Terjemah Kitab Tanqihul Qoul Bab 9 |Keutamaan Shalat Berjamaah

16 Oct, 2025
Nama kitab:Tanqihul Qoul
Judul kitab Arab: تنقيح القول الحثيث
Judul terjemah: Terjemah Kitab Tanqihul Qoul
Mata Pelajaran:Hadits, Keutamaan Amal
Musonif:Syekh Nawawi al-Bantani
Nama Arab:الشيخ محمد بن عمر النووي البنتني
Lahir:813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia
Wafat:1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H / 22 Februari 1274 M
Penerjemah:Ahsan Dasuki

Tanqihul Qoul Bab kesembilan Tentang Keutamaan Shalat Berjamaah

Tanqihul QoulImage by © LILMUSLIMIIN

اَلْبَابُ التَّاسِعُ: فِي فَضِيْلَةِ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ

Bab Yang Kesembilan: Tentang Keutamaan Shalat Berjamaah

Hadits 1: Wasiat Nabi ﷺ kepada Abu Hurairah tentang shalat berjamaah

(وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: أَوْصَانِيْ حَبِيْبِيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِيْ:

(Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, telah berkata: Telah berwasiat kepadaku Kekasihku, Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda kepadaku:

يَا أَبَا هُرَيْرَةَ صَلِّ الصَّلَاةَ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَلَوْ كُنْتَ جَالِسًا، فَإِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى يُعْطِيْكَ بِكُلِّ صَلَاةٍ مَعَ الْجَمَاعَةِ ثَوَابَ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ صَلَاةً فِيْ غَيْرِ الْجَمَاعَةِ) كَذَا فِيْ رِيَاضِ الصَّالِحِيْنَ

Wahai Abu Hurairah, shalatlah berjamaah meskipun engkau dalam keadaan duduk, karena sesungguhnya Allah Ta'ala akan memberimu untuk setiap shalat berjamaah pahala dua puluh lima kali shalat pada selain berjamaah). Demikianlah yang disebutkan dalam kitab Riyadhus Shalihin.

Hadits 2: Keutamaan shalat berjamaah dan shalat sunnah di rumah

(قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَضْلُ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ عَلَى صَلَاةِ الرَّجُلِ وَحْدَهُ خَمْسٌ وَعِشْرُوْنَ دَرَجَةً

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Keutamaan shalat berjamaah atas shalat seorang laki laki sendirian adalah dua puluh lima derajat.

وَفَضْلُ صَلَاةِ التَّطَوُّعِ فِي الْبَيْتِ عَلَى فِعْلِهَا فِي الْمَسْجِدِ كَفَضْلِ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ عَلَى صَلَاةِ الْمُنْفَرِدِ) رَوَاهُ ابْنُ السَّكَنِ عَنْ ضَمْرَةَ عَنْ أَبِيْهِ حَبِيْبٍ

Dan keutamaan shalat sunnah di rumah atas melakukannya di masjid adalah seperti keutamaan shalat berjamaah atas shalat sendirian). Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Ibnu as-Sakan dari Dhamrah dari ayahnya, Habib.

Hadits 3: Pahala shalat berjamaah lebih tinggi 27 derajat daripada sendirian

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ) بِفَتْحٍ فَسُكُوْنٍ فَضَمٍّ (صَلَاةَ الْفَذِّ) بِفَتْحِ الْفَاءِ وَشَدِّ الْمُعْجَمَةِ، أَيْ تَزِيْدُ عَلَى صَلَاةِ الْمُنْفَرِدِ (بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً) أَيْ مَرْتَبَةً

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Shalat berjamaah itu lebih utama) kalimat تفضل dengan fathah, sukun, lalu dhammah (daripada shalat sendirian) kalimat الفذ dengan fathah pada huruf ف dan tasydid pada huruf ع mu’jamah, yakni lebih banyak dari shalat sendirian (dengan dua puluh tujuh derajat) yaitu tingkatan.

رَوَاهُ مَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَالْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَالتِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ وَالنَّسَائِيُّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ. وَرِوَايَةُ الْأَكْثَرِ مِنَ الصَّحَابَةِ بِخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً كَمَا قَالَ الْعَزِيْزِيُّ

Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, dan Imam Nasa’i dari Ibnu Umar bin Khattab. Dan riwayat mayoritas dari sahabat adalah dua puluh lima derajat sebagaimana telah berkata Syekh al-‘Azizi.

