Terjemah Kitab Tanqihul Qoul Bab 7 | Keutamaan Siwak

11 Oct, 2025
Nama kitab:Tanqihul Qoul
Judul kitab Arab: تنقيح القول الحثيث
Judul terjemah: Terjemah Kitab Tanqihul Qoul
Mata Pelajaran:Hadits, Keutamaan Amal
Musonif:Syekh Nawawi al-Bantani
Nama Arab:الشيخ محمد بن عمر النووي البنتني
Lahir:813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia
Wafat:1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H / 22 Februari 1274 M
Penerjemah:Ahsan Dasuki

Tanqihul Qoul Bab ketujuh Tentang Keutamaan Siwak

Tanqihul QoulImage by © LILMUSLIMIIN

اَلْبَابُ السَّابِعُ: فِي فَضِيْلَةِ السِّوَاكِ

Bab Yang Ketujuh: Tentang Keutamaan Siwak

Makna Siwak Dan Empat Kesucian

أَيِ وَالْخِلَالِ رُوِيَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

Yakni membersihkan celah celah gigi, telah diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:

[اَلطَّهَارَاتُ أَرْبَعٌ: قَصُّ الشَّارِبِ، وَحَلْقُ الْعَانَةِ، وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ، وَالسِّوَاكُ] رَوَاهُ الْبَزَّارُ وَالطَّبَرَانِيُّ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ.

[“Kesucian itu ada empat: memotong kumis, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, dan bersiwak”]. Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam al-Bazzar dan Imam ath-Thabrani dari Abu ad-Darda’.

Hadits 1: Dua Rakaat dengan Siwak Lebih Baik daripada 70 Tanpa Siwak

(قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رَكْعَتَانِ) أَيْ صَلَاةُ رَكْعَتَيْنِ (بِسِوَاكٍ خَيْرٌ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةً بِغَيْرِ سِوَاكٍ)

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Dua rakaat) maksudnya adalah shalat dua rakaat (dengan bersiwak itu lebih baik daripada tujuh puluh rakaat tanpa bersiwak).

رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ، أَيْ لِمَا فِيْهِ مِنَ الْفَوَائِدِ الَّتِيْ مِنْهَا طِيْبُ رَائِحَةِ الْفَمِ، وَتَذَكُّرُ الشَّهَادَةِ عِنْدَ الْمَوْتِ،

Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam ad-Daruquthni dari Ummu ad-Darda’ dan sanadnya adalah hasan, maksudnya, karena di dalamnya terdapat faedah-faedah yang di antaranya adalah membuat wangi bau mulut, dan mengingatkan syahadat ketika akan mati.

قَالَ الْمَنَاوِيُّ: لَا دَلِيْلَ فِيْ هٰذَا الْحَدِيْثِ عَلَى أَفْضَلِيَّةِ السِّوَاكِ عَلَى الْجَمَاعَةِ الَّتِيْ هِيَ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً، لِأَنَّ الدَّرَجَةَ مُتَفَاوِتَةُ الْمِقْدَارِ انْتَهَى

Telah berkata Imam al-Manawi: Tidak ada dalil dalam hadits ini atas keutamaan siwak daripada shalat berjamaah yang pahalanya dua puluh tujuh derajat, karena derajat itu berbeda-beda ukurannya, selesai.

Hadits 2: Siwak Adalah Pembersih Mulut dan Mendapat Ridha Allah

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَسَوَّكُوْا فَإِنَّ السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ) بِفَتْحِ الْمِيْمِ أَفْصَحُ مِنْ كَسْرِهَا مَصْدَرٌ بِمَعْنَى اسْمِ الْفَاعِلِ أَيْ مُطَهِّرٌ (لِلْفَمِ) أَوْ بِمَعْنَى الْآلَةِ: أَيْ آلَةٌ تُنَظِّفُهُ كَمَا أَفَادَهُ الْعَزِيْزِيُّ

(Dan telah bersabda Nabi ﷺ: Bersiwaklah kalian, karena sesungguhnya siwak itu adalah pembersih) kalimat مطهرة dengan fathah pada huruf mim lebih fasih daripada kasrahnya mim, ia adalah mashdar dengan makna isim fa’il, yaitu pembersih (bagi mulut) atau dengan makna alat: yaitu alat yang dapat membersihkan mulut. sebagaimana telah menjelaskan tentangnya Imam al-‘Azizi.

(مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ) رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ، وَهُوَ بِفَتْحِ الْمِيْمِ بِمَعْنَى اسْمِ الْفَاعِلِ، أَيْ مُرْضٍ لِلرَّبِّ.

(yang membuat ridha bagi Tuhan). Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu Majah, dan kalimat مرضات dengan fathah pada huruf mim bermakna isim fa’il, yaitu yang membuat ridha bagi Tuhan.

قَالَ الْعَلْقَمِيُّ: سُئِلَ ابْنُ هِشَامٍ عَنْ هٰذَا الْحَدِيْثِ كَيْفَ أُخْبِرَ عَنِ الْمُذَكَّرِ بِالْمُؤَنَّثِ، فَأَجَابَ لَيْسَتِ التَّاءُ فِيْ مَطْهَرَةٍ لِلتَّأْنِيْثِ، وَإِنَّمَا هِيَ مَفْعَلَةٌ الدَّالَّةُ عَلَى الْكَثْرَةِ، كَقَوْلِهِ الْوَلَدُ مَبْخَلَةٌ مَجْبَنَةٌ، أَيْ مَحَلٌّ لِتَحْصِيْلِ الْبُخْلِ وَالْجُبْنِ لِأَبِيْهِ بِكَثْرَةٍ.

Telah berkata Syekh al-‘Alqami: Syekh Ibnu Hisyam pernah ditanya tentang hadits ini, bagaimana bisa dikhobarkan sesuatu yang mudzakkar dengan mu’annats ?  Maka beliau menjawab: Huruf ta’ pada kata ‘مطهرة’ bukanlah untuk menunjukkan ta’nits,  melainkan ia adalah wazan ‘مَفْعَلَةٌ’ yang menunjukkan makna banyak, seperti sabda Nabi ﷺ ‘الْوَلَدُ مَبْخَلَةٌ مَجْبَنَةٌ’ (anak itu menjadi sebab kebakhilan dan kepengecutan), maksudnya adalah tempat untuk menghasilkan sifat bakhil dan pengecut bagi ayahnya dengan sangat banyak.

Hadits 3: Enam Sunnah Para Rasul

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سِتَّةٌ مِنْ سُنَنِ الْمُرْسَلِيْنَ) وَفِيْ لَفْظٍ مِنْ سُنَنِ الْأَنْبِيَاءِ، أَيْ مِنْ طَرِيْقَتِهِمْ أَيْ مِنْ طَرِيْقَةِ غَالِبِهِمْ

(Dan telah bersabda Nabi ﷺ: Enam perkara termasuk dari sunnah-sunnah para rasul) dan dalam suatu lafadz dari sunnah-sunnah para nabi, maksudnya, dari jalan mereka, yaitu dari jalan kebanyakan mereka.

(اَلْحَيَاءُ) بِمُثَنَّاةٍ تَحْتِيَّةٍ وَالْمَدِّ وَهُوَ تَغَيُّرٌ يَعْتَرِي الْإِنْسَانَ مِنْ كُلِّ عَمَلٍ لَا يَحْسُنُ شَرْعًا (وَالْحِلْمُ) أَيْ سِعَةُ الصَّدْرِ وَالتَّحَمُّلُ

(Malu) lafadz الْحَيَاء dengan huruf ya’ bertitik dua di bawah dan dibaca panjang, yaitu perubahan yang menimpa manusia dari setiap perbuatan yang tidak baik menurut syara’. (dan lapang dada) yakni lapang dada dan sabar.

(وَالْحِجَامَةُ وَالسِّوَاكُ) أَيْ اسْتِعْمَالُهُ وَيَحْصُلُ بِكُلِّ خَشِنٍ وَأَوْلَاهُ الْأَرَاكُ

(dan bekam dan bersiwak) maksudnya adalah menggunakannya, dan ia bisa hasil dengan setiap benda yang kasar, dan yang paling utama adalah kayu arak.

