِ وَالْحِسَابِ.
dan pada hari jum’at kiamat akan terjadi. Dan tidaklah malaikat muqorrobin, tidak pula langit, bumi, angin, gunung, dan batu, kecuali ia merasa khawatir terhadap hari Jum’at, yakni keadaannya adalah bahwa itu adalah takut akan terjadinya kiamat, pengumpulan (mahsyar), dan perhitungan (hisab) pada hari itu.
رَوَى هٰذَا الْحَدِيْثَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَالْبُخَارِيُّ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ سَيِّدِ الْأَنْصَارِ
Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan Imam Bukhari dari Sa’ad bin ‘Ubadah, yakni pemimpin kaum Anshar.
Hadits 2: Keutamaan Mandi pada Hari Jum’at sebagai Penghapus Dosa
(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ كُفِّرَتْ عَنْهُ ذُنُوْبُهُ وَخَطَايَاهُ)
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa mandi pada hari Jum'at, maka pasti akan diampuni darinya dosa-dosanya dan kesalahan-kesalahannya)
وَهٰذَا هُوَ الْمُرَادُ بِقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ كَانَ فِيْ طَهَارَةٍ إِلَى الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى] رَوَاهُ الْحَاكِمُ عَنْ قَتَادَةَ، وَالْمُرَادُ الطَّهَارَةُ الْمَعْنَوِيَّةُ.
dan inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi ﷺ: [Barangsiapa mandi pada hari Jum’at, maka ia berada dalam kesucian hingga Jum’at berikutnya.] Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Hakim dari Qatadah, dan yang dimaksud adalah kesucian secara maknawi.
Hadits 3: Pembebasan dari Neraka pada Hari dan Malam Jum’at
(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَتَهَا أَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ سَاعَةً يَعْتِقُ اللّٰهُ فِي كُلِّ سَاعَةٍ مِنْهَا سِتَّمِائَةِ أَلْفِ عَتِيْقٍ مِنَ النَّارِ)
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Sesungguhnya hari Jum'at dan malamnya ada dua puluh empat jam, Allah akan membebaskan pada setiap jamnya enam ratus ribu orang yang dibebaskan dari api neraka)
قَالَ سَيِّدِي الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيْلَانِيُّ، وَأَخْبَرَنَا أَبُو نَصْرٍ عَنْ وَالِدِهِ بِإِسْنَادٍ عَنْ ثَابِتٍ الْبَنَّانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ:
Telah berkata tuanku Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dan telah mengabarkan kepada kami Syekh Abu Nashr dari ayahnya dengan sanad dari Sykeh Tsabit Al-Banani dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda:
[إِنَّ لِلّٰهِ تَعَالَى يَعْتِقُ سِتُّمِائَةِ أَلْفِ عَتِيْقٍ مِنَ النَّارِ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ،
[Sesungguhnya bagi Allah Ta’ala membebaskan enam ratus ribu orang yang dibebaskan dari api neraka pada setiap hari dan malam,
وَلَيْلَةُ الْجُمُعَةِ، وَيَوْمُ الْجُمُعَةِ أَرْبَعٌ وَعِشْرُوْنَ سَاعَةً، فِي كُلِّ سَاعَةٍ سِتُّمِائَةِ أَلْفِ عَتِيْقٍ مِنَ النَّارِ، كُلُّهُمْ قَدِ اسْتَوْجَبُوا النَّارَ]
malam Jum’at, dan hari Jum’at itu dua puluh empat jam, pada setiap jamnya ada enam ratus ribu orang yang dibebaskan dari api neraka, mereka semua itu sungguh telah pantas masuk neraka].
وَفِي لَفْظٍ آخَرَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
Dan dalam lafadz lain dari Syekh Tsabit dari Anas radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
[إِنَّ لِلّٰهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ مِنْ أَيَّامِ الدُّنْيَا سِتُّمِائَةِ أَلْفِ عَتِيْقٍ مِنَ النَّارِ يَعْتِقُهُمُ كُلَّهُمْ قَدِ اسْتَوْجَبُوا النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
[Sesungguhnya bagi Allah pada setiap hari dan malam dari hari-hari dunia ada enam ratus ribu orang yang dibebaskan dari api neraka, Allah membebaskan mereka semua. sungguh mereka itu telah pantas masuk neraka pada hari kiamat,
وَفِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْجُمُعَةِ أَرْبَعٌ وَعِشْرُوْنَ سَاعَةً، لَيْسَ فِيْهَا سَاعَةٌ إِلَّا وَلِلّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي كُلِّ سَاعَةٍ سِتُّمِائَةِ أَلْفِ عَتِيْقٍ مِنَ النَّارِ، كُلُّهُمُ قَدِ اسْتَوْجَبُوا النَّارَ].
dan pada hari Jum’at dan malam Jum’at ada dua puluh empat jam, tidak ada satu jam pun di dalamnya kecuali bagi Allah ‘Azza wa Jalla pada setiap jamnya ada enam ratus ribu orang yang dibebaskan dari api neraka, semuanya itu telah pantas masuk neraka].