Hadits 4: Shalat Subuh berjamaah di hari Jumat paling utama

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصَّلَوَاتِ عِنْدَ اللّٰهِ تَعَالَى صَلَاةُ الصُّبْحِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيْ جَمَاعَةٍ)

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Shalat yang paling utama di sisi Allah Ta'ala adalah shalat Subuh pada hari Jumat secara berjamaah).

رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ وَالطَّبَرَانِيُّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ، فَآكَدُ الْجَمَاعَاتِ بَعْدَ الْجُمُعَةِ صُبْحُهَا، ثُمَّ صُبْحُ غَيْرِهَا ثُمَّ الْعِشَاءُ ثُمَّ الْعَصْرُ ثُمَّ الظُّهْرُ ثُمَّ الْمَغْرِبُ،

Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Nu’aim dan Imam ath-Thabrani dari Ibnu Umar, maka shalat berjamaah yang paling ditekankan setelah shalat jum’at adalah shalat Subuh pada hari Jumat, kemudian shalat Subuh pada hari lainnya, kemudian Isya, kemudian Ashar, kemudian Dzuhur, kemudian Maghrib,

وَإِنَّمَا فَضَّلُوْا جَمَاعَةَ الصُّبْحِ فَالْعِشَاءَ لِأَنَّهَا فِيْهِمَا أَشَقُّ كَذَا أَفَادَهُ الْعَزِيْزِيُّ.

dan sesungguhnya para ulama mengutamakan shalat berjamaah Subuh dan Isya karena shalat berjamaah pada kedua waktu tersebut itu lebih berat. Demikianlah telah menjelaskan tentangnya al-‘Azizi.

Hadits 5: Keutamaan duduk berdzikir setelah Subuh berjamaah

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فِي الْجَمَاعَةِ ثُمَّ جَلَسَ يَذْكُرُ اللّٰهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ كَانَ لَهُ سِتْرٌ مِنَ النَّارِ وَبَرِىءَ مِنَ النَّارِ

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah Ta'ala hingga matahari terbit, maka ada baginya pelindung dari api neraka dan pembebasan dari api neraka.

Hadits 6: Pahala besar shalat berjamaah bagi musafir di tanah lapang

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةُ الرَّجُلِ فِيْ جَمَاعَةٍ تَزِيْدُ عَلَى صَلَاتِهِ وَحْدَهُ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً) هَذَا فِي الْإِقَامَةِ

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Shalat seorang laki-laki secara berjamaah itu melebihi shalatnya sendirian sebanyak dua puluh lima derajat). Ini (berlaku) saat mukim.

(فَإِذَا صَلَّاهَا) أَيْ تِلْكَ الصَّلَاةَ (بِأَرْضٍ فَلَاةٍ) أَيْ أَرْضٍ لَا مَاءَ بِهَا وَالْمُرَادُ فِيْ جَمَاعَةٍ (فَأَتَمَّ وُضُوْءَهَا وَرُكُوْعَهَا وَسُجُوْدَهَا) أَيْ أَتَى بِالثَّلَاثَةِ تَامَّةَ الشُّرُوْطِ وَالْأَرْكَانِ وَالسُّنَنِ

(Maka apabila ia mengerjakannya) yaitu shalat tersebut (di tanah lapang) yakni tanah yang tidak ada airnya, dan yang dimaksud adalah secara berjamaah, (lalu ia menyempurnakan wudhunya, rukuknya, dan sujudnya) yakni ia melakukan ketiganya dengan sempurna syarat, rukun, dan sunnahnya,

(بَلَغَتْ صَلَاتُهُ خَمْسِيْنَ دَرَجَةً) رَوَاهُ أَبُوْ يَعْلَى وَالْحَاكِمُ وَابْنُ حِبَّانَ عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ، وََالسِّرُّ فِيْ ذَلِكَ أَنَّ الْجَمَاعَةَ لَا تَتَأَكَّدُ فِيْ حَقِّ الْمُسَافِرِ لِوُجُوْدِ الْمَشَقَّةِ.

(maka shalatnya mencapai lima puluh derajat). Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam Abu Ya’la, Imam Hakim, dan Imam Ibnu Hibban dari Abu Sa’id al-Khudri dengan sanad yang shahih. Rahasia dalam hal tersebut  adalah bahwa shalat berjamaah tidak ditekankan bagi hak musafir karena adanya kesulitan.