(وَالتَّعَطُّرُ) أَيْ اسْتِعْمَالُ الطِّيْبِ، لِأَنَّ حَظَّ الْمَلَائِكَةِ مِنَ الْبَشَرِ الرِّيْحُ الطَّيِّبُ وَهُمْ مُخَالِطُوْنَ لِلرُّسُلِ

(dan memakai wewangian) yakni menggunakan wewangian, karena bagian para malaikat dari manusia adalah bau yang wangi, dan mereka adalah yang bergaul dengan para rasul.

(وَكَثْرَةُ الْأَزْوَاجِ) أَيْ بِالْجَمْعِ لِأَنَّهُ لَا يُخَافُ عَلَيْهِمُ الْجَوْرُ لِلنِّسَاءِ.

(dan memperbanyak istri) maksudnya adalah dengan mengumpulkan (tidak dicerai) karena tidak dikhawatirkan mereka akan berbuat zalim kepada para wanita.

وَقَالَ الْمَنَاوِيُّ: وَالصَّوَابُ كَمَا قَالَهُ جَمَاعَةٌ بَدَلُ الْحَيَاءِ الْخِتَانُ بِخَاءٍ مُعْجَمَةٍ وَمُثَنَّاةٍ فَوْقِيَّةٍ وَنُوْنٍ، وَالْمُرَادُ أَنَّ هٰذِهِ الْخِصَالَ مِنْ سُنَنِ غَالِبِ الرُّسُلِ مِنَ الْبَشَرِ، وَإِلَّا فَنُوْحٌ لَمْ يَخْتَتِنْ، وَعِيْسَى لَمْ يَتَزَوَّجْ

Telah berkata Imam al-Manawi: Dan yang benar sebagaimana telah berkata tentangnya sekelompok ulama adalah mengganti kata ‘الحياء’ (malu) dengan ‘الختان’ (khitan) dengan huruf kha’ bertitik, ta’ bertitik dua di atas, dan nun. Yang dimaksud adalah bahwa kebiasaan-kebiasaan ini adalah termasuk dari sunnah-sunah kebanyakan para rasul dari kalangan manusia, jika tidak, maka Nabi Nuh tidak berkhitan, dan Nabi Isa tidak menikah.

Hadits 4: Tiga Perkara yang Disunnahkan atas Setiap Muslim

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ثَلَاثَةٌ وَاجِبَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ) أَيْ فِعْلُهُنَّ مَنْدُوْبٌ نَدْبًا مُؤَكَّدًا عَلَيْهِ

(Dan telah bersabda Nabi ﷺ: Tiga perkara yang wajib atas setiap muslim) Yakni, melakukannya disunnahkan dengan sunnah yang sangat ditekankan atasnya.

(اَلْغُسْلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالسِّوَاكُ وَمَسُّ الطِّيْبِ) أَيْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَإِنْ كَانَ ذٰلِكَ مَطْلُوْبًا فِيْ غَيْرِهِ أَيْضًا

(Mandi pada hari Jumat, bersiwak, dan memakai wewangian) yakni pada hari Jumat, meskipun terbukti hal itu juga dianjurkan pada hari-hari lainnya.

وَرُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: [ثَلَاثٌ هُنَّ عَلَيَّ فَرِيْضَةٌ، وَهُنَّ لَكُمْ سُنَّةٌ السِّوَاكُ وَالْوِتْرُ وَقِيَامُ اللَّيْلِ].

Dan telah diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi ﷺ telah bersabda: [“Tiga perkara yang bagiku adalah fardhu, dan bagi kalian adalah sunnah: siwak, shalat witir, dan shalat malam”].

Hadits 5: Mulut sebagai Jalan Al-Qur’an

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: طَيِّبُوا أَفْوَاهَكُمْ) أَيْ بِإِزَالَةِ الرَّائِحَةِ الْكَرِيْهَةِ مِنْهَا (بِالسِّوَاكِ فَإِنَّهُ طَرِيْقُ الْقُرْآنِ)

(Dan telah bersabda Nabi ﷺ: Wangikanlah mulut-mulut kalian) yakni dengan menghilangkan bau yang tidak sedap darinya. (dengan bersiwak, karena sesungguhnya mulut adalah jalan Al-Qur'an).