وَقَالَ الْغَزَالِيُّ: وَفِي الْخَبَرِ أَنَّ لِلّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ سِتُّمِائَةِ أَلْفِ عَتِيْقٍ مِنَ النَّارِ
Telah berkata Imam Al-Ghazali: Dan dalam sebuah hadits: bahwa bagi Allah ‘Azza wa Jalla pada setiap hari Jum’at ada enam ratus ribu orang yang dibebaskan dari api neraka.
وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: **[إِنَّ الْجَحِيْمَ تُسَعَّرُ فِي كُلِّ يَوْمٍ قَبْلَ الزَّوَالِ عِنْدَ اسْتِوَاءِ الشَّمْسِ فِي كَبِدِ السَّمَاءِ فَلَا تُصَلُّوا فِي هَاذِهِ السَّاعَةِ إِلَّا يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَإِنَّهُ صَلَاةٌ كُلُّهُ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَا تُسْعَرُ فِيْهِ]. **
Telah bersabda Nabi ﷺ: [Sesungguhnya neraka Jahim itu dinyalakan pada setiap hari sebelum tergelincir matahari ketika matahari lurus tepat di tengah langit, maka janganlah kalian shalat, ****pada waktu ini kecuali pada hari Jum’at, karena sesungguhnya hari jumat itu seluruhnya adalah waktu shalat dan sesungguhnya neraka Jahannam tidak dinyalakan pada hari jum’at].
Hadits 4: Kafarat bagi yang Meninggalkan Shalat Jum’at tanpa Udzur
(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ) أَيْ مِمَّنْ تَلْزَمُهُ (مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ فَلْيَتَصَدَّقْ) أَيْ نَدْبًا (بِدِيْنَارٍ) أَيْ مِنْ ذَهَبٍ
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa meninggalkan shalat Jum'at) yakni dari orang yang wajib atasnya (tanpa udzur, maka hendaklah ia bersedekah) yakni sunnah (dengan satu dinar) yakni dari emas
(فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَنِصْفُ دِيْنَارٍ) فَإِنَّ ذٰلِكَ كَفَّارَةُ التَّرْكِ رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ وَابْنُ حِبَّانَ عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ وَهُوَ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ.
(Jika ia tidak menemukan, maka dengan setengah dinar) maka sesungguhnya hal itu adalah kafarat (penebus) dari meninggalkannya. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam An-Nasa’i, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ibnu Hibban dari Samurah bin Jundub dan hadits ini adalah hadits shahih.
وَهُوَ مَا اتَّصَلَ سَنَدُهُ بِعُدُولٍ ضَابِطِيْنَ بِلَا شُذُوْذٍ.
Yaitu hadits yang sanadnya bersambung dengan para perawi yang adil dan kuat hafalannya tanpa ada kejanggalan (syudzudz).
وَرَوَى الْبَيْهَقِيُّ عَنْ سَمُرَةَ حَدِيْثًا ضَعِيْفًا مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ بِغَيْرِ عُذْرٍ، فَلْيَتَصَدَّقْ بِدِرْهَمٍ، أَيْ مِنْ فِضَّةٍ أَوْ نِصْفِ دِرْهَمٍ أَوْ صَاعٍ أَوْ مُدٍّ،
Dan telah meriwayatkan Imam Al-Baihaqi dari Samurah sebuah hadits yang dha’if: Barangsiapa meninggalkan shalat Jum’at tanpa udzur, maka hendaklah ia bersedekah dengan satu dirham, artinya dari perak, atau setengah dirham, atau satu sha’, atau satu mud,
وَالضَّعِيْفُ مَا قَصُرَ عَنْ دَرَجَةِ الْحَسَنِ
dan hadits dha’if adalah hadits yang kurang dari derajat hasan.