Hadits 7: Keutamaan menghadiri jamaah selama empat puluh hari

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَدْرَكَ الْجَمَاعَةَ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا كَتَبَ اللّٰهُ لَهُ بَرَاءَةً مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةً مِنَ النِّفَاقِ)

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa yang mendapati shalat berjamaah selama empat puluh hari, maka Allah pasti akan menuliskan untuknya kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari kemunafikan).

قَالَ ابْنُ حَجَرٍ فِيْ فَتْحِ الْجَوَادِ: وَتُسَنُّ الْمُحَافَظَةُ عَلَى إِدْرَاكِ تَحَرُّمِ الْإِمَامِ لِخَبَرٍ مُنْقَطِعٍ،

Telah berkata Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Jawad: Dan disunnahkan menjaga untuk mendapati takbiratul ihram imam karena ada hadits munqathi’,

وَهُوَ مَا سَقَطَ مِنْ رُوَاتِهِ وَاحِدٌ قَبْلَ الصَّحَابِيِّ مَنْ صَلَّى أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا فِي الْجَمَاعَةِ يُدْرِكُ التَّكْبِيْرَةَ الْأُوْلَى، كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ

yaitu hadits yang telah gugur (terputus) dari salah satu perawinya sebelum (sampai) sahabat: “Barangsiapa shalat selama empat puluh hari secara berjamaah dan mendapati takbiratul ihram, maka pasti akan ditetapkan untuknya dua kebebasan: kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari kemunafikan.”

Hadits 8: Keutamaan shalat Bardain (Subuh dan Ashar) berjamaah

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ) بِفَتْحِ الْمُوَحَّدَةِ وَسُكُوْنِ الرَّاءِ، أَيْ صَلَاةَ الْفَجْرِ وَالْعَصْرِ سُمِّيَا بَرْدَيْنِ، لِأَنَّهُمَا يُصَلَّيَانِ فِيْ بَرْدَيِ النَّهَارِ،

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa yang mengerjakan shalat Bardain) kalimat بَرْدَيْنِ dengan fathah pada huruf ب dan sukun pada huruf ر, yaitu shalat Fajar dan Ashar, keduanya dinamakan Bardain (dua waktu yang dingin), karena keduanya dikerjakan pada dua waktu dingin di siang hari,

وَهُمَا طَرَفَاهُ حِيْنَ يَطِيْبُ الْهَوَاءُ وَتَذْهَبُ سَوْرَةُ الْحَرِّ (فِي الْجَمَاعَةِ دَخَلَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ)

dan keduanya itu di kedua ujung hari ketika udara baik dan panas yang menyengat telah hilang, (secara berjamaah, maka ia pasti akan masuk surga tanpa hisab).

قَوْلُهُ مَنْ صَلَّى مَنْ شَرْطِيَّةٌ، وَقَوْلُهُ: دَخَلَ جَوَابُ الشَّرْطِ وَعُبِّرَ بِالْمَاضِيْ لِإِرَادَةِ التَّأْكِيْدِ فِيْ وُقُوْعِهِ بِجَعْلِ مَا سَيَقَعُ كَالْوَاقِعِ

Sabda Nabi ﷺ pada lafadz “مَنْ صَلَّى” (barangsiapa yang shalat),  kata “مَنْ” adalah syarat, dan sabda Nabi ﷺ pada lafadz “دَخَلَ” (ia masuk) adalah jawaban dari syarat tersebut, dan diungkapkan dengan bentuk lampau untuk menegaskan kepastian dalam terjadinya dengan menjadikan sesuatu yang akan terjadi seolah-olah telah terjadi.

Hadits 9: Pahala langkah menuju dan pulang dari shalat berjamaah

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ شَهِدَ) أَيْ حَضَرَ (صَلَاةَ الْجَمَاعَةِ كَتَبَ اللّٰهُ تَعَالَى لَهُ ذَاهِبًا وَرَاجِعًا عَشْرَ حَسَنَاتٍ، وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ، وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ).

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Barangsiapa yang menyaksikan) yakni menghadiri (shalat berjamaah, maka Allah Ta'ala pasti akan menuliskan untuknya saat pergi dan pulang sepuluh kebaikan, menghapus darinya sepuluh keburukan, dan mengangkat untuknya sepuluh derajat).