وَفِيْ حَدِيْثٍ رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ، [تَخَلَّلُوا فَإِنَّهُ نَظَافَةٌ، وَالنَّظَافَةُ تَدْعُوْ إِلَى الْإِيْمَانِ، وَالْإِيْمَانُ مَعَ صَاحِبِهِ]، أَيْ فِي الْجَنَّةِ

Dan dalam sebuah hadits yang telah meriwayatkan pada hadits ini Imam ath-Thabrani dari Ibnu Mas’ud dengan sanad hasan: [“Bersihkanlah sela-sela gigi, karena sesungguhnya itu adalah kebersihan, dan kebersihan itu mengajak kepada keimanan, dan keimanan itu bersama pemiliknya” ], maksudnya di dalam surga.

وَالْمَعْنَى: أَخْرِجُوْا مَا بَيْنَ الْأَسْنَانِ مِنَ الطَّعَامِ بِالْخِلَالِ، [فَإِنَّ ذٰلِكَ نَظَافَةٌ لِلْفَمِ وَالْأَسْنَانِ، وَفِيْ رِوَايَةٍ، فَإِنَّهُ مَصَحَّةٌ لِلنَّابِ وَالنَّوَاجِذِ]

Dan maknanya adalah: keluarkanlah sisa makanan yang ada di antara gigi dengan tusuk gigi, karena sesungguhnya hal itu adalah kebersihan bagi mulut dan gigi. Dan dalam suatu riwayat: [“karena sesungguhnya ia adalah kesehatan bagi gigi taring dan geraham”].

Hadits 6: Doa Nabi bagi Orang yang Membersihkan Sela Gigi

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رَحِمَ اللّٰهُ الْمُتَخَلِّلِيْنَ مِنْ أُمَّتِيْ فِي الْوُضُوْءِ) أَيِ وَالْغُسْلِ أَيْ فِيْ شُعُوْرِهِمْ

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Semoga Allah merahmati orang-orang yang membersihkan sela-sela dari umatku dalam wudhu) maksudnya dan mandi, yakni pada rambut-rambut mereka.

(وَالطَّعَامِ) أَيْ مِنْ آثَارِ الطَّعَامِ بِإِخْرَاجِ مَا بَقِيَ مِنْهُ بَيْنَ الْأَسْنَانِ

(dan makanan) maksudnya dari sisa-sisa makanan dengan mengeluarkan apa yang tersisa darinya di antara gigi.

وَفِيْ هٰذَا الْحَدِيْثِ نَدْبُ تَخْلِيْلِ الشُّعُوْرِ فِي الطَّهَارَةِ، وَتَخْلِيْلِ الْأَسْنَانِ مِنْ آثَارِ الطَّعَامِ

Dan dalam hadits ini terdapat anjuran untuk membersihkan sela-sela rambut dalam bersuci, dan membersihkan sela-sela gigi dari sisa makanan.

دَعَا صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهُمْ بِالرَّحْمَةِ لِاحْتِيَاطِهِمْ فِي الْعِبَادَةِ، فَيَتَأَكَّدُ الْاِعْتِنَاءُ بِهِ لِلدُّخُوْلِ فِيْ دَعْوَةِ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah berdoa Nabi ﷺ bagi mereka dengan rahmat karena kehati-hatian mereka dalam beribadah, maka sangat ditekankan untuk memperhatikannya agar masuk dalam doa Rasulullah ﷺ.

رَوَاهُ الْقُضَاعِيُّ عَنْ أَبِيْ أَيُّوْبَ الْأَنْصَارِيِّ، وَهُوَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ.

Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam al-Qudha’i dari Abu Ayyub al-Anshari, dan ia adalah hadits hasan.

Hadits 7: Larangan Menggunakan Kayu Tertentu untuk Siwak

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَتَخَلَّلُوا بِالْآسِ) بِمَدِّ الْهَمْزَةِ هُوَ شَجَرٌ عِطْرُ الرَّائِحَةِ

(Dan telah bersabda Nabi ﷺ: Janganlah kalian membersihkan sela-sela gigi dengan kayu aas) dengan memanjangkan hamzahnya, yaitu pohon yang wangi baunya.

(وَالرَّيْحَانِ) وَهُوَ كُلُّ نَبَاتٍ طَيِّبِ الرِّيْحِ، وَلٰكِنْ إِذَا أُطْلِقَ عِنْدَ الْعَامَّةِ انْصَرَفَ إِلَى نَبَاتٍ مَخْصُوْصٍ

(dan raihan) yaitu setiap tumbuhan yang wangi baunya, akan tetapi jika disebut secara mutlak di kalangan orang awam, maka ia merujuk pada tumbuhan tertentu.