Hadits 5: Akibat Meninggalkan Tiga Kali Jum’at karena Meremehkan
(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ) بِضَمٍّ فَفَتْحٍ (تَهَاوُنًا بِهَا) الْمُرَادُ بِالتَّهَاوُنِ التَّرْكُ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa meninggalkan tiga kali shalat Jum'at) dengan dhammah lalu fathah (karena meremehkannya) yang dimaksud dengan meremehkan adalah meninggalkan tanpa udzur
(طَبَعَ اللّٰهُ عَلَى قَلْبِهِ) أَيْ خَتَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَغَشَّاهُ وَمَنَعَهُ أَلْطَافَهُ رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ عَنِ الْجَعْدِ وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ
(maka Allah pasti akan mencap hatinya) yakni Allah pasti akan mencapnya, menutupinya, dan menghalanginya dari kelembutan-Nya. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah dari Al-Ja’d dan sanadnya adalah hasan.
Hadits 6: Dicatat sebagai Golongan Munafik jika Meninggalkan Tiga Jum’at
(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمُعَاتٍ) بِضَمِّ الْجِيْمِ وَالْمِيْمِ أَوْ فَتْحِهَا أَوْ سُكُوْنِهَا
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa meninggalkan tiga kali shalat Jum'at) dengan dhammah pada huruf jim dan mim, atau fathah, atau sukun
(مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ كُتِبَ مِنَ الْمُنَافِقِيْنَ) أَيْ إِنْ كَانَ مِمَّنْ تَجِبُ الْجُمُعَةُ عَلَيْهِ، رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ
(tanpa udzur, maka ia pasti akan dicatat sebagai golongan orang-orang munafik) yakni jika ia terbukti termasuk dari orang yang shalat Jum’at wajib atasnya. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ath-Thabrani dari Usamah bin Zaid.
Hadits 7: Keutamaan Meninggal pada Hari atau Malam Jum’at (Terlepas dari Siksa Kubur)
(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ مَاتَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَتَهَا رُفِعَ عَنْهُ عَذَابُ الْقَبْرِ)
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa meninggal pada hari Jum'at atau malamnya, maka pasti diangkat darinya siksa kubur)
وَفِي الْإِحْيَاءِ لِلْغَزَالِيِّ قَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [مَنْ مَاتَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ كَتَبَ اللّٰهُ لَهُ أَجْرَ شَهِيْدٍ وَوَقَى فِتْنَةَ الْقَبْرِ] أَيْ وَذٰلِكَ بِشَرْطِ الْإِيْمَانِ
Dan dalam kitab Ihya’ karya Imam Al-Ghazali, telah bersabda Nabi ﷺ: [Barangsiapa meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, maka Allah pasti akan mencatat untuknya pahala seorang syahid dan Allah pasti akan melindunginya dari fitnah kubur] yakni dan hal itu dengan syarat beriman.
Hadits 8: Larangan Berbicara/Memberi Isyarat Saat Imam Berkhutbah
(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَالَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ لِصَاحِبِهِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ) الْوَاوُ لِلْحَالِ (أَنْصِتْ) أَيِ اسْكُتْ مَعَ الْإِصْغَاءِ الْخُطْبَةَ
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa berkata pada hari Jum'at kepada temannya sedangkan imam itu sedang berkhutbah) huruf و itu untuk menunjukkan keadaan (hal) (diamlah) artinya diamlah sambil mendengarkan khutbah
(أَوْ تَكَلَّمَ) بِكَلَامٍ لَا يَتَعَلَّقُ بِهِ غَرَضٌ مُهِمٌّ نَاجِزٌ كَإِنْذَارِ مَنْ يَقَعُ فِيْ مَهْلَكَةٍ (أَوْ عَبِثَ) بِكَسْرِ الْبَاءِ، أَيْ عَمِلَ مَا لَا فَائِدَةَ فِيْهِ
(atau berbicara) dengan perkataan yang tidak berkaitan dengannya tujuan penting yang langsung terjadi seperti memperingatkan orang yang akan jatuh ke dalam tempat berbahaya (atau bermain-main) dengan kasrah pada huruf ba’, yakni melakukan sesuatu yang tidak ada faedahnya
(أَوْ أَشَارَ بِيَدِهِ أَوْ بِرَأْسِهِ فَقَدْ لَغَا) أَيْ أَثِمَ (وَمَنْ لَغَا فَلَا جُمُعَةَ لَهُ)
(atau memberi isyarat dengan tangannya atau dengan kepalanya, maka ia telah berbuat sia-sia) yakni ia telah berdosa (dan barangsiapa berbuat sia-sia, maka tidak ada Jum'at baginya)
وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ الْعَسْقَلَانِيُّ فِيْ بُلُوْغِ الْمَرَامِ، وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Telah berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Bulughul Maram, dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ:
[مَنْ تَكَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ، فَهُوَ كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا وَالَّذِيْ يَقُوْلُ لَهُ أَنْصِتْ لَيْسَتْ لَهُ جُمُعَةٌ]
[Barangsiapa berbicara pada hari Jum’at sedangkan imam sedang berkhutbah, maka ia seperti keledai yang membawa kitab-kitab, dan orang yang berkata kepada orang lain ‘diamlah’ maka tidak ada (pahala) Jum’at baginya]
رَوَاهُ أَحْمَدُ بِإِسْنَادٍ لَا بَأْسَ بِهِ وَهُوَ يُفَسِّرُ حَدِيْثًا لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ فِي الصَّحِيْحَيْنِ مَرْفُوْعًا إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ أَنْصِتْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ انْتَهَى.
Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ahmad dengan sanad laa ba’sa bih dan hadits tersebut menafsirkan sebuah hadits dari Abu Hurairah dalam kitab Bukhari Muslim yang marfu’: Apabila engkau berkata kepada temanmu ‘diamlah’ pada hari Jum’at, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka engkau sungguh telah berbuat sia-sia. Selesai perkataan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani.
وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الْحِصْنِيُّ فِيْ كِفَايَةِ الْأَخْيَارِ: هَلْ يَحْرُمُ الْكَلَامُ وَقْتَ الْخُطْبَةِ؟ فِيْهِ قَوْلَانِ: أَحَدُهُمَا وَنَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ فِي الْقَدِيْمِ أَنَّهُ يَحْرُمُ،
Telah berkata Abu Bakar Al-Hishni dalam kitab Kifayatul Akhyar: Apakah haram berbicara saat khutbah? Dalam hal ini ada dua pendapat: salah satunya dan Imam Syafi’i telah menyatakan dengan tegas tentang hal itu dalam qaul qadim bahwa hal itu adalah haram,
وَبِهِ قَالَ مَالِكٌ وَأَبُو حَنِيْفَةَ وَأَحْمَدُ فِيْ أَرْجَحِ الرِّوَايَتَيْنِ عَنْهُ: قَوْلُهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ، فَقَدْ لَغَوْتَ]. وَاللَّغْوُ الْإِثْمُ
dan dengan pendapat ini telah berkata Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad dalam riwayat yang lebih kuat dari keduanya: sabda Nabi ﷺ: [Apabila engkau berkata kepada temanmu sedangkan imam sedang berkhutbah pada hari Jum’at ‘diamlah’, maka engkau telah berbuat sia-sia]. Dan perbuatan sia sia adalah dosa.
وَالْجَدِيْدُ أَنَّ الْكَلَامَ لَيْسَ بِحَرَامٍ، وَالْإِنْصَاتُ سُنَّةٌ لِمَا رَوَاهُ الشَّيْخَانِ أَنَّ عُثْمَانَ دَخَلَ وَعُمَرُ يَخْطُبُ فَقَالَ عُمَرُ: مَا بَالُ رِجَالٍ يَتَأَخَّرُوْنَ عَنِ النِّدَاءِ؟
Dan pendapat jadid adalah bahwa berbicara tidaklah haram, dan diam mendengarkan adalah sunnah berdasarkan hadits yang Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan hadits tersebut bahwa Utsman masuk sedangkan Umar sedang berkhutbah, lalu Umar berkata: Ada apa dengan orang-orang yang terlambat dari panggilan (adzan)?
فَقَالَ عُثْمَانُ: يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ مَا زِدْتُ حِيْنَ سَمِعْتُ النِّدَاءَ إِلَّا أَنْ تَوَضَّأْتُ.
Maka Utsman berkata: Wahai Amirul Mukminin, aku tidak menambah apa-apa ketika mendengar panggilan (adzan) kecuali aku hanya berwudhu.
وَرُوِيَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهِ رَجُلٌ، وَهُوَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَأَوْمَأَ النَّاسُ إِلَيْهِ بِالسُّكُوْتِ، فَلَمْ يَقْبَلْ وَأَعَادَ الْكَلَامَ
Dan telah diriwayatkan bahwa Nabi ﷺ, seorang laki-laki masuk menemuinya, sedangkan beliau sedang berkhutbah pada hari Jum’at, lalu lelaki tersebut berkata: Kapan hari kiamat? Maka orang-orang memberi isyarat kepadanya untuk diam, namun ia tidak menerima dan mengulangi perkataannya.
فَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهُ بَعْدَ الثَّلَاثَةِ: وَيْحَكَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟ قَالَ: حُبَّ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ. فَقَالَ: إِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Maka Rasulullah ﷺ berkata kepadanya setelah yang ketiga kalinya: Wahai engkau, apa yang telah engkau persiapkan untuk hari kiamat? Ia menjawab: Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka beliau bersabda: Sesungguhnya engkau akan bersama orang yang engkau cintai.
رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ. وَجْهُ الدَّلَالَةِ أَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِ ذٰلِكَ، وَلَوْ كَانَ حَرَامًا لَأَنْكَرَهُ اهـ.
Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih. Sisi pendalilannya adalah bahwa beliau ‘alaihish shalatu was salam tidak mengingkari perbuatan lelaki itu, dan seandainya terbukti itu haram, niscaya beliau akan mengingkarinya. Selesai.
وَمَعْنَى اللَّغْوِ الْإِتْيَانُ بِمَا لَا يَلِيْقُ. وَالْمَنْفِيُّ بِقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا جُمُعَةَ لَهُ كَمَالُ الْجُمُعَةِ لَا صِحَّتُهَا
Dan makna al-laghwu adalah melakukan sesuatu yang tidak pantas. Dan yang dinafikan dengan sabda Nabi ﷺ “maka tidak ada Jum’at baginya” adalah kesempurnaan (pahala) Jum’at, bukan keabsahannya.
Hadits 9: Hukum dan Makna Kewajiban Mandi pada Hari Jum’at bagi Hadirin
(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ) لَيْسَ الْمُرَادُ أَنَّهُ وَاجِبٌ فَرْضًا بَلْ هُوَ مُؤَوَّلٌ:
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Mandi hari Jum'at itu wajib) Bukanlah yang dimaksud bahwa mandi di hari jumat adalah wajib secara fardhu, melainkan ditakwilkan:
أَيْ وَاجِبٌ فِي السُّنَّةِ أَوْ فِي الْمُرُوْءَةِ أَوْ فِي الْأَخْلَاقِ الْجَمِيْلَةِ كَمَا تَقُوْلُ الْعَرَبُ حَقُّكَ وَاجِبٌ عَلَيَّ أَيْ مُتَأَكَّدٌ، كَمَا أَفَادَهُ الْعَزِيْزِيُّ نَقْلًا عَنْ بَعْضِهِمْ
yaitu wajib dalam sunnah, atau dalam muru’ah (menjaga kehormatan), atau dalam akhlak yang indah sebagaimana orang Arab berkata, “Hakmu wajib atasku,” artinya sangat dikuatkan, sebagaimana Imam Al-Azizi **telah menjelaskan tentangnya dengan mengutip dari sebagian ulama.
(عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ) أَيْ بَالِغٍ أَرَادَ حُضُوْرَ الصَّلَاةِ رَوَاهُ مَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ
(atas setiap orang yang telah menginjak usia dewasa) yakni orang baligh yang hendak menghadiri shalat. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam An-Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah dari Abu Sa’id Al-Khudri.
Hadits 10: Pahala Hadirnya Seseorang pada Shalat Jum’at (Seperti Pahala Syahid)
(وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَدْرَكَ الْجُمُعَةَ فَلَهُ عِنْدَ اللّٰهِ أَجْرُ مِائَةِ شَهِيْدٍ)
(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa mendapati shalat Jum'at, maka baginya di sisi Allah pahala seratus orang syahid)
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [مَنْ أَدْرَكَ مِنَ الْجُمُعَةِ رَكْعَةً فَلْيُصَلِّ إِلَيْهَا أُخْرَى وَمَنْ فَاتَتْهُ الرَّكْعَتَانِ فَلْيُصَلِّ أَرْبَعًا]
dan dari Abu Hurairah, ia berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ: [Barangsiapa mendapati satu rakaat dari shalat Jum’at, maka hendaklah ia shalat dengan rakaat yang lain, dan barangsiapa yang luput darinya dua rakaat, maka hendaklah ia shalat empat rakaat]
أَوْ قَالَ الظُّهْرَ رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ فَأَوْ لِلشَّكِّ مِنَ الرَّاوِي.
atau beliau bersabda “shalat Dzuhur”. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ad-Daruquthni, maka kata “atau” (أو) adalah karena keraguan dari perawi.