Hadits 10: Kesempurnaan tetangga masjid untuk shalat di masjid

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا صَلَاةَ لِجَارِ الْمَسْجِدِ إِلَّا فِي الْمَسْجِدِ) رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ عَنْ جَابِرٍ وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ،

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Tidak sempurna shalat bagi tetangga masjid kecuali di masjid). Telah meriwayatkan pada hadits ini Imam ad-Daruquthni dan Imam al-Baihaqi dari Jabir dan dari Abu Hurairah.

وَهَذَا الْحَدِيْثُ مَحْمُوْلٌ عَلَى الْفَرِيْضَةِ وَمَا أُلْحِقَ بِهَا، فَفِعْلُهَا فِي الْمَسْجِدِ أَفْضَلُ، وَمَا عَدَا ذَلِكَ فَفِعْلُهُ فِي الْبَيْتِ أَفْضَلُ مِنْ فِعْلِهِ فِي الْمَسْجِدِ، كَذَا أَفَادَ الْعَزِيْزِيُّ

Dan hadits ini dipahami berlaku untuk shalat fardhu dan shalat yang dihubungkan dengannya, maka mengerjakannya di masjid itu lebih utama. Adapun shalat selain itu (Fardhu dan yang dihubungkan), maka mengerjakannya di rumah itu lebih utama daripada mengerjakannya di masjid, demikianlah telah menjelaskan tentangnya Syekh al-‘Azizi.

وَنَظَمَ ذَلِكَ الْعَلَّامَةُ مَنْصُوْرٌ الطَّبْلَاوِيُّ مِنْ بَحْرِ الرَّجَزِ فَقَالَ:

Dan telah menadzomkan hal tersebut al-‘Allamah Manshur ath-Thablawi dari bahar Rajaz, lalu ia berkata:

وَسُنَّةُ الْإِحْرَامِ وَالطَّوَافِ وَنَفْلُ جَالِسٍ لِلِاعْتِكَافِ * صَلَاةُ نَفْلٍ فِي الْبُيُوْتِ أَفْضَلُ إِلَّا الَّتِيْ جَمَاعَةً تَحْصُلُ
Shalat sunnah di rumah itu lebih utama, kecuali yang berlangsung dikerjakan secara berjamaah. * Dan shalat sunnah ihram dan shalat sunnah  thawaf, dan shalat sunnah duduk bagi yang i'tikaf.
وَخَائِفُ الْفَوَاتِ بِالتَّأَخُّرِ وَقَادِمٌ وَمُنْشِىءٌ لِلسَّفَرِ * وَنَحْوُ عِلْمِهِ الْإِحْيَا لِبُقْعَةِ كَذَا الضُّحَى وَنَفْلُ يَوْمِ الْجُمْعَةِ
Dan seperti (shalat sunnah) karena ilmunya, shalat sunnah untuk menghidupkan suatu tempat, demikian pula shalat Dhuha dan shalat sunnah hari Jumat. * Dan orang yang takut luput karena terlambat, dan orang yang baru datang, dan orang yang akan memulai perjalanan.
وَكُلُّ قَبْلِيَّةٍ دَخَلَ فِيْ وَقْتِهَا وَنَذْرُ نَافِلَةٍ كَذَا كَأَصْلِهَا * وَلِاسْتِخَارَةٍ وَلِلْقَبْلِيَّةِ لِمَغْرِبٍ وَهَاكَذَا الْبَعْدِيَّةِ
Dan untuk shalat istikharah, dan untuk shalat qabliyah Maghrib, dan demikian pula shalat ba'diyahnya. * Dan setiap shalat qabliyah yang telah masuk pada waktunya, dan nazar shalat sunnah, demikian pula seperti asalnya.

Hadits 11: Shalat berjamaah sebagai rahmat dan perpecahan sebagai adzab

(وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ رَحْمَةٌ وَهِيَ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ)

(Telah bersabda Nabi ﷺ: Shalat berjamaah adalah rahmat, dan ia lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalamnya, dan jamaah adalah rahmat),

أَيْ لُزُوْمُ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ مُوْصِلٌ إِلَى الرَّحْمَةِ أَوْ سَبَبٌ لِلرَّحْمَةِ (وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ) أَيْ مُفَارَقَتُهُمْ، وَالْاِنْفِرَادُ عَنْهُمْ سَبَبٌ لِلْعَذَابِ.

yakni senantiasa bersama jamaah kaum muslimin akan menyampaikan kepada rahmat atau menjadi sebab rahmat, (dan perpecahan adalah adzab), yakni memisahkan diri dari mereka, dan menyendiri dari mereka adalah sebab untuk datangnya adzab.