(وَالْقَصَبِ) بِفَتْحَتَيْنِ كُلُّ نَبَاتٍ يَكُوْنُ سَاقُهُ أَنَابِيْبَ وَكُعُوْبًا

(dan bambu) dengan dua fathah, yaitu setiap tumbuhan yang batangnya berupa ruas-ruas dan buku-buku.

(فَإِنَّهُ) أَيِ التَّخَلُّلَ بِذٰلِكَ الْمَذْكُوْرِ (يُوْرِثُ الْإِكْلَةَ) بِكَسْرِ الْهَمْزَةِ، أَيِ الْحِكَّةَ حَتَّى تَتَسَاقَطَ الْأَسْنَانُ

(karena sesungguhnya ia) maksudnya membersihkan sela-sela gigi dengan yang disebutkan itu (dapat menyebabkan al-iklah) dengan kasrah pada hamzahnya, yaitu rasa gatal hingga gigi-gigi rontok.

Hadits 8: Keutamaan Shalat dengan Siwak

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلَاةٌ بِسِوَاكٍ خَيْرٌ مِنْ سَبْعِيْنَ صَلَاةً) أَيْ مِنْ صَلَوَاتٍ كَثِيْرَةٍ (بِغَيْرِ سِوَاكٍ)

(Dan telah bersabda Nabi ﷺ: Shalat dengan bersiwak lebih baik daripada tujuh puluh shalat) maksudnya daripada shalat yang banyak (tanpa bersiwak).

رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ، فَالسَّبْعُوْنَ لِلتَّكْثِيْرِ لَا لِلتَّحْدِيْدِ كَمَا أَفَادَهُ الْعَزِيْزِيُّ.

Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam al-Baihaqi dan selainnya dan telah menshahihkannya Imam al-Hakim, maka angka tujuh puluh itu untuk menunjukkan makna banyak, bukan untuk pembatasan, sebagaimana telah menjelaskan tentangnya Imam al-‘Azizi.

Hadits 9: Wasiat Malaikat Jibril tentang Siwak

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالسِّوَاكِ حَتَّى خَشِيْتُ أَنْ يَدْرَدَنَّ) بِفَتْحِ الرَّاءِ وَالنُّوْنِ الْمُثَقَّلَةِ (أَسْنَانِيْ) أَيْ أَنْ تَسْقُطَ أَسْنَانِيْ،

(Dan telah bersabda Nabi ﷺ: Jibril senantiasa mewasiatkanku untuk bersiwak hingga aku khawatir akan tanggal) dengan fathah pada huruf ra’ dan nun yang ditasydid. (gigi-gigiku) maksudnya gigi-gigiku akan rontok. 

وَفِيْ لَفْظٍ وَأَوْصَانِيْ جِبْرِيْلُ بِالسِّوَاكِ حَتَّى خَشِيْتُ لَأَدْرَدَنَّ وَفِيْ لَفْظٍ آخَرَ أَمَرَنِيْ بِالسِّوَاكِ حَتَّى خِفْتُ لَأَدْرَدَنَّ، أَيْ حَتَّى ظَنَنْتُ سُقُوْطَ أَسْنَانِيْ.

Dan dalam lafadz lain: Dan Jibril mewasiatkanku untuk bersiwak hingga aku khawatir gigi-gigiku akan tanggal. Dan dalam lafadz lainnya: Dia memerintahkanku untuk bersiwak hingga aku takut gigi-gigiku akan tanggal, maksudnya hingga aku menyangka gigi-gigiku akan rontok.

Hadits 10: Nabi Diperintahkan Bersiwak

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أُمِرْتُ) بِالْبِنَاءِ لِلْمَفْعُوْلِ (بِالسِّوَاكِ حَتَّى خِفْتُ عَلَى أَسْنَانِيْ) رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ.

(Dan telah bersabda Nabi ﷺ: Aku diperintahkan) lafadz umirtu dengan bina majhul (untuk bersiwak hingga aku khawatir atas gigi-gigiku). Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam ath-Thabrani dari Ibnu ‘Abbas.